tafakoerAvatar border
TS
tafakoer
Antara Bulan Puasa, Nenek dan Getuk #NgabuburitCerita
Bulan Puasa kembali tiba, segala memori tentang masa-masa itu kembali menyeruak dalam ingatan. Kenangan tentang ngabuburit hingga kenangan lainnya tentang bulan puasa mewarnai bulan puasa yang hadir di setiap tahunnya. Tak banyak yang teringat jelas namun ada beberapa hal yang begitu membekas saat bulan puasa tiba, ingatan itu menyeruak saat mengingat kembali ke masa lalu di antara tahun 2000 hingga tahun 2014 di mana lebaran di rumah kakek dan nenek menjadi tradisi ane pribadi di setiap tahunnya dan stand by seminggu berpuasa di kampungnya kakek dan nenek. Memang tak hanya libur lebaran saja, libur sekolah pun tak jarang berkunjung ke rumah mereka.

Credit : suara.com

Rasa gembira muncul di hati saat hari libur lebaran tiba, biasanya seminggu sebelum lebaran sekolah sudah libur. Hal itu dimanfaatkan oleh ane untuk pergi "mudik" ke rumah kakek dan nenek. Biasanya berangkat ke rumah kakek dan nenek naik mobil kolbak atau mobil bak terbuka yang setiap harinya selalu bolak balik ke pasar yang tak jauh dari rumah ane.

Perjalanan yang di tempuh naik mobil bak terbuka sekitar satu jam. Biasanya pas datang ke rumah kakek dan nenek suasananya sepi, hal ini karena kakek dan nenek biasanya sedang di sawah ataupun di kebun pada saat itu. Liburan di Rumah kakek dan nenek pas puasa menjelang hari lebaran begitu istimewa, hal ini karena berpuasa di kampungnya kakek dan nenek sangat berkesan dibandingkan liburan di rumah kakek dan nenek saat libur sekolah biasa dan bukan libur lebaran.

Credit : waste4change.com

Ngabuburit di kampungnya kakek dan nenek itu lebih seru. Selain bisa bermain dengan sepupu bermain pecle atau jingkat-jingkat atau bermain permainan tradisional lainnya, pemandangan alam di sana juga indah karena pemandangan alam seperti pesawahan begitu terbentang luas, selain itu juga tak jarang main ke sungai yang banyak ikan wadernya bila dipancing. Tak jarang nenek pun suka menyuruh mengambil air dengan jerigen untuk keperluan memasak yang jaraknya lumayan cukup jauh.

Namun semua itu bukan hal tersebut yang paling membekas, yang paling membekas sekali saat berpuasa adalah getuk buatan nenek. Getuk buatan nenek memang sekilas bahannya tak jauh beda dimana singkong yang sudah di kukus ditambah gula merah yang ditumbuk bersamaan dan ditaburi parutan kelapa setelah dibentuk bulat-bulat.

"buk.. buk.. buk.."

itulah suara khas yang terdengar saat nenek menumbuk singkong panas yang sudah di kukus dan gula merah di dalam alat tumbukan. Sesekali nenek tertawa kecil melihat tingkahku yang polos pada saat itu. Tak lama setelah di tumbuk, getuk buatan nenek dibentuk bulat-bulat besar dan dibubuhi dengan parutan kelapa yang sudah di parut sebelumnya.

Gethuk buatan nenek memang begitu nikmat disantap setelah makan nasi dan lauk seadanya yang sederhana namun nikmat karena disantap bersama kakek dan nenek. Tekstur getuknya yang kenyal-kenyal sedikit mirip mochi dan rasa manis getuknya yang pas membuat ingatan tentang getuk buatan nenek tersebut membekas di ingatan. Hingga saat mencoba berbagai jenis getuk sampai saat ini rasa getuk buatan nenek masih belum tergantikan, sehingga getuk buatan nenek di bulan puasa kala itu membuat ingatan ketika muncul bulan puasa teringat kembali nikmatnya getuk buatan nenek.

Credit : palmia.co.id

Semua itu kini tinggal kenangan, getuk buatan nenek hanyalah tinggal cerita karena nenek sudah tiada sejak tahun 2016 karena sakit. Bulan Puasa terus menyapa tiap tahunnya tanpa ada lagi getuk buatan nenek yang selalu menemani masa-masa kecilku yang ingatannya tak memudar dalam ingatan.


Story by tafakoer
Sumber gambar via google images
azhuramasdaAvatar border
indrag057Avatar border
pulaukapokAvatar border
pulaukapok dan 2 lainnya memberi reputasi
3
100
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan