Sebuah wacana baru tentang pembangunan pusat nuklir di area Kalimantan telah muncul. Rencananya, pusat nuklir akan dibangun di area Provinsi Kalimantan Barat karena telah ditemukan sumber daya uranium yang cukup besar sebagai bahan dasar pembangunan nuklir. Dilansir dari Antaranews.com, Rudy Ariffin selaku Gubernur Kalimatan Selatan dan Ketua Forum Percepatan Pembangunan dan Revitalisasi Kalimantan di Banjarmasin juga membenarkan rencana pemerintah pusat tersebut. Sebelumnya, Rudy Ariffin telah melaksanakan pertemuan dengan perwakilan Gubernur wilayah Kalimantan untuk melakukan pertemuan dengan beberapa kementerian lain seperti Kementerian Ekonomi, ESDM dan kementerian lain yang terkait. “Kalimantan adalah wilayah cukup kaya, bukan hanya tambang batu bara, emas dan lainnya tetapi juga uranium di Kalbar,” kata Ariffin, dikutip dari sumber yang sama. Dengan penemuan bahan baku utama energi nuklir ini di area Kalimantan Barat, pemerintah mewacanakan untuk membangun energi tersebut bagi pemenuhan energi masa depan di Kalimantan. Rencana ini juga disebutkan sebagai salah satu upaya pemerintah pusat untuk memenuhi kebutuhan energi nasional yang masih kurang dalam tujuannya mewujudkan pelaksanaan MP3EI dan Permen ESDM mengenai larangan bahan baku energi keluar dari Indonesia. “Kami sangat berharap berbagai infrastruktur, jalan, jembatan dan Bandara Udara, Pelabuhan Laut dan energi di wilayah Kalimantan bisa diselesaikan pada 2014,” kata Rudy Ariffin lagi. Realisasi pembanguan pusat nuklir di Kalimantan ini juga dilandasi dengan turunnya permintaan gas untuk daerah Kalimantan terutama dari negara importir seperti Jepang dan China karena ditemukan tambang gas yang cukup besar di Amerika dan Australia. Dengan rencana ini, ada sekitar tiga perusahaan bijih besi di Kabupatan Tanah Laut dan Tanah Bumbu yang akan siap beroperasi sebagai salah satu wujud dari pelaksanaan MP3EI. Namun dari pihak lain, rencana pengembangan Kalimantan sebagai pusat energi nuklir ini dinilai perlu pertimbangan lebih jauh karena pengembangan nuklir masih merupakan sebuah kontroversi mengingat banyaknya tragedi nuklir yang terjadi di belahan dunia lain seperti Chernobyl, Rusia dan Jepang.