- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
59.9K
Kutip
1K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#245
Part 64 - Jungle And Sea Survival Part III
Spoiler for Jungle And Sea Survival Part III:
Aku mulai ngelepehin setiap suapan makanan ke tanganku, kemudian ku sembunyikan di antara tekukan kakiku yang kini sedang dalam posisi duduk bersila.
💂: Jangan coba-coba dilepeh yaa!!
Aku ga peduli perintah pelatih!! Aku tetap berusaha melepeh makananku dan menyembunyikannya!!
💂♂️: Kalau ada yang ketauan ngelepehin makanannya, saya suruh jilat itu lepehannya!!
Mendengar kalimat itu, perutku makin mual rasanya! 🤢
Tiga puluh menit setelahnya, pelatih meminta kami untuk berdiri. Disaat itulah, aku langsung nendangin tuh lepehanku ke jurang (kebetulan aku baris dipaling belakang dan belakangku itu jurang gitu wkwk)
—
Kegiatan kami di hari pertama hanya menerima materi mengenai apa yang harus kami lakukan jika amit-amit pesawat kami mendarat di hutan atau laut dan juga menerima hukuman-hukuman ekstrem berkali-kali.
Sedang di penghujung malamnya, kami membuat api unggun dan menerima wejangan dari para pelatih.
Menurutku, wejangan pelatih malam itu cukup menyentuh hati, membuatku makin bertekad untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
💂♂️: Siswa, disana ada makan malam dan sarapan untuk kalian!!
Pelatih menunjuk sesuatu di bawah pohon tepat di samping galon air berada. Membuat kami seketika melihat ke arah yang ditunjuknya. Setelah kuperhatikan, ternyata itu adalah sebuah karung yang entah isinya apa.
Tanpa menunggu aba-aba, para ketua kelompok pun segera berdiri dan berlari menuju karung itu kemudian membawanya bersama-sama kepada kami para anggota yang masih duduk bersila melingkari api unggun.
Melihat para ketua kelompok itu kompak-ga berebutan seperti pagi tadi, membuatku berpikir bahwa wejangan pelatih diterima dengan sangat baik oleh mereka juga, tidak hanya aku.
Setelah karung yang terlihat berat itu sudah ada di tengah-tengah kami, para pelatih pun meminta ketua kelompok untuk membuka karung itu.
DAN TARAAA!!
Isi karung itu adalah ubi cilembu!!
Mereka pun segera membagi ubi cilembu itu kepada para anggotanya dengan sangat adil (masing-masing dari kami mendapatkan 4 ubi). Setelahnya, kami membakar ubi itu bersama-sama di api unggun.
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk ubi itu matang dengan sempurna.
‘Kruk kruuuk..’, perutku tiba-tiba bunyi dengan sangat kencang! Yaa wajar, sejak pagi tadi ia belum terisi makanan sama sekali.
“Perut siapa tuh yang uda demo?”, tanya teman kelompokku.
Aku meresponnya dengan menggaruk-garuk kepalaku sembari tersenyum lebar.
Ubi malam itu rasanya sangat enaaak!! Di gigitan pertama sampai gigitan terakhir, ada rasa manis yang manisnya semanis madu. Ditambah lagi, daging ubinya tuh empuk bangeet!
“Mba Anes, jangan dimakan semua! Kan ubinya juga untuk sarapan besok!!”, tegur ketua kelompokku. Hihi nyaris saja aku memakan semua ubi yang aku punya.
PRIIIT-PRIIIT!! PRIIIT-PRIIIT!! PRIIIT-PRIIIT!!
Suara peluit pelatih menghentikan acara makan malam kami. Membuat kami segera bergegas membentuk barisan sesuai dengan kelompok untuk melakukan apel malam.
Setelah kami berhitung, para ketua kelompok melapor kepada pembina apel. Setelahnya, pembina apel memberikan perintah terakhir di hari pertama kami.
“Siswa, mulai malam ini, kami para pelatih tidak lagi mengawasi area perkemahan ini dari binatang buas yang mendekat dan jenis bahaya lainnya. Kami para pelatih juga tidak lagi mendampingi kalian ke kamar kecil!!
Maka dari itu, mulai malam ini, dua orang dari setiap kelompok, akan melakukan kegiatan ‘MERONDA’ selama 45 menit!! Jika waktu meronda telah habis, maka dua orang dari setiap kelompok berikutnya yang akan menggantikan!! Pastikan seluruh anggota kelompok mendapatkan gilirannya!! Paham??”, hardik pelatih yang memberikan kesan paling galak diantara pelatih yang lain.
“Siap paham pelatih!!”, jawab kami serempak.
“Setelah barisan dibubarkan, ketua kelompok diminta untuk mengambil jam tangan ini!! Besok sebelum apel pagi, wajib dikembalikan lagi!! Paham ya??”, ujar pelatih sembari mengacungkan empat buah jam tangan.
“Siap paham pelatih!!”
“Bubar Barisan!!!!”
Kami melakukan gerakan hormat secara bersamaan. Kemudian pembina apel pun melakukan hormat sekian detik lalu menurunkan tangannya. Begitu pembina apel balik kanan, giliran kami yang menurunkan tangan dan balik kanan sembari berteriak ‘SE-MA-NGAT!!’ di setiap gerakan.
Malam itu, ketua kelompok membagi siapa-siapa yang akan meronda pada giliran pertama sampai giliran ke-enam (terakhir).
“Sekarang masih jam 23.50! Kita mulai ngerondanya di jam 00.00 yaa!!”, ujar ketua kelompokku.
“Bagi kalian yang mendapatkan giliran terakhir, wajib banget ngebangunin kita di jam 04.30!! Aku harap, dengan kita bangun lebih awal-ga seperti pagi tadi, pelatih ga akan ngehukum kita lagi! Aku mohon kerja samanya yaa!!”, pinta ketua kelompokku.
Malam itu, aku kebagian ngeronda di giliran ketiga : JAM 02.15.
Sungguh, aku yang baru saja tidur dua jam lamanya, merasa agak berat untuk membuka mata disaat temanku membangunkanku untuk ngeronda.
Tak pernah sebelumnya aku merasakan kantuk seperti ini.
“Mba Anes, udah hampir jam 02.15 nih!!”, ujar rekanku dari luar tenda.
“Emang sekarang jam berapa?”, tanyaku dengan mata yang masih terpejam.
“Jam dua…”
“Bangunin aku jam 02.13 aja yaaa.. lumayan masih ada waktu 13 menit buat aku tiduuur…”
“Yaaah, oke deh..”, aku mendengar kekecawaan di dalamnya.
Yaa maap, 13 menit itu sangat berharga buat aku. Bahkan aku bisa tidur nyenyak dalam kurun waktu itu.
—
PRIIIT-PRIIIT!! PRIIIT-PRIIIT!! PRIIIT-PRIIIT!!
Suara peluit pelatih terdengar dari kejauhan. Sedang kami telah berkumpul di lapangan apel dan berbaris dengan sangat rapi. Pagi itu kami sangat optimis tidak akan menerima hukuman. Namun nyatanya, setelah kami baru saja selesai melakukan senam pagi, para pelatih kembali menghukum kami dengan permasalahan lain.
Kali ini alasan kami dihukum karena saat menjawab pelatih, kaminya dinilai ga kompak dan ga ada semangat!
Berbeda dengan kemarin pagi, pagi ini mereka menghukum kami secara membabi buta.
Alhasil, telapak tangan kami jadi kapalan dan lutut kami menjadi hitam lebam. 😢
Setelah dihukum habis-habisan, pelatih membagikan tiga butir telur matang kepada kami. Dimana telur itu untuk sarapan, makan siang, dan makan malam kami.
Sekitar jam sepuluh pagi, kami memulai kegiatan baru yang selama ini ditunggu-tunggu karena kami mulai bosen dihukum melulu, yaitu menyeberangi waduk dengan perahu.
Kami ditugaskan untuk menyeberangi waduk menuju pulau yang letaknya berada di balik gunung dengan perahu kecil yang muat untuk tiga orang.
Kata pelatih, jarak pulau ini ke pulau yang akan kami tuju itu sekitar 10 km, tapi jaraknya bisa lebih dari itu, tergantung kami membawa perahu ke arah mana.
Karena satu perahu untuk tiga orang, maka yang memiliki kekuatan fisik lebih kuat, duduknya di bagian belakang.
Yang kekuatan fisiknya sedang, duduknya di bagian depan. Dan yang kekuatan fisiknya lemah (waktu itu ada beberapa yang sakit karena fisiknya ga kuat saat dihukum pelatih), duduknya di bagian tengah.
Perahu teman-temanku satu per satu sudah berada di tengah waduk. Sedang aku dan dua rekanku, baru mendapatkan giliran menaiki perahu tiga puluh menit setelahnya.
Setelah kami sudah berada di atas perahu dengan baju pelampung di badan dan dayung di tangan, kami kembali di briefing oleh pelatih.
💂: Kalau air mulai masuk ke perahu, kalian harus apa?
👥: Segera mengurasnya.
💂: Untuk gerakin perahu lurus ke arah depan, bagaimana mendayungnya?
👥: Mendayung ke kiri dan ke kanan bersamaan dengan gerakan serempak.
💂: Jika ingin mengubah arah perahu ke kiri?
👥: Mendayungnya ke kanan.
💂: Bagus! Berlaku sebaliknya ya!
💂: Jika ada yang sakit diantara kalian?
👥: Berhenti mendayung, bunyikan peluit.
💂: Oke group terakhir siap mendayung!!!
Ssssrrrrrrasanya segar sekali ketika angin menerpa wajahku dengan sangat lembut ketika pelatih mulai mendorong perahu kami dari tepian waduk.
Mungkin aku saja yang merasakannya, karena aku duduk di bagian depan perahu.
—
Di peta yang ditunjukkan oleh pelatih tadi, arah pulau yang kami tuju berada di depan pulau yang sebelumnya kami singgahi. Tapi nyatanya?
Angin mengombang-ambingkan perahu kami. Yang awalnya gunung berada di hadapan kami, beberapa saat kemudian berada di sebelah kanan kami.
Kami terus berusaha mengarahkan perahu berhadapan dengan gunung atau juga boleh jika gunung berada di sisi sebelah kiri kami. Karena dua cara itu lah rute terdekat untuk segera tiba di pulau yang dituju, yakni pulau yang terdapat bendera merah putih yang dikibarkan di tepinya.
Untuk menjaga gerakan kami agar terus kompak dan sedikit menghemat tenaga, akhirnya kami sepakat untuk bergantian memberikan aba-aba kanan kiri.
Sekitar 10 meter dari perahu kami, ada kelompok pertama yang terjebak tidak bisa meluruskan arah perahunya. Lucunya, arah perahu mereka kini mengarah ke pulau kami sebelumnya.
Yah gitu deh, angin pada hari itu sungguh tidak bersahabat.
Sekitar 60 menit kami mendayung, kami belum juga sampai. Ditambah lagi, salah satu rekanku harus dievakuasi. Dia ga bisa ngelanjutin kegiatan mendayungnya karena keadaan fisiknya yang ga memungkinkan.
Jadi tinggallah kami berdua aja.
Aku bersyukur rekanku yang duduk dibagian belakang tuh fisiknyaa kuat banget. Jadi aku suruh dia aja yang ngedayung hehe engga dong bercanda 😅
“Perasaan kalau diliat mah itu pulau uda deket ya. Ternyata ga nyampe-nyampeee!!”, ujarku yang mulai sedikit kelelahan.
“Iyanih, heran!! Btw haus ga Mba Nes?”
“Lumayan. Istirahat dulu yuk…”
Kami pun meletakkan dayung di tengah perahu, setelahnya kami merogoh kantong celana masing-masing untuk mengambil gelas plastik satu-satunya dan kemudian mengambil air di waduk untuk kami minum. Saat itu aku ga sama sekali kepikiran nanti bakal diare karena airnya ga higienis loh!! Aku merasa, aku menjadi orang lain. Hehehe..
“Mba, pengen mandi ga sih?”, ujar rekanku kemudian.
“Tapi sama pelatih ga boleh basahin badan, kita cuma boleh minum..”, ujarku menahan kecewa.
Kami pun menghabiskan waktu istirahat ini dengan bengong dan sesekali meminum air waduk hingga perut merasa kenyang. Tak lama kemudian, kami kembali melanjutkan mendayung perahu ini.
Rasanya lama sekali kami di tengah waduk, terombang-ambing kesana kemari, tapi kami sangat menikmatinya. Karena terlalu menikmati, tak disangka-sangka kami pun sampai juga di pulau terpencil itu.
Saat kami tiba di pulau itu, ternyata baru ada empat kelompok yang berhasil menyeberangi waduk.
Setelah kegiatan mendayung itu aku baru mengerti kenapa pelatih menghajar fisik kami habis-habisan kemarin hingga pagi tadi. Mungkin tujuannya supaya otot tangan kami kuat mendayung ya?
—
Hari Ketiga di Jatiluhur
Hari itu kegiatannnya lebih padat dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Kami melakukan turun tebing dan juga (duh apa ya namanya aku lupa) yang jelas kami nyebrangin tali diatas jurang gitu.
Tapi seperti biasa, sebelum ngelakuin kegiatan itu, pelatih tak lupa menghukum kami lagi dan lagi.
Kurang lebih begitu kegiatannnya.
Serem ga?
Huhu waktu itu aku kek ngedumel gitu, "Yaa Allah begini amat jadi pramugari yaaaaaaaaa" 😟
Setelah dua kegiatan itu kelar, kami langsung disuruh menjelajah mengitari hutan, sawah, sungai, hingga akhirnya berada di tanah lapang nan hijau yang bagus banget dimana kanan kirinya itu tebing gitu.
Saat menjelajah, kami hanya membawa satu kompas dan satu botol air ukuran 250 ml per kelompok.
Dan masing-masing dari kami membawa dua butir telur yang sudah matang.
Perjalanan kali ini cukup jauh. Karena kami benar-benar merasa laper dan haus banget gitu!!
Di tengah perjalanan, ketika itu posisi kami berada di tengah sawah, kami sepakat untuk memakan telur pertama kami. Dan satu telur lagi dimakan saat sudah tiba di tempat tujuan.
Karena air minumnya terbatas, kami pun juga bersepakat untuk minum seteguk saja setiap orangnya dan terjadwal. Jadi ga tiap haus langsung bisa minum.
Disaat jatah air kami sudah benar-benar habis, alhamdulillah turun hujan, jadi kami sempat menampung air saat kami istirahat sejenak selama perjalanan.
—
Kali ini kami berjalan lebih jauh dari malam pertama kami tiba disini.
Ohya waktu menjelajah, kami harus mengikuti arah 330 NW di kompas. Arah 330 NW itu adalah petunjuk yang didapat dari soal yang diberikan pelatih. Lupa sih soalnya gimana. Yang jelas, soalnya lumayan sulit dan rumit.
Jadi selama menjelajah, kompas tuh bener-bener kek penyelamat banget. Hehehehe.
Setelah ketiga kegiatan itu kami lewati, kegiatan selanjutnya adalah jurit malam.
Kami satu per satu disuruh berjalan ke dalam hutan.
Pinggang kami diikat tali gitu dan dikaitin ke tali yang menuntun kami ke perkemahan kami selanjutnya, lalu kami harus berjalan mengikuti tali itu.
Saat itu jujur takut banget sih!
Sendirian disuruh jalan ditengah hutan saat tengah malam???!!!!!! 😣
Aku kalau dirumah nih, mau ke kamar mandi aja minta dianterin ponakan, nah ini apa kabar disuruh jalan di hutan? 🥺
Yang aku liat saat itu persis banget dengan foto ini 🥺
Teman-temanku yang lebih dulu jalan memasuki hutan, banyak yang teriak-teriak. Teriakannya itu menggema lagi. Serem!
Saat itu mentalku makin ciut.
"Yaa Allah, aku lebih baik turun tebing deh dibandingin harus jurit malem ketemu setan! Pura-pura sakit aja apa ya???", bathinku.
💂: Jangan coba-coba dilepeh yaa!!
Aku ga peduli perintah pelatih!! Aku tetap berusaha melepeh makananku dan menyembunyikannya!!
💂♂️: Kalau ada yang ketauan ngelepehin makanannya, saya suruh jilat itu lepehannya!!
Mendengar kalimat itu, perutku makin mual rasanya! 🤢
Tiga puluh menit setelahnya, pelatih meminta kami untuk berdiri. Disaat itulah, aku langsung nendangin tuh lepehanku ke jurang (kebetulan aku baris dipaling belakang dan belakangku itu jurang gitu wkwk)
—
Kegiatan kami di hari pertama hanya menerima materi mengenai apa yang harus kami lakukan jika amit-amit pesawat kami mendarat di hutan atau laut dan juga menerima hukuman-hukuman ekstrem berkali-kali.
Sedang di penghujung malamnya, kami membuat api unggun dan menerima wejangan dari para pelatih.
Menurutku, wejangan pelatih malam itu cukup menyentuh hati, membuatku makin bertekad untuk bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
💂♂️: Siswa, disana ada makan malam dan sarapan untuk kalian!!
Pelatih menunjuk sesuatu di bawah pohon tepat di samping galon air berada. Membuat kami seketika melihat ke arah yang ditunjuknya. Setelah kuperhatikan, ternyata itu adalah sebuah karung yang entah isinya apa.
Tanpa menunggu aba-aba, para ketua kelompok pun segera berdiri dan berlari menuju karung itu kemudian membawanya bersama-sama kepada kami para anggota yang masih duduk bersila melingkari api unggun.
Melihat para ketua kelompok itu kompak-ga berebutan seperti pagi tadi, membuatku berpikir bahwa wejangan pelatih diterima dengan sangat baik oleh mereka juga, tidak hanya aku.
Setelah karung yang terlihat berat itu sudah ada di tengah-tengah kami, para pelatih pun meminta ketua kelompok untuk membuka karung itu.
DAN TARAAA!!
Isi karung itu adalah ubi cilembu!!
Mereka pun segera membagi ubi cilembu itu kepada para anggotanya dengan sangat adil (masing-masing dari kami mendapatkan 4 ubi). Setelahnya, kami membakar ubi itu bersama-sama di api unggun.
Tak membutuhkan waktu yang lama untuk ubi itu matang dengan sempurna.
‘Kruk kruuuk..’, perutku tiba-tiba bunyi dengan sangat kencang! Yaa wajar, sejak pagi tadi ia belum terisi makanan sama sekali.
“Perut siapa tuh yang uda demo?”, tanya teman kelompokku.
Aku meresponnya dengan menggaruk-garuk kepalaku sembari tersenyum lebar.
Ubi malam itu rasanya sangat enaaak!! Di gigitan pertama sampai gigitan terakhir, ada rasa manis yang manisnya semanis madu. Ditambah lagi, daging ubinya tuh empuk bangeet!
“Mba Anes, jangan dimakan semua! Kan ubinya juga untuk sarapan besok!!”, tegur ketua kelompokku. Hihi nyaris saja aku memakan semua ubi yang aku punya.
PRIIIT-PRIIIT!! PRIIIT-PRIIIT!! PRIIIT-PRIIIT!!
Suara peluit pelatih menghentikan acara makan malam kami. Membuat kami segera bergegas membentuk barisan sesuai dengan kelompok untuk melakukan apel malam.
Setelah kami berhitung, para ketua kelompok melapor kepada pembina apel. Setelahnya, pembina apel memberikan perintah terakhir di hari pertama kami.
“Siswa, mulai malam ini, kami para pelatih tidak lagi mengawasi area perkemahan ini dari binatang buas yang mendekat dan jenis bahaya lainnya. Kami para pelatih juga tidak lagi mendampingi kalian ke kamar kecil!!
Maka dari itu, mulai malam ini, dua orang dari setiap kelompok, akan melakukan kegiatan ‘MERONDA’ selama 45 menit!! Jika waktu meronda telah habis, maka dua orang dari setiap kelompok berikutnya yang akan menggantikan!! Pastikan seluruh anggota kelompok mendapatkan gilirannya!! Paham??”, hardik pelatih yang memberikan kesan paling galak diantara pelatih yang lain.
“Siap paham pelatih!!”, jawab kami serempak.
“Setelah barisan dibubarkan, ketua kelompok diminta untuk mengambil jam tangan ini!! Besok sebelum apel pagi, wajib dikembalikan lagi!! Paham ya??”, ujar pelatih sembari mengacungkan empat buah jam tangan.
“Siap paham pelatih!!”
“Bubar Barisan!!!!”
Kami melakukan gerakan hormat secara bersamaan. Kemudian pembina apel pun melakukan hormat sekian detik lalu menurunkan tangannya. Begitu pembina apel balik kanan, giliran kami yang menurunkan tangan dan balik kanan sembari berteriak ‘SE-MA-NGAT!!’ di setiap gerakan.
Malam itu, ketua kelompok membagi siapa-siapa yang akan meronda pada giliran pertama sampai giliran ke-enam (terakhir).
“Sekarang masih jam 23.50! Kita mulai ngerondanya di jam 00.00 yaa!!”, ujar ketua kelompokku.
“Bagi kalian yang mendapatkan giliran terakhir, wajib banget ngebangunin kita di jam 04.30!! Aku harap, dengan kita bangun lebih awal-ga seperti pagi tadi, pelatih ga akan ngehukum kita lagi! Aku mohon kerja samanya yaa!!”, pinta ketua kelompokku.
Malam itu, aku kebagian ngeronda di giliran ketiga : JAM 02.15.
Sungguh, aku yang baru saja tidur dua jam lamanya, merasa agak berat untuk membuka mata disaat temanku membangunkanku untuk ngeronda.
Tak pernah sebelumnya aku merasakan kantuk seperti ini.
“Mba Anes, udah hampir jam 02.15 nih!!”, ujar rekanku dari luar tenda.
“Emang sekarang jam berapa?”, tanyaku dengan mata yang masih terpejam.
“Jam dua…”
“Bangunin aku jam 02.13 aja yaaa.. lumayan masih ada waktu 13 menit buat aku tiduuur…”
“Yaaah, oke deh..”, aku mendengar kekecawaan di dalamnya.
Yaa maap, 13 menit itu sangat berharga buat aku. Bahkan aku bisa tidur nyenyak dalam kurun waktu itu.
—
PRIIIT-PRIIIT!! PRIIIT-PRIIIT!! PRIIIT-PRIIIT!!
Suara peluit pelatih terdengar dari kejauhan. Sedang kami telah berkumpul di lapangan apel dan berbaris dengan sangat rapi. Pagi itu kami sangat optimis tidak akan menerima hukuman. Namun nyatanya, setelah kami baru saja selesai melakukan senam pagi, para pelatih kembali menghukum kami dengan permasalahan lain.
Kali ini alasan kami dihukum karena saat menjawab pelatih, kaminya dinilai ga kompak dan ga ada semangat!
Berbeda dengan kemarin pagi, pagi ini mereka menghukum kami secara membabi buta.
Alhasil, telapak tangan kami jadi kapalan dan lutut kami menjadi hitam lebam. 😢
Setelah dihukum habis-habisan, pelatih membagikan tiga butir telur matang kepada kami. Dimana telur itu untuk sarapan, makan siang, dan makan malam kami.
Sekitar jam sepuluh pagi, kami memulai kegiatan baru yang selama ini ditunggu-tunggu karena kami mulai bosen dihukum melulu, yaitu menyeberangi waduk dengan perahu.
Kami ditugaskan untuk menyeberangi waduk menuju pulau yang letaknya berada di balik gunung dengan perahu kecil yang muat untuk tiga orang.
Kata pelatih, jarak pulau ini ke pulau yang akan kami tuju itu sekitar 10 km, tapi jaraknya bisa lebih dari itu, tergantung kami membawa perahu ke arah mana.
Karena satu perahu untuk tiga orang, maka yang memiliki kekuatan fisik lebih kuat, duduknya di bagian belakang.
Yang kekuatan fisiknya sedang, duduknya di bagian depan. Dan yang kekuatan fisiknya lemah (waktu itu ada beberapa yang sakit karena fisiknya ga kuat saat dihukum pelatih), duduknya di bagian tengah.
Perahu teman-temanku satu per satu sudah berada di tengah waduk. Sedang aku dan dua rekanku, baru mendapatkan giliran menaiki perahu tiga puluh menit setelahnya.
Setelah kami sudah berada di atas perahu dengan baju pelampung di badan dan dayung di tangan, kami kembali di briefing oleh pelatih.
💂: Kalau air mulai masuk ke perahu, kalian harus apa?
👥: Segera mengurasnya.
💂: Untuk gerakin perahu lurus ke arah depan, bagaimana mendayungnya?
👥: Mendayung ke kiri dan ke kanan bersamaan dengan gerakan serempak.
💂: Jika ingin mengubah arah perahu ke kiri?
👥: Mendayungnya ke kanan.
💂: Bagus! Berlaku sebaliknya ya!
💂: Jika ada yang sakit diantara kalian?
👥: Berhenti mendayung, bunyikan peluit.
💂: Oke group terakhir siap mendayung!!!
Ssssrrrrrrasanya segar sekali ketika angin menerpa wajahku dengan sangat lembut ketika pelatih mulai mendorong perahu kami dari tepian waduk.
Mungkin aku saja yang merasakannya, karena aku duduk di bagian depan perahu.
—
Di peta yang ditunjukkan oleh pelatih tadi, arah pulau yang kami tuju berada di depan pulau yang sebelumnya kami singgahi. Tapi nyatanya?
Angin mengombang-ambingkan perahu kami. Yang awalnya gunung berada di hadapan kami, beberapa saat kemudian berada di sebelah kanan kami.
Kami terus berusaha mengarahkan perahu berhadapan dengan gunung atau juga boleh jika gunung berada di sisi sebelah kiri kami. Karena dua cara itu lah rute terdekat untuk segera tiba di pulau yang dituju, yakni pulau yang terdapat bendera merah putih yang dikibarkan di tepinya.
Untuk menjaga gerakan kami agar terus kompak dan sedikit menghemat tenaga, akhirnya kami sepakat untuk bergantian memberikan aba-aba kanan kiri.
Sekitar 10 meter dari perahu kami, ada kelompok pertama yang terjebak tidak bisa meluruskan arah perahunya. Lucunya, arah perahu mereka kini mengarah ke pulau kami sebelumnya.
Yah gitu deh, angin pada hari itu sungguh tidak bersahabat.
Sekitar 60 menit kami mendayung, kami belum juga sampai. Ditambah lagi, salah satu rekanku harus dievakuasi. Dia ga bisa ngelanjutin kegiatan mendayungnya karena keadaan fisiknya yang ga memungkinkan.
Jadi tinggallah kami berdua aja.
Aku bersyukur rekanku yang duduk dibagian belakang tuh fisiknyaa kuat banget. Jadi aku suruh dia aja yang ngedayung hehe engga dong bercanda 😅
“Perasaan kalau diliat mah itu pulau uda deket ya. Ternyata ga nyampe-nyampeee!!”, ujarku yang mulai sedikit kelelahan.
“Iyanih, heran!! Btw haus ga Mba Nes?”
“Lumayan. Istirahat dulu yuk…”
Kami pun meletakkan dayung di tengah perahu, setelahnya kami merogoh kantong celana masing-masing untuk mengambil gelas plastik satu-satunya dan kemudian mengambil air di waduk untuk kami minum. Saat itu aku ga sama sekali kepikiran nanti bakal diare karena airnya ga higienis loh!! Aku merasa, aku menjadi orang lain. Hehehe..
“Mba, pengen mandi ga sih?”, ujar rekanku kemudian.
“Tapi sama pelatih ga boleh basahin badan, kita cuma boleh minum..”, ujarku menahan kecewa.
Kami pun menghabiskan waktu istirahat ini dengan bengong dan sesekali meminum air waduk hingga perut merasa kenyang. Tak lama kemudian, kami kembali melanjutkan mendayung perahu ini.
Rasanya lama sekali kami di tengah waduk, terombang-ambing kesana kemari, tapi kami sangat menikmatinya. Karena terlalu menikmati, tak disangka-sangka kami pun sampai juga di pulau terpencil itu.
Saat kami tiba di pulau itu, ternyata baru ada empat kelompok yang berhasil menyeberangi waduk.
Setelah kegiatan mendayung itu aku baru mengerti kenapa pelatih menghajar fisik kami habis-habisan kemarin hingga pagi tadi. Mungkin tujuannya supaya otot tangan kami kuat mendayung ya?
—
Hari Ketiga di Jatiluhur
Hari itu kegiatannnya lebih padat dibandingkan hari-hari sebelumnya.
Kami melakukan turun tebing dan juga (duh apa ya namanya aku lupa) yang jelas kami nyebrangin tali diatas jurang gitu.
Tapi seperti biasa, sebelum ngelakuin kegiatan itu, pelatih tak lupa menghukum kami lagi dan lagi.
(foto itu aku ambil dari google ya. Karena kegiatan selama jungle and sea survival ga boleh di uploaded).
Kurang lebih begitu kegiatannnya.
Serem ga?
Huhu waktu itu aku kek ngedumel gitu, "Yaa Allah begini amat jadi pramugari yaaaaaaaaa" 😟
Setelah dua kegiatan itu kelar, kami langsung disuruh menjelajah mengitari hutan, sawah, sungai, hingga akhirnya berada di tanah lapang nan hijau yang bagus banget dimana kanan kirinya itu tebing gitu.
Saat menjelajah, kami hanya membawa satu kompas dan satu botol air ukuran 250 ml per kelompok.
Dan masing-masing dari kami membawa dua butir telur yang sudah matang.
Perjalanan kali ini cukup jauh. Karena kami benar-benar merasa laper dan haus banget gitu!!
Di tengah perjalanan, ketika itu posisi kami berada di tengah sawah, kami sepakat untuk memakan telur pertama kami. Dan satu telur lagi dimakan saat sudah tiba di tempat tujuan.
Karena air minumnya terbatas, kami pun juga bersepakat untuk minum seteguk saja setiap orangnya dan terjadwal. Jadi ga tiap haus langsung bisa minum.
Disaat jatah air kami sudah benar-benar habis, alhamdulillah turun hujan, jadi kami sempat menampung air saat kami istirahat sejenak selama perjalanan.
—
Kali ini kami berjalan lebih jauh dari malam pertama kami tiba disini.
Ohya waktu menjelajah, kami harus mengikuti arah 330 NW di kompas. Arah 330 NW itu adalah petunjuk yang didapat dari soal yang diberikan pelatih. Lupa sih soalnya gimana. Yang jelas, soalnya lumayan sulit dan rumit.
Jadi selama menjelajah, kompas tuh bener-bener kek penyelamat banget. Hehehehe.
Setelah ketiga kegiatan itu kami lewati, kegiatan selanjutnya adalah jurit malam.
Kami satu per satu disuruh berjalan ke dalam hutan.
Pinggang kami diikat tali gitu dan dikaitin ke tali yang menuntun kami ke perkemahan kami selanjutnya, lalu kami harus berjalan mengikuti tali itu.
Saat itu jujur takut banget sih!
Sendirian disuruh jalan ditengah hutan saat tengah malam???!!!!!! 😣
Aku kalau dirumah nih, mau ke kamar mandi aja minta dianterin ponakan, nah ini apa kabar disuruh jalan di hutan? 🥺
Yang aku liat saat itu persis banget dengan foto ini 🥺
Teman-temanku yang lebih dulu jalan memasuki hutan, banyak yang teriak-teriak. Teriakannya itu menggema lagi. Serem!
Saat itu mentalku makin ciut.
"Yaa Allah, aku lebih baik turun tebing deh dibandingin harus jurit malem ketemu setan! Pura-pura sakit aja apa ya???", bathinku.
Diubah oleh aymawishy 28-10-2023 09:27
baccu dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
Tutup