Bagaimana bisa orang asing itu merampas sebagian dari ketenangan hati? Entahlah… jelasnya pun aku sungguh tak tau… karena kedatangannya mengajariku banyak hal... hal baik dan hal buruk!

Mereka mengenaliku sebagai sosok yang kuat dan tegar, aku baru menyadarinya setelah kabut tebal itu pergi. Lebih tepatnya setelah rencana pernikahan itu GAGAL. SAKIT? Tentu saja… sosok itu, sosok yang sangat dekat denganku, namun seperti membalikkan telapak tangan, dia menjadi orang yang berbeda, yang tak bisa ditebak, dan yang tak punya hati.

Aku mengenalnya November 2011, pendiam dan pemalu. Hanya kata itu yang keluar dimasing-masing benak orang yang pertama mengenalnya., dan aku sama sekali tidak tertarik. Melayaninya hanya sebatas karyawan baru, karena aku adalah HRD diperusahaan tempat kami pertama kali bertemu. Pertemuan yang kuharap tak pernah ada, bahkan ingin sekali kuhilangkan tanggal dan bulan itu dari kalender yang bertengger manis dimeja kerjaku. Tulisan ini adalah luka, luka yang masih menganga, masih basah, dan ketika aku kembali mengingatnya, aku seperti menyiramkan Alkohol pada luka itu. Mengapa Alkohol? Karena sesungguhnya aku ingin mengobatinya.

Awal Februari, sebuah message di akun Facebook menyapaku…

“hai, May” isinya

Aku tau dia siapa, karyawan didepartement Operational, ingin apa dia pikirku…

"iya" kubalas seadanya

"boleh bagi no henpon nya? cuman pengen tanya kerjaan!"

"08xxxxxxxxxx "

Sebuah nomer ku layangkan dan beberapa kemudian menit bergetar.

"simpan ya. Billy "

tak kuhiraukan dan kembali berkutat dengan kerjaan.

Aku anak pertama dari 3 bersaudara. Namaku May, sebenarnya aku tak suka nama itu, menurutku nama itu terlalu "mentel",ntah kenapa ak berfikir seperti itu. Tapi mereka memanggilku dengan "May"...