- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
59.5K
Kutip
1K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#264
Part 72 - Padaido
Spoiler for Padaido:
Hal yang paling aku syukuri setelah menjadi seorang pramugari adalah bisa keliling Indonesia dan beberapa negara secara gratis.
Apalagi jika aku terbang dengan crew yang suka sekali jalan. Dimana mereka lebih memilih beristirahat di perjalanan menuju tempat wisata dibandingkan beristirahat di kamar hotel.
Paling seru lagi jika Captain dan FOnya juga ikut serta, sungguh rasanya seperti pergi wisata bersama keluarga.
Dan Alhamdulillah aku pernah mendapati crew yang seperti itu.
Kala itu, aku mendapatkan rute ke Biak bersama Capt Arya, FO Mas Daud, SFA Mas Tama, FA Mba Frieda, FA Mba Neila, dan FA Mba Mida. Nama-nama itu tampaknya belum pernah terbang denganku. Aku pikir mereka itu seperti crew kebanyakan, tapi nyatanya, mereka seperti keluarga baru buatku.
Berawal dari sehari sebelum kami ke Biak, tiba-tiba ada yang menghubungiku dan mengundangku ke group yang diberi nama Padaido.
// 081-1 11.00 : Tama, udah lengkap belum nih crewnya? //
// SFA Mas Tama 11.01 : Sudah, Capt… //
// 081-1 11.02 : Okeeee. Siang semuanya.. Boleh ya gue briefing sekarang? Dah lah ya ga usah basa-basi. Jadi gini, besok malem kita kan dapet rute Biak nih. InsyaAllah mendarat di Biak jam enam-an pagi. Nah, gue berencana mau ngajakin kalian untuk nyebrang ke Padaido after breakfast. Kebetulan cuaca di bulan ini tuh cakep, jadi aman insyaallah kalau nyebrang kesana. //
// 081-2 11.03 : Ini nyebrang maksudnya nyebrang sungai apa gimana nih? //
// 081-1 11.03 : Haha sialan.. yaa nyebrang laut lah, Wud Dawuud.. //
// 081-2 11.04 : Daud ga pake w kali Capt… //
// 081-1 11.05 : Gue boleh lanjut briefing ga nih Wud? //
// 081-2 11.05 : Lanjut Capt…. //
Aku pun mulai menyimpan nomor mereka.
// Capt Arya 11.07 : Di Padaido itu katanya sih keren banget. Apalagi terumbu karangnya. Nah biar lebih private lagi, ntar kita ke pulau yang tidak berpenghuni, aduh apa ya namanya, gue lupa. //
// FO Mas Daud 11.07 : Pulau Runi, Capt.. //
// Capt Arya 11.08 : Nah iya, Pulau Runi. //
// SFA Mas Tama 11.09 : Nyebrangnya itu dari mana Capt? //
// Capt Arya 11.09 : Dari Pelabuhan Bosnik, Bro. Perjalanan dari hotel kurang lebih 1 jam-an lah. Nah, ntar dari pelabuhan ke Padaido kita naik speed boat sekitar 40-menitan. Kira-kira Mba-Mba Pramugarinya mau ikutan ga? //
// 081-3 11.10 : Aman kan ya Capt?? //
// Capt Arya 11.11 : InsyaAllah aman, Mba.. Tenang, kalian bukan gue culik kog //
// Anes 11.12 : Siang Capt, saya dengan Anes. Maaf, untuk biayanya per orang berapa ya? //
// Capt Arya 11.12 : Ya, siang Mba Anes. Hahaha to the point juga ya kamu. Hmm per orangnya cukup bayar 200.000 aja yaa. Sisanya gue dan Daud. //
// 081-3 11.14 : Wiih, seriusan Capt? //
// SFA Mas Tama 11.15 : Nah yang gini ini nih Capt yang saya suka //
// Capt Arya 11.15 : Hahaha okedeh. Btw kalau kalian mau snorkeling, please jangan pake celana jeans atau training yaak. Gue saranin pake baju renang yaaa. Kek gini :
//
// 081-4 11.16 : Siap, Capt!! //
// Anes 11.17 : Baik Capt. //
// Capt Arya 11.17 : Oke kalau gitu, silahkan Mas Daud yang sebelumnya sudah pernah ke Padaido untuk memberikan ringkasan perjalanan kita besok lusa, untuk memberikan sedikit gambaran.. //
// FO Mas Daud 11.17 : Siap Capt.. Jadi gini, untuk lusa, kita prepare berangkat dari hotel sekitar jam 07.30 yaa. Lalu kita melakukan perjalanan darat ke Pelabuhan Bosnik sekitar sejam-an, jadi Insyaallah sampe pelabuhan jam 08.30 lah yaa. Nah kalau bisa selama perjalanan darat itu, kita tidur, biar tetep fit setelah begadang semalaman. Ohya, karena di Padaido itu ga ada yang jual makanan minuman, jadi ntar gue minta tolong orang ground staff untuk beliin kita nasi bungkus. Kalian bisa bawa air minum dari hotel. Nah, sekitar jam 8.45 - 09.00, kita mulai nyebrang yaaa. Kemungkinan nyampe Padaido jam 09.25 - 09.40. Setelah itu kita bisa nikmatin lautnya deh sepuasnya. Sekitar jam 15.30 - 16.00, kita udah harus balik ke Pelabuhan Bosnik. Jadi kita perkirakan, sebelum jam 20.00, kita udah sampe hotel. //
// FO Mas Daud 11.18 : Ohya, ID paling junior siapa ya? //
// SFA Mas Tama 11.19 : Anes, Mas//
// Anes 11.19 : Saya, Mas.. //
// FO Mas Daud 11.20 : Nah, Anes.. kamu ga perlu repot-repot cari mobil dan speed boat yaa. Karena uda saya bookingin. //
// Anes 11.21 : Baik, Mas. Terima kasih //
// Capt Arya 11.22 : Makasih loh Wuddd.. kira-kira ada pertanyaan lagi? //
// SFA Mas Tama 11.23 : Ga ada Capt, aman //
// 081-3 11.24 : Tidak ada Capt.. //
// 081-4 11.24 : Ga ada Capt.. //
// Anes 11.24 : Tidak ada, Capt.. //
// Capt Arya 11.25 : Oke sip. Ohya satu lagi, besok banyak-banyak istirahat yaaa sebelum terbang. Dan jangn lupa minum vitamin. Biar ga pada drop //
Mengetahui crew yang akan terbang denganku adalah mereka, membuatku tak lagi menangis saat sebelum terbang loh. Waw!
Daaan, rasa semangat saat menyiapkan perlengkapan terbang pun datang lagi!!
——
Penerbangan dari Jakarta menuju Biak kurang lebih enam jam dengan transit lebih dulu di Makassar.
Alhamdulillah, kami mendarat di Biak sekitar jam 06.05 WIT setelah holding selama 15 menit sebelum mendarat karena bandara Biak masih closed.
Sekitar jam 06.45 kami sudah berada di kedatangan.
Seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya, sekitar jam 07.30, kami akan melakukan perjalanan menuju pelabuhan.
Untungnya, letak hotel tepat di depan bandara, jadi ga butuh waktu lama untuk kami tiba di hotel. Dengan sangat kompak, kami pun memilih untuk berjalan kaki menuju hotel alih-alih naik mobil, dan waktu yang dibutuhkan hanya lima menit saja loh saking deketnya.
Setiba di resepsionis, kami segera meminta kunci kamar dan meminta tujuh handuk untuk kami bawa ke Padaido. Saat itu, aku sekamar dengan Mba Frieda. Alhamdulillahnya kami berdua langsung cocok gitu. Jarang banget aku ketemu sama senior yang kaya gitu.
“Nes, aku pake kamar mandinya yaaa.”, ujarnya saat kami baru saja tiba di kamar.
“Iya Mba..”
Mba Frieda memilih untuk berganti seragam lebih dulu, sedang aku memilih untuk menghapus make-up lebih dulu.
“Nes, kamu mau mandi ga?”
“Engga sih Mba kayanya.. ntar aja mandinya di laut.”, jawabku.
“Hahaha sama. Yaudin aku cuci muka - gosok gigi dulu yak!”
Saat Mba Frieda masih di dalam kamar mandi, aku sudah menyiapkan segala perlengkapan yang akan aku bawa ke Padaido, bahkan aku sudah berganti pakaian.
Sejenak aku merebahkan badanku di atas kasur, tanpa mencuci kaki lebih dulu, sembari membuka group Padaido di whatsapp.
// Capt Arya 07.10 : Gue lagi breakfast nih. //
// FO Mas Daud 07.11 : Oke Capt.. OTW //
// SFA Mas Tama 07.13 : Siap, Capt.. menyusul //
// Capt Arya 07.14 : Mba-Mbanya masih riweh hapus make-up kali yaaa… //
“Nes, aku udah nih…”, ujar Mba Frieda.
“Hehehe iya Mba… aku izin pake kamar mandinya ya?”
“Iyaaa, sok kalau mau pake…”
“Btw kamu cepet banget ngapus make-upnya yaaa..”
“Hehehehe soalnya aku ga pernah pake foundation Mba…”
“Ohyaaa? Enak dong simpel..”
“Hehe jangan diaduin ke tim performance yaaaa..”
“Hahaha yaaa enggak dong. Ngapain…”
Sekitar jam 07.25 kami semua sudah berada di lobby.
“Pagi, Kakak.. Apakah ada barang yang mau diletakkan di bagasi?”, ujar seorang Pace kepada kami.
“Gaes, kenalin dia Om Onald. Yang bakal nganterin kita hari ini.”, Mas Daud menghampiri kami dan memperkenalkan sosok ramah yang tengah menyapa kami.
Kami pun berkenalan setelahnya.
“Nih, gue udah bikinin roti cokelat buat sarapan kalian di mobil.”, imbuh Mas Daud.
“Duh duh, FO gue udah cakep, baik lagi… tumben banget perhatian, biasanya juga sedingin kulkas!”, celetuk Mba Mida.
“Yaaa secara yang single disini kan gue ya. Mereka berdua udah pada punya bini, keknya ga pantes perhatian sama cewe lain…”, jawab Mas Daud sembari menunjuk-nunjuk Capt dan Mas Tama yang tengah merokok sembari mengobrol di lorong dekat pintu masuk menuju lobby.
“Hahahaha gue sih curigaaaaa….”
“Ngaco lo Mida…”
“Makasih Mas…”, jawab kami pada akhirnya sembari menerima roti lapis cokelat buatannya.
Kami bertiga kan junior ya, jadi ga seberani Mba Mida untuk ceplas-ceplos gitu.
Setelah memastikan semua barang bawaan sudah berada di bagasi, kami pun segera memasuki mobil ELF yang kapasitasnya dapat menampung 11 penumpang.
Sekitar jam 07.35, kami pun berangkat.
Pagi itu, Om Onald tidak sendiri. Dia mengajak partnernya yang bernama Alex. Om Alex ini duduknya di depan—menemani Om Onald menyetir.
Ketika berangkat, Capt Arya duduk di seat 3.
Mas Tama duduk di seat 4.
Mba Neila duduk di seat 5.
Mba Mida duduk di seat 6.
Aku duduk di seat 7.
Mba Frieda duduk di seat 8.
Dan Mas Daud duduk di seat 9.
Tak berselang lama, suasana di dalam mobil sudah sangat sunyi. Mba Frieda yang duduk di sebelah kananku, baru saja tertidur setelah menghabiskan roti cokelatnya.
Sedang aku masih mengunyah potongan terakhir roti cokelat yang pagi itu rasanya sangat nikmat.
Setelahnya, aku mencari-cari botol minumku di tote bagputih milikku. Disaat aku sibuk meraba-raba tote bag-ku, ada yang menepuk-nepuk pundak kiriku. Aku menoleh ke arahnya dan mendapati Mas Daud tengah memberikanku isyarat.
“Mau minum?”, ujarnya tanpa bersuara, hanya menyodorkan air botolnya.
“Makasih, aku ada kog..”, jawabku yang juga tidak bersuara sembari memberikan gestur berterima kasih.
“Oh okee..”, jawabnya lagi sembari tersenyum. Aku pun membalas senyumnya kemudian kembali mencari botol minumku.
Tak lama dari itu, aku merasa mataku sudah tak sanggup lagi untuk tetap terjaga. Dan benar, beberapa detik kemudian, aku pun tertidur sangat pulas.
~~
“Nes.. bangun Nes..”, bisik seseorang. Karena suaranya bukan suara perempuan, aku pun bangun karena kaget dan panik ‘loh kog ada suara cowok..’. Ketika itu aku belum sadar sepenuhnya kalau kini aku sedang tidur di dalam mobil dan dibangunkan oleh Mas Daud.
“Astaghfirullah..”, jawabku kemudian.
“Kenapa?”, tanyanya.
“Maaf, aku kaget…”, jawabku lagi dengan ekspresi yang masih ga kuat melek tapi memaksakan diri untuk segera bangun.
“Tolong bangunin Frieda yaaa.”, perintahnya.
“Mbaaa, Mba Friedaa.. bangun.. udah sampe kita nih..”
Setelah Mba Frieda terbangun, aku pun mulai meregangkan tubuhku dengan mengangkat kedua tangan ke atas. Lalu terdengar suara tawa tertahan dari arah belakang.
Saat aku menoleh, ternyata Mas Daud tengah memperhatikan.
Aku pun hanya memberikan cengiran garing ke dia.
——
“Silahkan yang mau ke toilet lebih dulu sebelum kita naik speed boat, toiletnya ada di sana yaaa..”, kata Om Onald sembari memindahkan barang bawaan kami ke speed boat.
“Kalau kalian mau ganti baju renangnya juga boleh yaaaa.. biar nanti saat uda nyampe ga bingung ganti baju dimana.”, perintah Capt.
10 menit berlalu. Aku mendapati hanya aku lah yang tidak berganti pakaian.
“Nes, kamu ga ganti baju? Emang ga panas pake sweater gitu?”, tanya Mba Mida.
Outfit aku hari itu.
“Aku khawatir masuk angin kalau pake baju renang doang, Mba Mida..”
Hahahaha!!
Mereka semua kompak menertawakanku.
“Ini nih yang disebut pemuda jompo.”, ledek Capt.
“Hehehe iya nih. Saya lebih baik terbang ngalong daripada harus kena angin-angin, Capt..”
Hahahaha!!
Lagi-lagi mereka terbahak.
“Tapi disana ga ada tempat untuk ganti baju loh, Mba..”, ujar Om Alex.
“Aman, Om. Saya uda pake baju renangnya kog. Ntar tinggal buka sweater aja hehehe.”
Setelah sesi menertawakanku selesai, kami pun segera mengenakan baju pelampung kemudian berdoa lebih dulu.
Tepat pukul 08.40 WIT, kami pun mulai menyebrangi lautan. Kali ini, Om Alex yang mengemudikan speed boatnya.
Sungguh ini adalah pengalaman pertamaku menaiki speed boat menyebrangi lautan.
Yang ternyata sangat cocok untukku yang membutuhkan ketenangan.
Selama penyebrangan, selain mendengar suara mesin, aku juga mendengar deburan ombak yang sangat membuatku kecanduan. Ditambah lagi angin sepoi-sepoi menerpa wajahku dan membuat rambutku yang terurai menari-nari, membuatnya sedikit berentakan.
Rupanya, inilah yang aku inginkan.
Kebebasan, udara terbuka, dan petualangan!
“Waah ada lumba-lumbaaaa!!”, teriak Mba Neila.
“Waaaaah iyaaaaa. Bagus bangeeeet..”, imbuh Mba Mida.
“Yaampun, banyak banget lumba-lumbanyaaaaaaa…”, kali ini Mba Frieda menambahkan.
Sedang aku lebih memilih diam dan memberikan senyuman puas karena keindahan yang kullihat secara nyata ini.
“Nah itu pulaunyaaaa tuh Capt…”, ujar Mas Daud.
“Iyaa betul, Capt. Bentar lagi kita susampai toh!”, ujar Om Alex. Berbeda dengan Om Onald yang lancar berbahasa indonesia, Om Alex ini justru sebaliknya.
Dari kejauhan, kami disuguhi dengan pemandangan pantai yang indah terhampar di sepanjang pulau. Keindahannya sangat sulit aku deskripsikan. Yang jelas, dengan melihatnya, aku bisa merasakan ketenangan dan ketakjuban luar biasa. Masya Allah!
Kurang lebihnya begini pemandangannya. Aku ambil dari google yaaa maaf.
Tak berselang lama, kami pun tiba di Pulau Runi.
Kami disambut dengan hamparan pasir putihnya yang halus dan air laut yang sangat jernih.
Kurang lebihnya begini pemandangannya. Aku ambil dari google yaaa maaf.
Aku melihat jam di tanganku, ternyata masih jam 09.30. Aku pikir udah jam makan siang, karena perutku merasa sangat lapar.
“Hayuuk foto dulu bisa kaliiiiii….”, ajak Mba Neila.
Ya, bukannya makan, aku malah harus foto-foto. Hehehehe.
Dari foto bersama, foto berlima, foto berempat, foto bertiga, foto berdua, dan foto sendiri-sendiri.
“Om, boleh minta tolong fotoin berdua ga?”, tanya Mas Daud pada Om Onald.
Karena permintaan Mas Daud itu, kami seketika terdiam.
Btw Om Onald ini jago motret loh, hasil fotonya keren-keren.
“Mau foto ama siape lu, Wud? Ga mungkin sama gue kan??”, tanya Capt.
“Ah Capt pake nanya segala.”, timpal Mba Mida.
Terlihat Mas Daud sedikit salah tingkah.
“Emang sapa Mid?”, tanya Capt lagi.
“Noh sama yang pake sweater!”, jawab Mba Mida sekenanya.
“Hahahaha. Kog lo tau sih?”, tanya Mas Daud. Sedangkan aku masih ga mudeng.
“Gue hapal banget sama gerakan buaya hahaha..”
“Sial!!”, jawab Mas Daud sambil nyengir.
“Neees, Nes.. tuh diajak foto berdua sama Mas Daud…”, ujar Mas Tama.
Posisi Mas Daud yang kini memang dekat denganku, membuat Om Onald dengan sigap menghitung.
“Satuuuu… Duaaaa…. Tigaaaaa….!!”
Di hitungan ketiga, aku menoleh ke wajah Mas Daud dengan tatapan kesal, karena dia sempat berbisik tepat sebelum Om Onald memfoto kami.
“Senyuum, Nes.. Cemberut mulu daritadi, kalah sama lumba-lumba..”
“Mba Aness, liat sini dong, jangan liat ke Masnyaaa!!!”, teriak Om Onald.
“Satu-dua-tigaaa!!”, kata Om Onald lagi.
“Nah ini nih baru cakep!!”, imbuhnya.
Aku pun segera ngacir dan duduk diantara Mba Frieda dan Mba Mida.
“Yuk makaan yuuuuk..”, ujarku setelah duduk bersila di atas pasir—di bawah pohon kelapa.
“Yuk yuuuk!!”, kami pun duduk melingkar.
Sembari menikmati makanan kami, kami pun saling bertukar pertanyaan.
“Mida, lo baru married kan ya? Selamat ya Mid..”, ucap Capt.
“Udah setahun kali Capt..”
“Emang iya? Berarti kita uda lama banget ga terbang bareng yaaak!!”
“Iyaa.. terakhir terbang bareng saat aku kasih undangan ke Capt!!”
“Nah makanyaaa gue pikir itu baru beberapa bulan lalu, Mid..”
“Berarti yang masih single si Daud, Anes, Frieda, sama Neila ya?”
“Tapi saya uda mau nikah Capt!!”, sahut Mba Neila.
“Saya juga uda mau nikah Capt!!”, ujar Mba Frieda.
“Kalau Anes?”, tanya Mas Tama.
“Hehehehe…”, jawabku.
“Dih hehehe doang…”, hardik Mas Tama.
“Wah cocok deh kalau Daud kita jodohin dengan Anes!!”, ucap Capt ngasal.
Seketika aku melihat ke arah Mas Daud yang ternyata dia sudah melihat ke arahku lebih dulu.
“Ah jangan Capt, keknya dia uda ada yang punya..”, jawab Mas Daud.
“Kalau berteman, saya mau Capt… ya kan Mas?”, jawabku mengalihkan.
“Nah tuh kan Capt. Berteman aja Capt!! Berteman!!”, terang Mas Daud yang kemudian disambut dengan tawa oleh kami semua.
Alhamdulillah, Mas Daud itu orangnya seru-seru aja gitu. Jadi akunya ga dibikin canggung sama sekali. Begitu juga dengan crew aku yang lain, mereka ga pernah ngeledekin. Itulah kenapa aku sama Mas Daud jadi biasa aja. Langsung jadi temen baik gitu.
Beberapa saat setelah sehabis makan, kami berlatih menggunakan alat snorkeling lebih dulu. Capt Arya dan Mas Daud pun turut menjadi pelatih kami siang itu, membantu tugas Om Alex.
Setelah semuanya sudah berlatih dengan teknik yang baik dan benar, serta memastikan baju pelampung sudah terpakai dengan proper, dan sudah melakukan pemanasan, kami pun mulai ‘nyemplung’ satu-satu ke laut.
MasyaAllah!!
Alam bawah lautnya sungguh luar biasa!!
Disana, ada banyak sekali jenis ikan, dan karang-karangnya pun sungguh sangat indah.
Kata Om Alex, kenapa laut dan alam bawah laut di Kepulauan ini sangat indah dan cantik mempesona? Itu karena letak lautnya yang berseberangan langsung dengan Samudera Pasifik.
Mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa kog ga diving aja?
Kami lebih memilih snorkeling dibandingkan diving karena jika kami melakukan diving, ada aturannya dan ada resikonya. Apalagi jika kami diving mencapai kedalaman 10 meter, maka kami dilarang terbang dalam waktu 48 jam. Begitu kurang lebihnya penjelasannya.
Ketika aku tengah asyik melihat keindahan bawah laut, aku mendengar Mba Neila teriak minta tolong.
Aku yang posisinya paling dekat dengannya pun segera menghampirinya.
“Mba, kenapa?”
“Kaki aku kram Nes..”
“Yaudah aku tarik Mba Neila kesana yaa.”, ujarku menunjuk ke arah speed boat berada.
Om Onald yang tengah standby di atas speed boat menyadari bahwa aku dan Mba Neila membutuhkan pertolongan segera.
Setelah aku berhasil menarik Mba Neila mendekati speed boat, kini giliran Mas Tama dan Mas Daud yang membantu Mba Neila untuk naik ke atasnya. Ah senangnya, mereka sungguh sangat sigap.
Lalu Om Onald dan Mas Tama segera memberikan perawatan pada kaki Mba Neila.
“Mau aku bantu naik?”, tanya Mas Daud yang kini sedang berada di sampingku.
“Hmm aku masih pengen liat-liat alam bawah laut..”, jawabku.
“Yaudah, aku temenin ya?”, tanyanya lagi.
Aku mengangguk dan menjawab “boleh..”.
Disaat aku mulai mengenakan masker selam, tiba-tiba Mas Daud bertanya sesuatu yang tidak aku duga sebelumnya.
“Nes, kamu kenal Reyhan?”
Apalagi jika aku terbang dengan crew yang suka sekali jalan. Dimana mereka lebih memilih beristirahat di perjalanan menuju tempat wisata dibandingkan beristirahat di kamar hotel.
Paling seru lagi jika Captain dan FOnya juga ikut serta, sungguh rasanya seperti pergi wisata bersama keluarga.
Dan Alhamdulillah aku pernah mendapati crew yang seperti itu.
Kala itu, aku mendapatkan rute ke Biak bersama Capt Arya, FO Mas Daud, SFA Mas Tama, FA Mba Frieda, FA Mba Neila, dan FA Mba Mida. Nama-nama itu tampaknya belum pernah terbang denganku. Aku pikir mereka itu seperti crew kebanyakan, tapi nyatanya, mereka seperti keluarga baru buatku.
Berawal dari sehari sebelum kami ke Biak, tiba-tiba ada yang menghubungiku dan mengundangku ke group yang diberi nama Padaido.
// 081-1 11.00 : Tama, udah lengkap belum nih crewnya? //
// SFA Mas Tama 11.01 : Sudah, Capt… //
// 081-1 11.02 : Okeeee. Siang semuanya.. Boleh ya gue briefing sekarang? Dah lah ya ga usah basa-basi. Jadi gini, besok malem kita kan dapet rute Biak nih. InsyaAllah mendarat di Biak jam enam-an pagi. Nah, gue berencana mau ngajakin kalian untuk nyebrang ke Padaido after breakfast. Kebetulan cuaca di bulan ini tuh cakep, jadi aman insyaallah kalau nyebrang kesana. //
// 081-2 11.03 : Ini nyebrang maksudnya nyebrang sungai apa gimana nih? //
// 081-1 11.03 : Haha sialan.. yaa nyebrang laut lah, Wud Dawuud.. //
// 081-2 11.04 : Daud ga pake w kali Capt… //
// 081-1 11.05 : Gue boleh lanjut briefing ga nih Wud? //
// 081-2 11.05 : Lanjut Capt…. //
Aku pun mulai menyimpan nomor mereka.
// Capt Arya 11.07 : Di Padaido itu katanya sih keren banget. Apalagi terumbu karangnya. Nah biar lebih private lagi, ntar kita ke pulau yang tidak berpenghuni, aduh apa ya namanya, gue lupa. //
// FO Mas Daud 11.07 : Pulau Runi, Capt.. //
// Capt Arya 11.08 : Nah iya, Pulau Runi. //
// SFA Mas Tama 11.09 : Nyebrangnya itu dari mana Capt? //
// Capt Arya 11.09 : Dari Pelabuhan Bosnik, Bro. Perjalanan dari hotel kurang lebih 1 jam-an lah. Nah, ntar dari pelabuhan ke Padaido kita naik speed boat sekitar 40-menitan. Kira-kira Mba-Mba Pramugarinya mau ikutan ga? //
// 081-3 11.10 : Aman kan ya Capt?? //
// Capt Arya 11.11 : InsyaAllah aman, Mba.. Tenang, kalian bukan gue culik kog //
// Anes 11.12 : Siang Capt, saya dengan Anes. Maaf, untuk biayanya per orang berapa ya? //
// Capt Arya 11.12 : Ya, siang Mba Anes. Hahaha to the point juga ya kamu. Hmm per orangnya cukup bayar 200.000 aja yaa. Sisanya gue dan Daud. //
// 081-3 11.14 : Wiih, seriusan Capt? //
// SFA Mas Tama 11.15 : Nah yang gini ini nih Capt yang saya suka //
// Capt Arya 11.15 : Hahaha okedeh. Btw kalau kalian mau snorkeling, please jangan pake celana jeans atau training yaak. Gue saranin pake baju renang yaaa. Kek gini :
//
// 081-4 11.16 : Siap, Capt!! //
// Anes 11.17 : Baik Capt. //
// Capt Arya 11.17 : Oke kalau gitu, silahkan Mas Daud yang sebelumnya sudah pernah ke Padaido untuk memberikan ringkasan perjalanan kita besok lusa, untuk memberikan sedikit gambaran.. //
// FO Mas Daud 11.17 : Siap Capt.. Jadi gini, untuk lusa, kita prepare berangkat dari hotel sekitar jam 07.30 yaa. Lalu kita melakukan perjalanan darat ke Pelabuhan Bosnik sekitar sejam-an, jadi Insyaallah sampe pelabuhan jam 08.30 lah yaa. Nah kalau bisa selama perjalanan darat itu, kita tidur, biar tetep fit setelah begadang semalaman. Ohya, karena di Padaido itu ga ada yang jual makanan minuman, jadi ntar gue minta tolong orang ground staff untuk beliin kita nasi bungkus. Kalian bisa bawa air minum dari hotel. Nah, sekitar jam 8.45 - 09.00, kita mulai nyebrang yaaa. Kemungkinan nyampe Padaido jam 09.25 - 09.40. Setelah itu kita bisa nikmatin lautnya deh sepuasnya. Sekitar jam 15.30 - 16.00, kita udah harus balik ke Pelabuhan Bosnik. Jadi kita perkirakan, sebelum jam 20.00, kita udah sampe hotel. //
// FO Mas Daud 11.18 : Ohya, ID paling junior siapa ya? //
// SFA Mas Tama 11.19 : Anes, Mas//
// Anes 11.19 : Saya, Mas.. //
// FO Mas Daud 11.20 : Nah, Anes.. kamu ga perlu repot-repot cari mobil dan speed boat yaa. Karena uda saya bookingin. //
// Anes 11.21 : Baik, Mas. Terima kasih //
// Capt Arya 11.22 : Makasih loh Wuddd.. kira-kira ada pertanyaan lagi? //
// SFA Mas Tama 11.23 : Ga ada Capt, aman //
// 081-3 11.24 : Tidak ada Capt.. //
// 081-4 11.24 : Ga ada Capt.. //
// Anes 11.24 : Tidak ada, Capt.. //
// Capt Arya 11.25 : Oke sip. Ohya satu lagi, besok banyak-banyak istirahat yaaa sebelum terbang. Dan jangn lupa minum vitamin. Biar ga pada drop //
Mengetahui crew yang akan terbang denganku adalah mereka, membuatku tak lagi menangis saat sebelum terbang loh. Waw!
Daaan, rasa semangat saat menyiapkan perlengkapan terbang pun datang lagi!!
——
Penerbangan dari Jakarta menuju Biak kurang lebih enam jam dengan transit lebih dulu di Makassar.
Alhamdulillah, kami mendarat di Biak sekitar jam 06.05 WIT setelah holding selama 15 menit sebelum mendarat karena bandara Biak masih closed.
Sekitar jam 06.45 kami sudah berada di kedatangan.
Seperti yang sudah dijadwalkan sebelumnya, sekitar jam 07.30, kami akan melakukan perjalanan menuju pelabuhan.
Untungnya, letak hotel tepat di depan bandara, jadi ga butuh waktu lama untuk kami tiba di hotel. Dengan sangat kompak, kami pun memilih untuk berjalan kaki menuju hotel alih-alih naik mobil, dan waktu yang dibutuhkan hanya lima menit saja loh saking deketnya.
Setiba di resepsionis, kami segera meminta kunci kamar dan meminta tujuh handuk untuk kami bawa ke Padaido. Saat itu, aku sekamar dengan Mba Frieda. Alhamdulillahnya kami berdua langsung cocok gitu. Jarang banget aku ketemu sama senior yang kaya gitu.
“Nes, aku pake kamar mandinya yaaa.”, ujarnya saat kami baru saja tiba di kamar.
“Iya Mba..”
Mba Frieda memilih untuk berganti seragam lebih dulu, sedang aku memilih untuk menghapus make-up lebih dulu.
“Nes, kamu mau mandi ga?”
“Engga sih Mba kayanya.. ntar aja mandinya di laut.”, jawabku.
“Hahaha sama. Yaudin aku cuci muka - gosok gigi dulu yak!”
Saat Mba Frieda masih di dalam kamar mandi, aku sudah menyiapkan segala perlengkapan yang akan aku bawa ke Padaido, bahkan aku sudah berganti pakaian.
Sejenak aku merebahkan badanku di atas kasur, tanpa mencuci kaki lebih dulu, sembari membuka group Padaido di whatsapp.
// Capt Arya 07.10 : Gue lagi breakfast nih. //
// FO Mas Daud 07.11 : Oke Capt.. OTW //
// SFA Mas Tama 07.13 : Siap, Capt.. menyusul //
// Capt Arya 07.14 : Mba-Mbanya masih riweh hapus make-up kali yaaa… //
“Nes, aku udah nih…”, ujar Mba Frieda.
“Hehehe iya Mba… aku izin pake kamar mandinya ya?”
“Iyaaa, sok kalau mau pake…”
“Btw kamu cepet banget ngapus make-upnya yaaa..”
“Hehehehe soalnya aku ga pernah pake foundation Mba…”
“Ohyaaa? Enak dong simpel..”
“Hehe jangan diaduin ke tim performance yaaaa..”
“Hahaha yaaa enggak dong. Ngapain…”
Sekitar jam 07.25 kami semua sudah berada di lobby.
“Pagi, Kakak.. Apakah ada barang yang mau diletakkan di bagasi?”, ujar seorang Pace kepada kami.
“Gaes, kenalin dia Om Onald. Yang bakal nganterin kita hari ini.”, Mas Daud menghampiri kami dan memperkenalkan sosok ramah yang tengah menyapa kami.
Kami pun berkenalan setelahnya.
“Nih, gue udah bikinin roti cokelat buat sarapan kalian di mobil.”, imbuh Mas Daud.
“Duh duh, FO gue udah cakep, baik lagi… tumben banget perhatian, biasanya juga sedingin kulkas!”, celetuk Mba Mida.
“Yaaa secara yang single disini kan gue ya. Mereka berdua udah pada punya bini, keknya ga pantes perhatian sama cewe lain…”, jawab Mas Daud sembari menunjuk-nunjuk Capt dan Mas Tama yang tengah merokok sembari mengobrol di lorong dekat pintu masuk menuju lobby.
“Hahahaha gue sih curigaaaaa….”
“Ngaco lo Mida…”
“Makasih Mas…”, jawab kami pada akhirnya sembari menerima roti lapis cokelat buatannya.
Kami bertiga kan junior ya, jadi ga seberani Mba Mida untuk ceplas-ceplos gitu.
Setelah memastikan semua barang bawaan sudah berada di bagasi, kami pun segera memasuki mobil ELF yang kapasitasnya dapat menampung 11 penumpang.
Sekitar jam 07.35, kami pun berangkat.
Pagi itu, Om Onald tidak sendiri. Dia mengajak partnernya yang bernama Alex. Om Alex ini duduknya di depan—menemani Om Onald menyetir.
Untuk konfigurasi seatnya seperti ini ya.
Ketika berangkat, Capt Arya duduk di seat 3.
Mas Tama duduk di seat 4.
Mba Neila duduk di seat 5.
Mba Mida duduk di seat 6.
Aku duduk di seat 7.
Mba Frieda duduk di seat 8.
Dan Mas Daud duduk di seat 9.
Tak berselang lama, suasana di dalam mobil sudah sangat sunyi. Mba Frieda yang duduk di sebelah kananku, baru saja tertidur setelah menghabiskan roti cokelatnya.
Sedang aku masih mengunyah potongan terakhir roti cokelat yang pagi itu rasanya sangat nikmat.
Setelahnya, aku mencari-cari botol minumku di tote bagputih milikku. Disaat aku sibuk meraba-raba tote bag-ku, ada yang menepuk-nepuk pundak kiriku. Aku menoleh ke arahnya dan mendapati Mas Daud tengah memberikanku isyarat.
“Mau minum?”, ujarnya tanpa bersuara, hanya menyodorkan air botolnya.
“Makasih, aku ada kog..”, jawabku yang juga tidak bersuara sembari memberikan gestur berterima kasih.
“Oh okee..”, jawabnya lagi sembari tersenyum. Aku pun membalas senyumnya kemudian kembali mencari botol minumku.
Tak lama dari itu, aku merasa mataku sudah tak sanggup lagi untuk tetap terjaga. Dan benar, beberapa detik kemudian, aku pun tertidur sangat pulas.
~~
“Nes.. bangun Nes..”, bisik seseorang. Karena suaranya bukan suara perempuan, aku pun bangun karena kaget dan panik ‘loh kog ada suara cowok..’. Ketika itu aku belum sadar sepenuhnya kalau kini aku sedang tidur di dalam mobil dan dibangunkan oleh Mas Daud.
“Astaghfirullah..”, jawabku kemudian.
“Kenapa?”, tanyanya.
“Maaf, aku kaget…”, jawabku lagi dengan ekspresi yang masih ga kuat melek tapi memaksakan diri untuk segera bangun.
“Tolong bangunin Frieda yaaa.”, perintahnya.
“Mbaaa, Mba Friedaa.. bangun.. udah sampe kita nih..”
Setelah Mba Frieda terbangun, aku pun mulai meregangkan tubuhku dengan mengangkat kedua tangan ke atas. Lalu terdengar suara tawa tertahan dari arah belakang.
Saat aku menoleh, ternyata Mas Daud tengah memperhatikan.
Aku pun hanya memberikan cengiran garing ke dia.
——
“Silahkan yang mau ke toilet lebih dulu sebelum kita naik speed boat, toiletnya ada di sana yaaa..”, kata Om Onald sembari memindahkan barang bawaan kami ke speed boat.
“Kalau kalian mau ganti baju renangnya juga boleh yaaaa.. biar nanti saat uda nyampe ga bingung ganti baju dimana.”, perintah Capt.
10 menit berlalu. Aku mendapati hanya aku lah yang tidak berganti pakaian.
“Nes, kamu ga ganti baju? Emang ga panas pake sweater gitu?”, tanya Mba Mida.
Outfit aku hari itu.
“Aku khawatir masuk angin kalau pake baju renang doang, Mba Mida..”
Hahahaha!!
Mereka semua kompak menertawakanku.
“Ini nih yang disebut pemuda jompo.”, ledek Capt.
“Hehehe iya nih. Saya lebih baik terbang ngalong daripada harus kena angin-angin, Capt..”
Hahahaha!!
Lagi-lagi mereka terbahak.
“Tapi disana ga ada tempat untuk ganti baju loh, Mba..”, ujar Om Alex.
“Aman, Om. Saya uda pake baju renangnya kog. Ntar tinggal buka sweater aja hehehe.”
Setelah sesi menertawakanku selesai, kami pun segera mengenakan baju pelampung kemudian berdoa lebih dulu.
Tepat pukul 08.40 WIT, kami pun mulai menyebrangi lautan. Kali ini, Om Alex yang mengemudikan speed boatnya.
Sungguh ini adalah pengalaman pertamaku menaiki speed boat menyebrangi lautan.
Yang ternyata sangat cocok untukku yang membutuhkan ketenangan.
Selama penyebrangan, selain mendengar suara mesin, aku juga mendengar deburan ombak yang sangat membuatku kecanduan. Ditambah lagi angin sepoi-sepoi menerpa wajahku dan membuat rambutku yang terurai menari-nari, membuatnya sedikit berentakan.
Rupanya, inilah yang aku inginkan.
Kebebasan, udara terbuka, dan petualangan!
“Waah ada lumba-lumbaaaa!!”, teriak Mba Neila.
“Waaaaah iyaaaaa. Bagus bangeeeet..”, imbuh Mba Mida.
“Yaampun, banyak banget lumba-lumbanyaaaaaaa…”, kali ini Mba Frieda menambahkan.
Sedang aku lebih memilih diam dan memberikan senyuman puas karena keindahan yang kullihat secara nyata ini.
“Nah itu pulaunyaaaa tuh Capt…”, ujar Mas Daud.
“Iyaa betul, Capt. Bentar lagi kita susampai toh!”, ujar Om Alex. Berbeda dengan Om Onald yang lancar berbahasa indonesia, Om Alex ini justru sebaliknya.
Dari kejauhan, kami disuguhi dengan pemandangan pantai yang indah terhampar di sepanjang pulau. Keindahannya sangat sulit aku deskripsikan. Yang jelas, dengan melihatnya, aku bisa merasakan ketenangan dan ketakjuban luar biasa. Masya Allah!
Kurang lebihnya begini pemandangannya. Aku ambil dari google yaaa maaf.
Tak berselang lama, kami pun tiba di Pulau Runi.
Kami disambut dengan hamparan pasir putihnya yang halus dan air laut yang sangat jernih.
Kurang lebihnya begini pemandangannya. Aku ambil dari google yaaa maaf.
Aku melihat jam di tanganku, ternyata masih jam 09.30. Aku pikir udah jam makan siang, karena perutku merasa sangat lapar.
“Hayuuk foto dulu bisa kaliiiiii….”, ajak Mba Neila.
Ya, bukannya makan, aku malah harus foto-foto. Hehehehe.
Dari foto bersama, foto berlima, foto berempat, foto bertiga, foto berdua, dan foto sendiri-sendiri.
“Om, boleh minta tolong fotoin berdua ga?”, tanya Mas Daud pada Om Onald.
Karena permintaan Mas Daud itu, kami seketika terdiam.
Btw Om Onald ini jago motret loh, hasil fotonya keren-keren.
“Mau foto ama siape lu, Wud? Ga mungkin sama gue kan??”, tanya Capt.
“Ah Capt pake nanya segala.”, timpal Mba Mida.
Terlihat Mas Daud sedikit salah tingkah.
“Emang sapa Mid?”, tanya Capt lagi.
“Noh sama yang pake sweater!”, jawab Mba Mida sekenanya.
“Hahahaha. Kog lo tau sih?”, tanya Mas Daud. Sedangkan aku masih ga mudeng.
“Gue hapal banget sama gerakan buaya hahaha..”
“Sial!!”, jawab Mas Daud sambil nyengir.
“Neees, Nes.. tuh diajak foto berdua sama Mas Daud…”, ujar Mas Tama.
Posisi Mas Daud yang kini memang dekat denganku, membuat Om Onald dengan sigap menghitung.
“Satuuuu… Duaaaa…. Tigaaaaa….!!”
Di hitungan ketiga, aku menoleh ke wajah Mas Daud dengan tatapan kesal, karena dia sempat berbisik tepat sebelum Om Onald memfoto kami.
“Senyuum, Nes.. Cemberut mulu daritadi, kalah sama lumba-lumba..”
“Mba Aness, liat sini dong, jangan liat ke Masnyaaa!!!”, teriak Om Onald.
“Satu-dua-tigaaa!!”, kata Om Onald lagi.
“Nah ini nih baru cakep!!”, imbuhnya.
Aku pun segera ngacir dan duduk diantara Mba Frieda dan Mba Mida.
“Yuk makaan yuuuuk..”, ujarku setelah duduk bersila di atas pasir—di bawah pohon kelapa.
“Yuk yuuuk!!”, kami pun duduk melingkar.
Sembari menikmati makanan kami, kami pun saling bertukar pertanyaan.
“Mida, lo baru married kan ya? Selamat ya Mid..”, ucap Capt.
“Udah setahun kali Capt..”
“Emang iya? Berarti kita uda lama banget ga terbang bareng yaaak!!”
“Iyaa.. terakhir terbang bareng saat aku kasih undangan ke Capt!!”
“Nah makanyaaa gue pikir itu baru beberapa bulan lalu, Mid..”
“Berarti yang masih single si Daud, Anes, Frieda, sama Neila ya?”
“Tapi saya uda mau nikah Capt!!”, sahut Mba Neila.
“Saya juga uda mau nikah Capt!!”, ujar Mba Frieda.
“Kalau Anes?”, tanya Mas Tama.
“Hehehehe…”, jawabku.
“Dih hehehe doang…”, hardik Mas Tama.
“Wah cocok deh kalau Daud kita jodohin dengan Anes!!”, ucap Capt ngasal.
Seketika aku melihat ke arah Mas Daud yang ternyata dia sudah melihat ke arahku lebih dulu.
“Ah jangan Capt, keknya dia uda ada yang punya..”, jawab Mas Daud.
“Kalau berteman, saya mau Capt… ya kan Mas?”, jawabku mengalihkan.
“Nah tuh kan Capt. Berteman aja Capt!! Berteman!!”, terang Mas Daud yang kemudian disambut dengan tawa oleh kami semua.
Alhamdulillah, Mas Daud itu orangnya seru-seru aja gitu. Jadi akunya ga dibikin canggung sama sekali. Begitu juga dengan crew aku yang lain, mereka ga pernah ngeledekin. Itulah kenapa aku sama Mas Daud jadi biasa aja. Langsung jadi temen baik gitu.
Beberapa saat setelah sehabis makan, kami berlatih menggunakan alat snorkeling lebih dulu. Capt Arya dan Mas Daud pun turut menjadi pelatih kami siang itu, membantu tugas Om Alex.
Setelah semuanya sudah berlatih dengan teknik yang baik dan benar, serta memastikan baju pelampung sudah terpakai dengan proper, dan sudah melakukan pemanasan, kami pun mulai ‘nyemplung’ satu-satu ke laut.
MasyaAllah!!
Alam bawah lautnya sungguh luar biasa!!
Disana, ada banyak sekali jenis ikan, dan karang-karangnya pun sungguh sangat indah.
Kata Om Alex, kenapa laut dan alam bawah laut di Kepulauan ini sangat indah dan cantik mempesona? Itu karena letak lautnya yang berseberangan langsung dengan Samudera Pasifik.
Mungkin kalian bertanya-tanya, kenapa kog ga diving aja?
Kami lebih memilih snorkeling dibandingkan diving karena jika kami melakukan diving, ada aturannya dan ada resikonya. Apalagi jika kami diving mencapai kedalaman 10 meter, maka kami dilarang terbang dalam waktu 48 jam. Begitu kurang lebihnya penjelasannya.
Ketika aku tengah asyik melihat keindahan bawah laut, aku mendengar Mba Neila teriak minta tolong.
Aku yang posisinya paling dekat dengannya pun segera menghampirinya.
“Mba, kenapa?”
“Kaki aku kram Nes..”
“Yaudah aku tarik Mba Neila kesana yaa.”, ujarku menunjuk ke arah speed boat berada.
Om Onald yang tengah standby di atas speed boat menyadari bahwa aku dan Mba Neila membutuhkan pertolongan segera.
Setelah aku berhasil menarik Mba Neila mendekati speed boat, kini giliran Mas Tama dan Mas Daud yang membantu Mba Neila untuk naik ke atasnya. Ah senangnya, mereka sungguh sangat sigap.
Lalu Om Onald dan Mas Tama segera memberikan perawatan pada kaki Mba Neila.
“Mau aku bantu naik?”, tanya Mas Daud yang kini sedang berada di sampingku.
“Hmm aku masih pengen liat-liat alam bawah laut..”, jawabku.
“Yaudah, aku temenin ya?”, tanyanya lagi.
Aku mengangguk dan menjawab “boleh..”.
Disaat aku mulai mengenakan masker selam, tiba-tiba Mas Daud bertanya sesuatu yang tidak aku duga sebelumnya.
“Nes, kamu kenal Reyhan?”
dakski62 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas
Tutup