Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

dasuspectAvatar border
TS
dasuspect
negara ini tambah hutang 100 T, indonesia di ambang kehancuran
Utang pemerintah mengalami peningkatan yang cukup signifikan di awal tahun 2015. Pada Januari 2015, utang pemerintah mencapai Rp 2.702,29 triliun. Jumlah utang pemerintah pada Januari 2015 itu berarti bertambah hampir Rp 100 triliun, dibandingkan utang per akhir Desember 2014 yang tercatat sebesar Rp 2.604,93 triliun.
Berdasarkan data yang dikutip dari Kementerian Keuangan, Kamis (26/2/2015), total utang sebesar Rp 2.702,29 triliun itu terdiri dari pinjaman sebesar Rp 681,27 triliun dan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar 2.021,02 triliun. Jika dibandingkan dengan posisi per Desember 2014, porsi SBN mengalami lonjakan cukup signifikan. Per Desember 2014, posisi SBN hanya sebesar Rp 1.931,22 triliun, sementara pinjaman sebesar Rp 673,71 triliun.
Jepang tercatat sebagai negara pemberi pinjaman terbesar dengan nominal sebesar Rp 337,82 triliun atau 31,9 persen. Negara pemberi utang terbesar lainnya masing-masing Perancis sebesar Rp 24,70 triliun (3,6 persen), dan Jerman sebesar Rp 20,47 triliun (3 persen). Sementara Bank Dunia masih tercatat sebagai lembaga multilateral pemberi utang terbesar hingga Rp 176,86 triliun atau 26 persen.
Kementerian Keuangan menegaskan, utang merupakan bagian dari kebijakan fiskal dalam hal ini APBN, yang menjadi bagian dari kebijakan pengelolaan ekonomi secara keseluruhan. Utang juga merupakan konsekuensi dari postur APBN yang mengalami defisit.

Update : Nuruddin Lazuardi
Sumber : Rimanews

rupiah anjlok

Upaya pemerintah untuk melakukan stabilisasi rupiah belum memberikan dampak. Nilai tukar rupiah justru semakin melemah terhadap dolar AS.
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore (16/3/2015), bergerak melemah sebesar 45 poin menjadi Rp13.230 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp13.185 per dolar AS.

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Senin, mengatakan faktor eksternal masih menjadi perhatian para pelaku pasar sehingga dolar AS masih berada dalam area positif. Pada pekan ini, pasar mencermati hasil rapat moneter Bank Sentral AS (Fed) mengenai sinyal kenaikan suku bunga.

"Pelaku pasar berekspektasi bahwa the Fed akan memberi sinyal kenaikan suku bunga di tahun ini dan ekspektasi itu membuat dolar AS masih menguat terhadap mata uang dunia lainnya," katanya.

Kendati demikian, lanjut dia, pelemahan rupiah masih dalam kisaran terbatas seiring dengan pemerintah yang akan mengeluarkan beberapa paket kebijakan salah satunya kemudahan untuk berinvestasi, insentif fiskal, kebijakan pengurangan impor dengan pengenaan Bea Masuk Anti Dumping Sementara (BMADS) serta pemanfaatan biodiesel, diharapkan menahan tekanan rupiah lebih dalam.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah juga akan mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang bertujuan memperbaiki kinerja neraca perdagangan dan neraca jasa, yang selama ini dominan menjadi penyumbang defisit neraca transaksi berjalan.

"Diharapkan rupiah akan lebih stabil seiring dengan adanya fokus untuk memperkecil defisit transaksi berjalan, agar fundamental ekonomi tetap terjaga dan tidak rapuh dalam menghadapi tekanan ekonomi global," katanya.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu (11/3) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp13.164 dibandingkan hari sebelumnya, Selasa (10/3) di posisi Rp13.059 per dolar AS.
Sumber : Antara

0
3.4K
4
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan