asepanakemaAvatar border
TS
asepanakema
[Share] Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW
Bismillahirrahmanirrahim


Terima Kasih kepada momod yg telah memberikan izin membuat thread ini
Ini adalah thread Sejarah Hidup Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam
berasal dari Buku



---------------------------------------------
S E J A R A H H I D U P M U H A M M A D

oleh MUHAMMAD HUSAIN HAEKAL
diterjemahkan dari bahasa Arab oleh Ali Audah


Spoiler for index:



Sebelum memposting di Thread ini tolong baca ini Dulu



Mohon Untuk di

emoticon-Rate 5 Staremoticon-Rate 5 Star emoticon-Rate 5 Star


dan

emoticon-No Sara Please emoticon-No Sara Please emoticon-No Sara Please


Diubah oleh asepanakema 16-11-2012 16:40
tata604
nona212
nona212 dan tata604 memberi reputasi
2
17K
115
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
asepanakemaAvatar border
TS
asepanakema
#42
Dari Masa Kerasulan Sampai Islamnya Umar 6
Sikap dan kata-kata kemenakannya itu oleh Abu Talib
disampaikan kepada Banu Hasyim dan Banu al-Muttalib.
Pembicaranya tentang Muhammad itu terpengaruh oleh suasana
yang dilihat dan dirasakannya ketika itu. Dimintanya supaya
Muhammad dilindungi dari tindakan Quraisy. Mereka semua
menerima usul ini, kecuali Abu Lahab. Terang-terangan ia
menyatakan permusuhannya. Ia menggabungkan diri pada pihak
lawan mereka. Permintaan mereka supaya ia dilindungi itu sudah
tentu karena terpengaruh oleh fanatisma golongan dan
permusuhan lama antara Banu Hasyim dan Banu Umayya. Tetapi
bukan fanatisma itu saya yang mendorong Quraisy bersikap
demikian. Ajarannya itu sungguh berbahaya bagi kepercayaan
yang biasa dilakukan oleh leluhur mereka. Kedudukan Muhammad
di tengah-tengah mereka, pendiriannya yang teguh serta
ajarannya pada kebaikan supaya orang hanya menyembah Zat Yang
Tunggal, yang pada waktu itu memang sudah meluas juga di
kalangan kabilah-kabilah Arab, bahwa agama Allah itu bukanlah
seperti yang ada pada mereka sekarang, membuat mereka dapat
membenarkan juga sikap kemenakan mereka itu, Muhammad, dalam
menyatakan pendiriannya, seperti yang pernah dilakukan oleh
Umayya b. Abi'sh-Shalt dan Waraqa b. Naufal dan yang lain.
Kalau Muhammad memang benar - dan ini yang tidak dapat mereka
pastikan - maka kebenaran itu akan tampak juga dan mereka pun
akan merasakan pula kemegahannya. Sebaliknya, kalau tidak atas
dasar kebenaran, maka orang pun akan meninggalkannya seperti
yang sudah terjadi sebelum itu. Akhirnya ajaran demikian ini
tidak akan meninggalkan bekas dalam mengeluarkan mereka dari
tradisi yang ada dan dia sendiri pun akan diserahkan kepada
musuh supaya dibunuh.

Terhadap gangguan Quraisy ia dapat berlindung kepada
goIongannya, seperti kepada Khadijah bila ia mengalami
kesedihan. Baginya - dengan imannya yang sungguh-sungguh dan
cinta-kasihnya yang besar - Khadijah adalah lambang kejujuran
yang dapat menghilangkan segala kesedihan hatinya, yang dapat
menguatkan kembali setiap ciri kelemahan yang mungkin timbul
karena siksaan musuh-musuhnya yang begitu keras menentangnya
serta melakukan penyiksaan terus-menerus terhadap
pengikut-pengikutnya.

Sebelum itu sebenarnya Quraisy memang tidak pernah mengenal
hidup tenteram. Bahkan setiap kabilah itu langsung menyerbu
kaum Muslimin yang ada di kalangan mereka: disiksa dan dipaksa
melepaskan agamanya; sehingga di antara mereka ada yang
mencampakkan budaknya, Bilal, ke atas pasir di bawah terik
matahari yang membakar, dadanya ditindih dengan batu dan akan
dibiarkan mati. Soalnya karena ia teguh bertahan dalam Islam!
Dalam kekerasan semacam itu Bilal hanya berkata: "Ahad, Ahad,
Hanya Yang Tunggal!" Ia memikul semua siksaan itu demi
agamanya.

Ketika pada suatu hari oleh Abu Bakr dilihatnya Bilal
mengalami siksaan begitu rupa, ia dibelinya lalu dibebaskan.
Tidak sedikit budak-budak yang mengalami kekerasan serupa itu
oleh Abu Bakr dibeli - diantaranya budak perempuan Umar
bin'l-Khattab, dibelinya dari Umar [sebelum masuk Islam]. Ada
pula seorang wanita yang disiksa sampai mati karena ia tidak
mau meninggalkan Islam kembali kepada kepercayaan leluhurnya.

Kaum Muslimin di luar budak-budak itu, dipukuli dan dihina
dengan berbagai cara. Muhammad juga tidak terkecuali mengalami
gangguan-gangguan - meskipun sudah dilindungi oleh Banu Hasyim
dan Banu al-Muttalib. Umm Jamil, isteri Abu Jahal, melemparkan
najis ke depan rumahnya. Tetapi cukup Muhammad hanya
membuangnya saja. Dan pada waktu sembayang, Abu Jahal
melemparinya dengan isi perut kambing yang sudah disembelih
untuk sesajen kepada berhala-berhala. Ditanggungnya gangguan
demikian itu dan ia pergi kepada Fatimah, puterinya, supaya
mencucikan dan membersihkannya kembali. Ditambah lagi, di
samping semua itu, kaum Muslimin harus menerima kata-kata
biadab dan keji kemana saja mereka pergi.

Cukup lama hal serupa itu berjalan. Tetapi kaum Muslimin
tambah teguh terhadap agama mereka. Dengan dada terbuka mereka
menerima siksaan dan kekerasan itu - demi akidah dan iman
mereka.

Perioda yang telah dilalui dalam hidup Muhammad a.s. ini
adalah perioda yang paling dahsyat yang pernah dialami oleh
sejarah umat manusia. Baik Muhammad atau mereka yang menjadi
pengikutnya, bukanlah orang-orang yang menuntut harta
kekayaan, kedudukan atau kekuasaan, melainkan orang-orang yang
menuntut kebenaran serta keyakinannya akan kebenaran itu.
Muhammad adalah orang yang mengharapkan bimbingan bagi mereka
yang mengalami penderitaan, dan membebaskan mereka dari
belenggu paganisma yang rendah, yang menyusup kedalam jiwa
manusia sampai ke lembah kehinaan yang sangat memalukan.

Demi tujuan rohani yang luhur itulah - tidak untuk tujuan yang
lain - ia mengalami siksaan. Penyair-penyair memakinya,
orang-orang Quraisy berkomplot hendak membunuhnya di Ka'bah.
Rumahnya dilempari batu, keluarga dan pengikut-pengikutnya
diancam. Tetapi dengan semua itu malah ia makin tabah, makin
gigih meneruskan dakwah. Jiwa kaum mukmin yang mengikutinya
itu sudah padat oleh ucapannya: "Demi Allah, kalau pun mereka
meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di
tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas
ini, sungguh tidak akan kutinggalkan, biar nanti Allah yang
akan membuktikan kemenangan itu; di tanganku atau aku binasa
karenanya."

Segala pengorbanan yang besar-besar itu tak ada artinya bagi
mereka, maut pun sudah tak berarti lagi demi kebenaran, dan
membimbing Quraisy ke arah itu. Kadang orang heran, iman sudah
begitu mempersonakan jiwa penduduk Mekah pada waktu agama ini
belum lengkap, pada waktu ayat-ayat Qur'an yang turun masih
sedikit. Kadang juga orang mengira, bahwa pribadi Muhammad,
sifatnya yang lemah-lembut, keindahan akhlaknya serta
kejujurannya yang sudah cukup dikenal, di samping kemauan yang
keras dan pendiriannya yang teguh, adalah sebab dari semua
itu. Sudah tentu ini juga ada pengaruhnya. Akan tetapi ada
sebab-sebab lain yang juga patut diperhatikan yang tidak
sedikit pula ikut memegang peranan.

Muhammad tinggal dalam suatu daerah yang merdeka mirip-mirip
sebuah republik Dari segi keturunan ia menempati puncak yang
tinggi. Harta pun sudah cukup seperti yang dikehendakinya. Ia
dari Keluarga Hasyim pula, juru kunci Ka'bah dan penguasa
urusan air. Gelar-gelar keagamaan yang tinggi-tinggi ada pada
mereka. Jadi dalam keadaan itu ia tidak lagi membutuhkan harta
kekayaan, pangkat atau sesuatu kedudukan politik atau agama.
Dalam hal ini ia berbeda pula dengan para rasul dan nabi-nabi
sebelumnya. Musa yang dilahirkan di Mesir bertemu dengan
Firaun yang oleh penduduk sudah dituhankan, dan Firaun juga
yang berkata: "Aku adalah tuhanmu yang tertinggi," yang
dibantu pula oleh pemuka-pemuka agama melakukan tekanan kepada
orang dengan pelbagai macam kekejaman, pemerasan dan
pemaksaan. Revolusi yang dilakukan Musa atas perintah Tuhan
adalah revolusi dalam struktur politik dan agama sekaligus.
Bukankah keinginannya supaya Firaun dan orang yang menimba air
dengan syaduf dari sungai Nil itu dihadapan Tuhan sama
sederajat? Jadi dimana ketuhanan Firaun itu dan dimana pula
ketentuan yang berlaku! Harus dihancurkan semua itu dan
revolusi itu pun terlebih dulu harus bersifat politik.

Oleh karena itu, dari semula ajaran Musa itu sudah mendapat
perlawanan hebat dari Firaun. Dengan demikian, supaya orang
menerima seruannya itu, ia diperkuat oleh mujizat-mujizat. Ia
melemparkan tongkatnya, dan tongkat itu menjadi seekor ular
yang bergerak-gerak, menelan semua hasil pekerjaan tukang
tukang sihir Firaun itu. Itu pun tidak memberi hasil apa-apa
buat Musa. Terpaksa ia meninggalkan Mesir tanah airnya. Dalam
hijrahnya itupun diperkuat pula ia dengan sebuah mujizat yaitu
terbelahnya jalan di tengah-tengah air lautan itu.

Juga Isa, yang dilahirkan di Nazareth di bilangan Palestina,
yang pada waktu itu merupakan wilayah Rumawi yang berada di
bawah kekuasaan kaisar-kaisar dengan segala kekejamannya
sebagai pihak penjajah dan kekuasaan dewa-dewa Rumawi,
mengajak orang supaya sabar menghadapi kekejaman itu dan
bertobat bagi yang menyesal dan macam-macam perasaan
belas kasih lagi, yang oleh pihak penguasa justru dianggap
pemberontakan terhadap kekuasaan mereka. Maka Isa juga
diperkuat dengan mujizat-mujizat: menghidupkan orang mati dan
menyembuhkan orang sakit; dan yang lain diperkuat oleh Ruh
Kudus. Memang benar, bahwa inti ajaran-ajaran mereka itu pada
dasarnya bertemu dengan inti ajaran-ajaran Muhammad juga,
lepas dari detail yang bukan tempatnya untuk dijelaskan di
sini. Akan tetapi motif yang berbagai macam ini, dan yang
terutama motif politik, adalah yang menjadi tujuannya juga.

Sebaliknya Muhammad, keadaannya seperti yang kita sebutkan di
atas, sifat ajarannya adalah intelektual dan spiritual.
Dasarnya adalah mengajak kepada kebenaran, kebaikan dan
keindahan. Suatu ajakan yang berdiri sendiri dari mula sampai
akhir. Karena jauhnya dari segala pertentangan politik,
struktur republik yang sudah ada di Mekah itu tidak pernah
mengalami sesuatu kekacauan.
0