- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
59.9K
Kutip
1K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#246
Part 65 - Jungle And Sea Survival Part IV
Spoiler for Jungle And Sea Survival Part V:
Tapi tau ga? Aku memberanikan diri dong. Mentalku takut banget tapi berusaha ngelawan gitu dia. 🥹
💂: Anes, siap ya? Selama jalan, jangan merem! Saat ada penghalang di dalam hutan, buka pengaitnya, lewatin penghalangnya dan kaitkan lagi pengaitnya di tali ini ya.
1 2 3, jalan!!
Astaga saat itu aku gemeteran parah. Awalnya masih ada cahaya dari senter pelatih, makin lama makin ga ada cahaya!
Aku jalan ga berani noleh kanan kiri, cuma bisa lirik aja.
Aku baca ayat kursi aja nyaring-nyaring.
Saat aku jalan, awalnya ada pohon yang ngehalangin jalanku.
Aku biasa aja gitu, buka pengaitnya sekalem mungkin, lalu ngelewatin pohon, dan ngaitin pengaitnya ke tali lagi. Eh ga jauh dari itu, ada sosok perempuan berambut panjang ngebelakangin aku, tapi dia ga ngehalangin jalan jadi aku ga perlu ngebuka pengaitnya.
Aku membathin, "dih norak pelatih ngerjainnya! niat banget pake wig sama kostum begitu!"
Tapi meski aku membathin begitu, jalanku lebih aku cepetin hehe. Terus jauh dari sosok perempuan itu, aku ngeliat ada kaya toilet yang uda ga kepake gitu disisi kananku. Disana aku baru lari haha..
Soalnya ngeri banget ih 😣
Dan anehnya, pelatih yang nyamar jadi sosok perempuan tuh ada di salah satu toilet itu tau! Cepet amat larinya, tapi kenapa ga berisik yaaa? Padahal jalan yang aku lewatin itu banyak daun keringnya gitu 🥺
Ah tau ah, aku halu karena kecapean mungkin ya 😬
Oke skip!!
Setelah jurit malam, kami masih harus apel dan nerima hukuman lagi dan lagi.
Tapi malam itu berbeda dengan malam sebelumnya, kami tidur di dalam tenda besar yang memuat 24 orang di dalamnya serta disediakan velbedgitu.
“MasyaAllah nikmatnya. Akhirnya aku bisa tidur tanpa ngerasain sakit di punggung karena batu-batu tajam itu.”
—
Hari Keempat di Jatiluhur.
Saat apel pagi, aku dipilih untuk menjadi ketua kelompok.
Dan kegiatan hari itu adalah 'Raft Building'.
Pelatih sudah menyiapkan segala perlengkapannya untuk setiap kelompok.
-6 plastic drum
-8 tali tampar
-9 bambu
-6 dayung
Seingetku yaa itu saja sih perlengkapannya.
Sebelum merakit raft, kelompok kami berdiskusi dengan sangat serius.
Aku memberikan ide dan menggambar sketsa raft ala-ala di note kecil yang selalu aku bawa. Tapi hanya 3 orang yang setuju dengan ideku itu. Sisanya, mereka setuju dengan ide temanku yang lain, Imah namanya. Karena waktu terbatas, aku ga bisa mempertahankan ide yang aku punya. Alhasil, aku berkeputusan untuk kelompokku mengikuti ide dari Imah.
Setelahnya, aku yang hari itu menjadi ketua kelompok, bertanggung jawab untuk mempresentasikan ide dari kelompokku dalam merakit raft di depan pelatih dan juga di depan kelompok lain.
Btw presentasi ini dilakuinnya di tepi danau ya, yang panas mataharinya luar biasa terasa menyengat kulit.
Ideku saat itu kurang lebih begini..
Setelah semuanya dirasa yakin, akhirnya kami mulai merakitnya.
Waktu yang diberikan hanya satu jam. Dan setelahnya, selesai atau tidak, kami diminta untuk langsung melakukan uji coba di danau. Bagi kelompok yang berhasil, maka mereka bisa langsung mendayung dan menyeberangi danau menuju pulau yang daratannya berwarna merah.
Saat kelompokku menguji coba raft rakitan kami, raft kami berhasil kokoh!
Kami pun segera menaiki raft tersebut.
Saat mulai menjauh dari tepi pulau, salah satu dari kelompokku nyeletuk.
👩: Ini raftnya ga balance tau. Harusnya ide Mba Anes tadi yang bener. Iya ga sih?
👥: Iya juga yaa. Yaah terus gimana dong?
“Uda uda, ga ada yang bener ga ada yang salah kog, toh juga kesepakatan bersama kan tadi. Ini di kanan ada 5 orang, di kiri ada 6 orang. Kayanya ini deh penyebabnya. Kalau gitu, kalian terus ngedayung aja yaaa. Aku turun dari raft. Biar raftnya balance.”, ujarku menenangkan mereka dan mencoba mencari jalan keluar.
Ga lama kemudian, aku langsung turun dari raft.
Saat itu raftnya mulai balance, tapi tetep aja, iketan tali ke plastic drum dan bambunya ga kuat gitu, mulai agak lepas.
“Mba Anes gapapa? Yaampun maafin kita ya Mba.”, ujar mereka dari atas raft.
“Gapapa, aku bisa renang di belakang kalian kog. Udah kalian ngedayung aja buruan. Kalau ada yang sakit, bilang ya! Semangat guys!”, akhirnya setelah meyakinkan kelompokku, mereka mulai ngedayung ninggalin aku.
Haha ga kebayang sih aku bakal renang di danau berjam-jam hari itu.
Sekitar 100 meter aku berenang, ada pelatih yang naik boat neriakin aku dari kejauhan
💂: ANESS!!
👩: Siap, pelatih!
Btw aku pake baju pelampung yaaa makanya bisa jawab panggilan pelatih.
💂: Kenapa berenang? Mana kelompokmu?
👩: Raftnya ga balance karena jumlah orang di kanan kiri raft ga sama, pelatih! Biar balance saya turun!
💂: yaudah kalau gitu kamu ke tepi pulau itu aja!
👩: Siap, pelatih!
Jawabku tanpa berpikir panjang.
Bener aja, baru mau sampe ke tepi pulau, aku diteriakin lagi dengan pelatih yang berbeda.
💂🏿♀️: Anees! Ngapain kamu kesana? Tadi disuruhnya ke pulau yang mana?
👩: Siap yang daratannya merah, pelatih!! 🥺
💂🏿♀️: Nah!! Kenapa ke pulau yg ini?
Astaughfirullah, padahal jarak saat aku diteriakin pertama ke pulau ini tuh jauuh tau.
Tapi saat itu aku happy happy aja gitu wkwk😅
Akhirnya aku langsung renang lagi ke tengah waduk untuk kembali ke tujuan awal, pulau daratan merah.
💂: Anes!! Kamu uda ketemu buaya?
🧕: Siap, belum!
💂: Hati-hati kalau semisal ada buaya, jangan buat percikan air!
Kemudian pelatih langsung pergi dengan boatnya. 🥺
—
Hari itu aku renang dibelakang raft kelompokku selama 2 jam-an. 30 menit sebelum sampe, ada dua anggota kelompokku yang harus turun dari raft, karena raft sebelah kiri drum bagian belakangnya lepas 😅
Dan dari dua orang itu, sama sekali ga bisa berenang. Alhasil, mereka segera di evakuasi oleh pelatih.
Semua kelompok uda pada sampe di pulau daratan merah. Aku pun mulai menyentuh tepian daratan, tapi akunya ga bisa naik.
Karena badanku kaku gitu. Kaya beku. Akhirnya diangkatin sama yang lain. Wkwk.
Selama berenang di danau, aku minum air danau selagi haus. Ga peduli kotor apa engga 😬
Ohya, badanku membeku sekitar lima menitan, teh hangat yang masih tersisa cukup banyak, mereka kasih untuk aku. Makan ubi aja, akunya disuapin sama Imah. Dia bilang "maaf yaa" padahal ga ada yang perlu dimaafin hehe kan uda keputusan bersama hehe.
Akhirnya karena kejadian itu, aku sama dia jadi deket banget sampe sekarang 🤗
Hari mulai petang, kami kembali ke perkemahan kami dengan perahu nelayan yang selalu mengantarkan kami dari pertama kali kami tiba disini.
Kemudian kami bersih-bersih dan siap-siap untuk apel makan malam.
Makan malam hari itu, menunya sangat istimewa. Ada ikan goreng (lupa ikan apa), sop, sambel, sambel goreng tempe, nasi, dan semangka. Sedangkan beberapa hari kemarin makannya hanya ubi dan telur dan nasi mentah 🥺
Saat mau makan, pelatih memberi aba-aba (lagi)!
💂: Pertama, makan semangka nya! Hitungan ke lima, uda harus abis!!
Hmm gimana mau nikmatin makanannya kalau begini 😟
💂: Selanjutnya makan ikannya! Hitungan ke 10, uda harus abis!!
Yaa Allah, ikannya kenapa harus dimakan duluan 😔
Padahal biasanya, ikan itu selalu disayang-sayang, dimakannya paling terakhir.
Dan terus aja pelatih nyuruh makan yang enak-enak duluan, terakhir baru nyuruh makan nasi.
Mana lagi nasinya segunung, harus diabisin ga boleh ada sisa.
💂: Ga boleh ada yang muntah! Kalau sampe muntah, semua temen kelompoknya harus makan muntahannya!!!
Astaughfirullah, aku langsung ngebayangin dan mulai mual-mual.
Disaat aku nyaris muntah, temen yang duduk disebelah kananku, uda abis nasinya. Jadi dia berinisiatif untuk nukerin piring dia dengan piring aku. Karena dia lebih baik makan nasi dibandingin harus makan muntaha. 🤢
Oke skip lagi!
Malam itu kami tidur lebih awal dari biasanya, sekitar jam 11 malam.
Akhirnya badanku yang seharian uda bekerja keras ini, berenang berjam-jam dan berkilo-kilo, bisa istirahat juga.
Yang lain pada sibuk buka seragam dan pake minyak telon karena badannya gatel-gatel, akunya langsung tidur dengan seragam yang masih sedikit basah.😅
—
Baru beberapa jam tidur, tiba-tiba pelatih membunyikan peluitnya dan teriak-teriak bangunin kami.
Yaah! Kami disuruh untuk apel!!
Untungnya aku ga lepas seragam, jadi ga perlu panik gitu wkwk.
Selagi mereka pake seragam, aku malah asik bengong-bengong gitu karena abis bangun tidur kan.
Hitungan uda hampir ke 10, kami semua baru ada di lapangan apel.
Ohya, aku ga pake sepatu malam itu, karena sepatuku saat renang tadi aku lepas, berat banget soalnya hehe.
Jadi saat pemeriksaan kelengkapan seragam, aku salah satu yang atributnya ga lengkap.
Dihukum? Engga dong. Aku diizinin untuk pake sandal gunung-satu-satunya alas kaki yang kupunya.
—
Malam itu, kegiatan kami adalah pergi ke pulau terpencil (lagi), kemudian bikin tenda sendiri-sendiri. Setelahnya gelar matras dan harus membuat kesimpulan dari kegiatan yang sudah dilewati.
Dengan disinari senter malam itu, aku mulai membuat tulisan di folio bergaris. Sayangnya, aku lupa nulis apa 😅
Setelahnya aku langsung tidur lagi. 😆
Pagi-pagi akunya kebangun karena pada ribut tenda mereka kebanjiran.
Sebelum keluar tenda, aku sempetin 'pip*s' di dalam tenda, karena emang ga ada toilet disana. 🥶
Saat aku keluar tenda, MasyaAllah pemandangannya luar biasa indahnya.
Jadi, kami berkemah di pulau kecil ditengah waduk. Pagi itu air mulai naik ke pulau, berasa ditepi pantai gitu deh.
Ga lama kemudian, kami diminta untuk melipat tenda kami, setelahnya kami kembali ke perkemahan dengan perahu bermotor.
Saat di perahu, temen-temen pada cerita dengan hebohnya.
👩: Tau ga, aku ga bisa tidur tau!!
👥: Kenapa? Horor?
👩: Bukaan! Jadi tuh semalem sebelum bikin kesimpulan tuh, aku pip*s di tenda. Eh saat aku mau tidur, tendaku tuh pesing banget sumpah! Aku hadap kanan, pesing. Hadap kiri, pesing. Terlentang, pesing. Gimana aku bisa tidur😣
👥: Hahaha itu kan pipis kamu!!!!!
👩: Sumpah yaa, pipis aku pesing banget 😣
Wkwkkw 😅
Untungnya aku pip*s saat aku bangun tidur, jadi bisa tidur pules semalem 😅
Di pagi itu, aku mengingat kejadian kemarin ditengah kegaduhan kelompokku sambil menikmati pemandangan.
(Flashback)
Kemarin, di jam yang sama seperti sekarang, kami dikumpulkan di lapangan. Disuruh duduk bersila meletakkan tangan di paha dan memejamkan mata sambil mendengarkan wejangan pelatih.
Lama kami memejamkan mata, ternyata ada beberapa yang terisak. (Emang nyentuh ke hati banget sih, bikin inget semua perjuangan sampe bisa ke titik ini).
Tak lama kemudian, ada suara gedubrak-gedubruk gitu kaya ada segerombolan tikus lari-larian. Dan kami masih memejamkan mata.
Suara itu makin mendekat dan rasanya tikus-tikus besar itu berlarian diatas paha kami terus-menerus dan meninggalkan bau pesing.
Dan.. ternyata.. itu bukan segerombolan tikus! Tapi segerombolan ular yang dilepas dan dibiarkan berjalan melewati kami!
Meski kami masih memejamkan mata, kami tau itu ular karena sebagian ular keluar masuk ke seragam kami. Bahkan ada seekor ular yang betah di dalem seragam salah satu dari kami. Kata bapak pawangnya, si ular lagi hamil, makanya dia suka suhu yang hangat. 🥺
💂: Sekarang buka mata kalian!
Taraaaaaaaaaaa!!
Ada banyak ular di depan kami 🥺
Hari itu, kami belajar membedakan mana ular berbisa mana yang bukan. Belajar menangkapnya, memegangnya, memotong kepalanya, mengulitinya, membakarnya, dan memakannya.
Bagaimana rasa daging ular?
Menurutku mirip lele goreng 🥺
Dan saat memotong kepala ular, kepalanya itu masih gerak-gerak makin liar gitu. Serem! Kebetulan aku yang motong kepala ularnya, parahnya darahnya muncrat kemana-mana huhu sungguh amis sekali darahnya 🥺
👩: eh kemarin kamu makan ularnya ga?
👥: Aku sih makan. Enak tau!
👩: Aku sih engga, keras banget!
Lamunanku tentang hari kemarin pun berakhir. Aku merogoh saku celanaku dan mengambil potongan-potongan ular yang kini telah hangus kering tak berbentuk.
Kemarin aku memakannya sedikit kemudian menyembunyikannya di dalam saku. 😅😅😅
——
Hari itu adalah hari ketujuh kami hidup tanpa handphone. Dan sekitar jam 3 sore, kami kembali ke Jakarta.
Meski selama pelatihan para pelatih melatih kami dengan keras, ternyata sedih juga saat mengucapkan perpisahan.
Selama lima hari kami dipaksa untuk bisa beradaptasi dengan alam, dipaksa untuk tidak manja, dipaksa untuk bisa lebih ber-etika, dipaksa untuk bisa menghadapi segala rintangan, dipaksa untuk bisa mematuhi aturan, dipaksa untuk bisa melakukan sesuatu melebihi batas kemampuan, dipaksa untuk mencoba mengerti orang lain, dan dipaksa untuk bisa percaya sama diri sendiri.
Sebegitunya kami dilatih hanya untuk bisa membaca keadaan, kapan kami harus tampil cantik dan lembut dan kapan kami harus tegas dan sangar.
Sebegitunya kami dilatih untuk bisa mengatur waktu dengan baik.
Sebegitunya kami dilatih untuk menguatkan mental dalam menghadapi kejamnya kehidupan di pekerjaan.
Aku tau, lima hari ga akan cukup mengubah kesemuanya menjadi lebih baik.
Tapi, jika kita terus berusaha belajar dengan cara yang sama selama menjalani hidup kedepannya, rasanya lima hari itu sangatlah bermakna.
Terima kasih, Pelatih.
Terima kasih, Jatiluhur.
Sampai kapan pun, kenangan tentangmu tak kan terlupakan.
❤️
💂: Anes, siap ya? Selama jalan, jangan merem! Saat ada penghalang di dalam hutan, buka pengaitnya, lewatin penghalangnya dan kaitkan lagi pengaitnya di tali ini ya.
1 2 3, jalan!!
Astaga saat itu aku gemeteran parah. Awalnya masih ada cahaya dari senter pelatih, makin lama makin ga ada cahaya!
Aku jalan ga berani noleh kanan kiri, cuma bisa lirik aja.
Aku baca ayat kursi aja nyaring-nyaring.
Saat aku jalan, awalnya ada pohon yang ngehalangin jalanku.
Aku biasa aja gitu, buka pengaitnya sekalem mungkin, lalu ngelewatin pohon, dan ngaitin pengaitnya ke tali lagi. Eh ga jauh dari itu, ada sosok perempuan berambut panjang ngebelakangin aku, tapi dia ga ngehalangin jalan jadi aku ga perlu ngebuka pengaitnya.
Aku membathin, "dih norak pelatih ngerjainnya! niat banget pake wig sama kostum begitu!"
Tapi meski aku membathin begitu, jalanku lebih aku cepetin hehe. Terus jauh dari sosok perempuan itu, aku ngeliat ada kaya toilet yang uda ga kepake gitu disisi kananku. Disana aku baru lari haha..
Soalnya ngeri banget ih 😣
Dan anehnya, pelatih yang nyamar jadi sosok perempuan tuh ada di salah satu toilet itu tau! Cepet amat larinya, tapi kenapa ga berisik yaaa? Padahal jalan yang aku lewatin itu banyak daun keringnya gitu 🥺
Ah tau ah, aku halu karena kecapean mungkin ya 😬
Oke skip!!
Setelah jurit malam, kami masih harus apel dan nerima hukuman lagi dan lagi.
Tapi malam itu berbeda dengan malam sebelumnya, kami tidur di dalam tenda besar yang memuat 24 orang di dalamnya serta disediakan velbedgitu.
“MasyaAllah nikmatnya. Akhirnya aku bisa tidur tanpa ngerasain sakit di punggung karena batu-batu tajam itu.”
—
Hari Keempat di Jatiluhur.
Saat apel pagi, aku dipilih untuk menjadi ketua kelompok.
Dan kegiatan hari itu adalah 'Raft Building'.
Pelatih sudah menyiapkan segala perlengkapannya untuk setiap kelompok.
-6 plastic drum
-8 tali tampar
-9 bambu
-6 dayung
Seingetku yaa itu saja sih perlengkapannya.
Sebelum merakit raft, kelompok kami berdiskusi dengan sangat serius.
Aku memberikan ide dan menggambar sketsa raft ala-ala di note kecil yang selalu aku bawa. Tapi hanya 3 orang yang setuju dengan ideku itu. Sisanya, mereka setuju dengan ide temanku yang lain, Imah namanya. Karena waktu terbatas, aku ga bisa mempertahankan ide yang aku punya. Alhasil, aku berkeputusan untuk kelompokku mengikuti ide dari Imah.
Setelahnya, aku yang hari itu menjadi ketua kelompok, bertanggung jawab untuk mempresentasikan ide dari kelompokku dalam merakit raft di depan pelatih dan juga di depan kelompok lain.
Btw presentasi ini dilakuinnya di tepi danau ya, yang panas mataharinya luar biasa terasa menyengat kulit.
Ideku saat itu kurang lebih begini..
Setelah semuanya dirasa yakin, akhirnya kami mulai merakitnya.
Waktu yang diberikan hanya satu jam. Dan setelahnya, selesai atau tidak, kami diminta untuk langsung melakukan uji coba di danau. Bagi kelompok yang berhasil, maka mereka bisa langsung mendayung dan menyeberangi danau menuju pulau yang daratannya berwarna merah.
Saat kelompokku menguji coba raft rakitan kami, raft kami berhasil kokoh!
Kami pun segera menaiki raft tersebut.
Saat mulai menjauh dari tepi pulau, salah satu dari kelompokku nyeletuk.
👩: Ini raftnya ga balance tau. Harusnya ide Mba Anes tadi yang bener. Iya ga sih?
👥: Iya juga yaa. Yaah terus gimana dong?
“Uda uda, ga ada yang bener ga ada yang salah kog, toh juga kesepakatan bersama kan tadi. Ini di kanan ada 5 orang, di kiri ada 6 orang. Kayanya ini deh penyebabnya. Kalau gitu, kalian terus ngedayung aja yaaa. Aku turun dari raft. Biar raftnya balance.”, ujarku menenangkan mereka dan mencoba mencari jalan keluar.
Ga lama kemudian, aku langsung turun dari raft.
Saat itu raftnya mulai balance, tapi tetep aja, iketan tali ke plastic drum dan bambunya ga kuat gitu, mulai agak lepas.
“Mba Anes gapapa? Yaampun maafin kita ya Mba.”, ujar mereka dari atas raft.
“Gapapa, aku bisa renang di belakang kalian kog. Udah kalian ngedayung aja buruan. Kalau ada yang sakit, bilang ya! Semangat guys!”, akhirnya setelah meyakinkan kelompokku, mereka mulai ngedayung ninggalin aku.
Haha ga kebayang sih aku bakal renang di danau berjam-jam hari itu.
Sekitar 100 meter aku berenang, ada pelatih yang naik boat neriakin aku dari kejauhan
💂: ANESS!!
👩: Siap, pelatih!
Btw aku pake baju pelampung yaaa makanya bisa jawab panggilan pelatih.
💂: Kenapa berenang? Mana kelompokmu?
👩: Raftnya ga balance karena jumlah orang di kanan kiri raft ga sama, pelatih! Biar balance saya turun!
💂: yaudah kalau gitu kamu ke tepi pulau itu aja!
👩: Siap, pelatih!
Jawabku tanpa berpikir panjang.
Bener aja, baru mau sampe ke tepi pulau, aku diteriakin lagi dengan pelatih yang berbeda.
💂🏿♀️: Anees! Ngapain kamu kesana? Tadi disuruhnya ke pulau yang mana?
👩: Siap yang daratannya merah, pelatih!! 🥺
💂🏿♀️: Nah!! Kenapa ke pulau yg ini?
Astaughfirullah, padahal jarak saat aku diteriakin pertama ke pulau ini tuh jauuh tau.
Tapi saat itu aku happy happy aja gitu wkwk😅
Akhirnya aku langsung renang lagi ke tengah waduk untuk kembali ke tujuan awal, pulau daratan merah.
💂: Anes!! Kamu uda ketemu buaya?
🧕: Siap, belum!
💂: Hati-hati kalau semisal ada buaya, jangan buat percikan air!
Kemudian pelatih langsung pergi dengan boatnya. 🥺
—
Hari itu aku renang dibelakang raft kelompokku selama 2 jam-an. 30 menit sebelum sampe, ada dua anggota kelompokku yang harus turun dari raft, karena raft sebelah kiri drum bagian belakangnya lepas 😅
Dan dari dua orang itu, sama sekali ga bisa berenang. Alhasil, mereka segera di evakuasi oleh pelatih.
Semua kelompok uda pada sampe di pulau daratan merah. Aku pun mulai menyentuh tepian daratan, tapi akunya ga bisa naik.
Karena badanku kaku gitu. Kaya beku. Akhirnya diangkatin sama yang lain. Wkwk.
Selama berenang di danau, aku minum air danau selagi haus. Ga peduli kotor apa engga 😬
Ohya, badanku membeku sekitar lima menitan, teh hangat yang masih tersisa cukup banyak, mereka kasih untuk aku. Makan ubi aja, akunya disuapin sama Imah. Dia bilang "maaf yaa" padahal ga ada yang perlu dimaafin hehe kan uda keputusan bersama hehe.
Akhirnya karena kejadian itu, aku sama dia jadi deket banget sampe sekarang 🤗
Hari mulai petang, kami kembali ke perkemahan kami dengan perahu nelayan yang selalu mengantarkan kami dari pertama kali kami tiba disini.
Kemudian kami bersih-bersih dan siap-siap untuk apel makan malam.
Makan malam hari itu, menunya sangat istimewa. Ada ikan goreng (lupa ikan apa), sop, sambel, sambel goreng tempe, nasi, dan semangka. Sedangkan beberapa hari kemarin makannya hanya ubi dan telur dan nasi mentah 🥺
Saat mau makan, pelatih memberi aba-aba (lagi)!
💂: Pertama, makan semangka nya! Hitungan ke lima, uda harus abis!!
Hmm gimana mau nikmatin makanannya kalau begini 😟
💂: Selanjutnya makan ikannya! Hitungan ke 10, uda harus abis!!
Yaa Allah, ikannya kenapa harus dimakan duluan 😔
Padahal biasanya, ikan itu selalu disayang-sayang, dimakannya paling terakhir.
Dan terus aja pelatih nyuruh makan yang enak-enak duluan, terakhir baru nyuruh makan nasi.
Mana lagi nasinya segunung, harus diabisin ga boleh ada sisa.
💂: Ga boleh ada yang muntah! Kalau sampe muntah, semua temen kelompoknya harus makan muntahannya!!!
Astaughfirullah, aku langsung ngebayangin dan mulai mual-mual.
Disaat aku nyaris muntah, temen yang duduk disebelah kananku, uda abis nasinya. Jadi dia berinisiatif untuk nukerin piring dia dengan piring aku. Karena dia lebih baik makan nasi dibandingin harus makan muntaha. 🤢
Oke skip lagi!
Malam itu kami tidur lebih awal dari biasanya, sekitar jam 11 malam.
Akhirnya badanku yang seharian uda bekerja keras ini, berenang berjam-jam dan berkilo-kilo, bisa istirahat juga.
Yang lain pada sibuk buka seragam dan pake minyak telon karena badannya gatel-gatel, akunya langsung tidur dengan seragam yang masih sedikit basah.😅
—
Baru beberapa jam tidur, tiba-tiba pelatih membunyikan peluitnya dan teriak-teriak bangunin kami.
Yaah! Kami disuruh untuk apel!!
Untungnya aku ga lepas seragam, jadi ga perlu panik gitu wkwk.
Selagi mereka pake seragam, aku malah asik bengong-bengong gitu karena abis bangun tidur kan.
Hitungan uda hampir ke 10, kami semua baru ada di lapangan apel.
Ohya, aku ga pake sepatu malam itu, karena sepatuku saat renang tadi aku lepas, berat banget soalnya hehe.
Jadi saat pemeriksaan kelengkapan seragam, aku salah satu yang atributnya ga lengkap.
Dihukum? Engga dong. Aku diizinin untuk pake sandal gunung-satu-satunya alas kaki yang kupunya.
—
Malam itu, kegiatan kami adalah pergi ke pulau terpencil (lagi), kemudian bikin tenda sendiri-sendiri. Setelahnya gelar matras dan harus membuat kesimpulan dari kegiatan yang sudah dilewati.
Dengan disinari senter malam itu, aku mulai membuat tulisan di folio bergaris. Sayangnya, aku lupa nulis apa 😅
Setelahnya aku langsung tidur lagi. 😆
Pagi-pagi akunya kebangun karena pada ribut tenda mereka kebanjiran.
Sebelum keluar tenda, aku sempetin 'pip*s' di dalam tenda, karena emang ga ada toilet disana. 🥶
Saat aku keluar tenda, MasyaAllah pemandangannya luar biasa indahnya.
Jadi, kami berkemah di pulau kecil ditengah waduk. Pagi itu air mulai naik ke pulau, berasa ditepi pantai gitu deh.
Ga lama kemudian, kami diminta untuk melipat tenda kami, setelahnya kami kembali ke perkemahan dengan perahu bermotor.
Saat di perahu, temen-temen pada cerita dengan hebohnya.
👩: Tau ga, aku ga bisa tidur tau!!
👥: Kenapa? Horor?
👩: Bukaan! Jadi tuh semalem sebelum bikin kesimpulan tuh, aku pip*s di tenda. Eh saat aku mau tidur, tendaku tuh pesing banget sumpah! Aku hadap kanan, pesing. Hadap kiri, pesing. Terlentang, pesing. Gimana aku bisa tidur😣
👥: Hahaha itu kan pipis kamu!!!!!
👩: Sumpah yaa, pipis aku pesing banget 😣
Wkwkkw 😅
Untungnya aku pip*s saat aku bangun tidur, jadi bisa tidur pules semalem 😅
Di pagi itu, aku mengingat kejadian kemarin ditengah kegaduhan kelompokku sambil menikmati pemandangan.
(Flashback)
Kemarin, di jam yang sama seperti sekarang, kami dikumpulkan di lapangan. Disuruh duduk bersila meletakkan tangan di paha dan memejamkan mata sambil mendengarkan wejangan pelatih.
Lama kami memejamkan mata, ternyata ada beberapa yang terisak. (Emang nyentuh ke hati banget sih, bikin inget semua perjuangan sampe bisa ke titik ini).
Tak lama kemudian, ada suara gedubrak-gedubruk gitu kaya ada segerombolan tikus lari-larian. Dan kami masih memejamkan mata.
Suara itu makin mendekat dan rasanya tikus-tikus besar itu berlarian diatas paha kami terus-menerus dan meninggalkan bau pesing.
Dan.. ternyata.. itu bukan segerombolan tikus! Tapi segerombolan ular yang dilepas dan dibiarkan berjalan melewati kami!
Meski kami masih memejamkan mata, kami tau itu ular karena sebagian ular keluar masuk ke seragam kami. Bahkan ada seekor ular yang betah di dalem seragam salah satu dari kami. Kata bapak pawangnya, si ular lagi hamil, makanya dia suka suhu yang hangat. 🥺
💂: Sekarang buka mata kalian!
Taraaaaaaaaaaa!!
Ada banyak ular di depan kami 🥺
Hari itu, kami belajar membedakan mana ular berbisa mana yang bukan. Belajar menangkapnya, memegangnya, memotong kepalanya, mengulitinya, membakarnya, dan memakannya.
Bagaimana rasa daging ular?
Menurutku mirip lele goreng 🥺
Dan saat memotong kepala ular, kepalanya itu masih gerak-gerak makin liar gitu. Serem! Kebetulan aku yang motong kepala ularnya, parahnya darahnya muncrat kemana-mana huhu sungguh amis sekali darahnya 🥺
👩: eh kemarin kamu makan ularnya ga?
👥: Aku sih makan. Enak tau!
👩: Aku sih engga, keras banget!
Lamunanku tentang hari kemarin pun berakhir. Aku merogoh saku celanaku dan mengambil potongan-potongan ular yang kini telah hangus kering tak berbentuk.
Kemarin aku memakannya sedikit kemudian menyembunyikannya di dalam saku. 😅😅😅
——
Hari itu adalah hari ketujuh kami hidup tanpa handphone. Dan sekitar jam 3 sore, kami kembali ke Jakarta.
Meski selama pelatihan para pelatih melatih kami dengan keras, ternyata sedih juga saat mengucapkan perpisahan.
Selama lima hari kami dipaksa untuk bisa beradaptasi dengan alam, dipaksa untuk tidak manja, dipaksa untuk bisa lebih ber-etika, dipaksa untuk bisa menghadapi segala rintangan, dipaksa untuk bisa mematuhi aturan, dipaksa untuk bisa melakukan sesuatu melebihi batas kemampuan, dipaksa untuk mencoba mengerti orang lain, dan dipaksa untuk bisa percaya sama diri sendiri.
Sebegitunya kami dilatih hanya untuk bisa membaca keadaan, kapan kami harus tampil cantik dan lembut dan kapan kami harus tegas dan sangar.
Sebegitunya kami dilatih untuk bisa mengatur waktu dengan baik.
Sebegitunya kami dilatih untuk menguatkan mental dalam menghadapi kejamnya kehidupan di pekerjaan.
Aku tau, lima hari ga akan cukup mengubah kesemuanya menjadi lebih baik.
Tapi, jika kita terus berusaha belajar dengan cara yang sama selama menjalani hidup kedepannya, rasanya lima hari itu sangatlah bermakna.
Terima kasih, Pelatih.
Terima kasih, Jatiluhur.
Sampai kapan pun, kenangan tentangmu tak kan terlupakan.
❤️
Diubah oleh aymawishy 28-10-2023 10:11
alvihana dan 8 lainnya memberi reputasi
9
Kutip
Balas
Tutup