- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
59.9K
Kutip
1K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#231
Part 60 - Company Check
Spoiler for Company Check:
Jam sudah menunjukkan pukul 23.50 di pekan ketiga bulan September 2017. Aku yang masih berkutat dengan pena dan buku catatan—sibuk menyalin penjelasan tambahan dari instruktur selama flight training, baru ngeh kalau aku belum makan seharian.
‘Ah nanti aja deh nunggu Mia dan Mei dateng..’, gumamku.
Hari itu, mereka mendapatkan jadwal flight trainingyang sama. Ruang kamar yang biasanya penuh dengan canda tawa dari mereka, seketika senyap seperti tak ada kehidupan.
‘Mereka harusnya uda selesai briefingnya nih..’, bathinku.
Aku segera meraih ponselku yang ku letakkan di atas nakas sebelah televisi dan mulai mengirim pesan ke group yang isinya hanya ada kami bertiga.
Tak perlu menunggu lama untuk aku mengetahui respon mereka.
// 22 September 2017 23.53 Mei : JANGAAAANNN!! //
// 22 September 2017 23.54 Mia : GA USAHHH!! Nanti kita beli pecel lele depan apart aja!! //
Mereka ngejawab ‘jangan’ dan ‘ga usah’, karena aku nawarin mereka : Kalian udah makan belum? Aku masakin yaa?
Bukan mereka ga mau ngerepotin aku ya, tapi lebih ke mereka ga mau lagi nyobain masakan aku.
“Gue jadi tau apa kekurangan Bunda kalau gini mah!”, ujar Mia setelah mencicipi capcay kuah buatanku beberapa waktu lalu.
“Dah Bun, jangan lagi yaa masak-masak!!”, Mei menimpali.
Padahal aku udah berusaha maksimal untuk membuat capcay yang enak sesuai dengan resep yang ada di mbah gugel loh! 😂
Begitu selesai bertukar pesan dengan mereka, aku segera merapikan buku catatanku dan alat tulisku yang berceceran di atas kasur. Kemudian melangkah ke arah lemari untuk mengambil dompet dan jaket hoodie pink kesayanganku. Malam itu aku berniat membeli tiga bungkus pecel lele di warung makan langganan kami.
Selang tiga puluh menit kemudian, aku yang sedang duduk di lobby memangku plastik bungkusan pecel lele, melihat Mei dan Mia keluar dari mobil crew. Terlihat wajah mereka yang sumringah meski baru pulang jam setengah satu pagi.
Melihat mereka membuatku tersenyum seketika.
“Bun ngapain?”, tanya Mei saat melihatku di lobby.
Aku mengangkat bungkusan di tanganku.
“Astagaaaa beliin kita pecel lele?”, tanya Mia.
“Yaampuun Bundaaa, makasih loh… Tau banget kita laper banget hari ini!!”
Aku tak banyak bicara. Hanya berjalan di sisi mereka sembari mendengarkan cerita mereka yang super duper heboh saat mencoba meng-impersonate setiap orang yang mereka temui hari itu.
“Tiing..”, lift yang kami naiki telah terbuka. Mei dan Mia seketika mengecilkan volume suara mereka karena sebelumnya mereka pernah ditegur oleh penghuni kamar di lantai tiga ini karena berisik.
Begitu kami melewati lima kamar dari letak lift berada, kami pun tiba di depan pintu kamar. Aku meraih kunci kamar yang ku letakkan di kantong jaket dan segera membuka kunci pintunya.
“Assalamu’alaikum”, ujarku dan Mei bersamaan.
“Hua akhirnya sampe jugaaaaa di kamar!!”
“Bun, Mia mau cuci kaki tangan aja ya, abis itu mau maem! Mandinya setelah maem, boleh?”
“Mei juga ya Bun?”
Asli, aku ngerasa punya dua anak kalau begini😅
“Boleh! Tapi ganti baju dulu yaaa.”
“Asiiik!!”
Begitu mereka sudah ganti pakaian, cuci kaki, dan cuci tangan, akhirnya kami pun makan dengan sofa persegi sebagai mejanya.
“Bun berarti uda kelar yaa flight trainingnya?”, tanya Mei memecahkan keseriusan kami menikmati lele goreng yang kini sudah mulai habis.
“Iyaaaa nih alhamdulillah.”
“Ga berasa ya Bun uda terbang 10 sector?! Padahal kayanya baru kemarin first flight sama Mba Mustika!”
“Haha iyaaa yaa…”
“Bun Bun, Mia mau tanya deh, take off and landing vigilance tuh apa sih? Emang ada di chapter berapa ya di FAM?”
“Eh iyaa Bun, tadi kita ditanyain itu tapi kita sama-sama ga tau. Emang saat take off and landing vigilance tuh kita harus ngapain?”
“Take off and landing vigilance tuh kalau ga salah ada di chapter 2.”, ujarku sembari menggerogoti kepala lele.
“Ohya?”, tanya mereka terkaget-kaget.
“Iyaa. Kalau ga salah ya, take off and landing vigilance itu adalah dimana semua penumpang udah harus duduk menggunakan seat belt dan FA juga harus duduk menggunakan seat belt & shoulder harness dan kedua telapak tangan menghadap ke atas dan di letakkan dibawah paha sembari melakukan one minute silent review.”, ujarku yang masih sibuk dengan kepala lele.
“Eh aku baru tau lagi!!”
“Samaa!! Mia taunya one minute silent review doang hehehe..”
Ceritanya, setelah kami makan lele malam itu, kami masih ngereview materi yang ada di flight attendant manual yang nyatanya semakin kami pelajarin, kami semakin merasa bodoh.
Meski aku sudah menyelesaikan masa-masa flight training nih, bukan berarti aku bisa santai gitu aja. Justru, aku makin sibuk belajar dan terus belajar untuk mempersiapkan company check dan juga DGCA check.
Apa itu Company Check?
Singkatnya, Company Check itu adalah uji kompetensi berupa lisan dan praktek yang dilakukan oleh instruktur dari suatu maskapai kepada calon FA setelah calon FA tersebut melakukan terbang sebanyak 10 sector.
Selama flight training, kami di guiding, jadi instruktur banyak menjelaskan. Semisal instruktur bertanya lalu kami ga bisa ngejawab, hal itu ga jadi masalah, ya paling ujung-ujungnya diomelin doang.
Tapi, saat udah Company Check, 100% instruktur hanya bertanya dan menilai.
Kalau di Company Check kita lolos nih, maka selanjutnya kita akan dijadwalkan untuk DGCA Check.
Lalu apa DGCA Check itu?
DGCA Check adalah uji kompetensi berupa lisan dan praktek dimana checkernya langsung dari perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Jadi, selama tiga pekan terakhir ini, kebayang kan aku sesibuk apa? Ya gitu, ngehapalin prosedur-prosedur, selain ngehapalin, aku juga berusaha untuk mahamin tuh prosedur betul-betul, karena sering banget ditanya kenapa prosedur itu begini begitu. Kalau akunya sekedar ngapalin nih, fix bakal kesusahan ngejawabnya.
Kegiatanku selain ngehapalin prosedur, juga nyalin catetan selama flight training ke buku catatan yang ternyata banyak banget.
Kalau boleh jujur, tekanan selama flight training tuh besar banget. Tapi tekanannya tuh lebih ke lingkungan kerjanya ya. Meski statusnya masih trainee, aku tuh diperlakukan seperti FA aktif selama penerbangan. Dimulai dari preflight check, boarding, check cabin, briefing, safety demonstration, service after take off, disembark. Kalau salah dikit aja, wah diomelinnya ga tanggung-tanggung. Ga berhenti disitu, kelar diomelin, kami dicecer dengan banyak pertanyaan-pertanyaan baru dari instruktur kami.
Tapi sejauh ini, aku sangat menikmatinya. ❤️
———
27 September 2017, Kamis
Jadwal company check yang sudah ku tunggu-tunggu akhirnya datang juga.
Tapi tak kusangka, bahwa yang akan mengujiku adalah instruktur yang membuat FAM di maskapaiku, si perfeksionis yang berhati dingin. Inget ga saat aku pantukhir, ada bagian deputy FA yang nuduh aku pake bantalan p*ntat? Terus dia bilang kalau pantukhir ini bukan ajang gede-gedean p*ntat? Nah, itu dia tuh orang yang bakal ngecek aku hari ini. Sebut saja dia Mom Neela.
Sebelumnya, dia pernah mengajar di kelasku untuk materi English Class dan Emergency Procedures.
Selama dia ngajar selama 14 hari di kelas, dia tuh blak-blakan sewot banget sama cewek, tapi kalau sama cowok, dianya genit.
Dan aku denger dari senior yang aku kenal, dia banyak menggagalkan trainee untuk menjadi seorang flight attendant.
Duh, serem bangeeet!!
Tapi, aku sih optimis yaa karena aku sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat matang.
———
Jam baru menunjukkan pukul 03.30, aku bersama dua rekanku, Anni dan Nita, sudah berada di ruang briefing bersama dengan checker berambut cepak berwarna cokelat kemerahan yang kini sedang sibuk menulis nama kami bertiga di suatu form.
Formnya seperti ini
Sejujurnya, sebelum kami akhirnya duduk di ruang briefing ini, ada banyak drama seperti yang aku pernah ceritakan sebelumnya. Tapi kali ini aku skip aja ya.
“Gimana kabar kalian pagi ini? Sehat?”, akhirnya dia bersuara setelah lama diam karena fokus menulis diatas lembaran-lembaran form berupa daftar pertanyaan yang akan diujikan.
“Sehat, Mom..”, jawab kami serempak.
“Oke kalau gitu, kita langsung aja yaa.”
“Baik, Mom..”, jawab kami lagi.
“Coba Nita sebutkan Regulasi seorang trainee untuk bisa menjadi Flight Attendant!”, Mom Neela mulai memberikan pertanyaan pertamanya.
“Regulasi untuk bisa menjadi flight attendant adalah at least berusia 18 tahun. Bisa memahami Bahasa Inggris. Memiliki…”
“Stop! Kamu dapat kalimat bisa memahami Bahasa Inggris dari mana? Memang di FAM ada kalimat begitu?”, potongnya kemudian.
“Tolong jelasinnya yang jelas dong!! Kalau kamu bilang bisa memahami Bahasa Inggris, ada banyak orang yang paham Bahasa Inggris loh tapi dia ga bisa nimpalin! Kali ini kamu failed!”, Mom Neela mulai menunjukkan taringnya. Kemudian menulis sesuatu di form milik Nita.
“Coba Anni sekarang yang jawab!!”
“At least 18 years old, able to speak, write, listen, and understand English, passed medical examination certificate second class, passed ground..”
“Stop! Anni, memang kamu saat medex langsung dapet sertifikatnya? Ga periksa dulu?!”, wah Mom Neela udah mulai ngadi-ngadi nih.
“Ya periksa dulu, Mom. Kalimat passed medical examination itu kan artinya kita uda periksa dan juga dinyatakan fit, Mom.”, ujar Mba Anni yang berani mempertahankan jawabannya.
“Yaa harusnya kalimatnya ga gitu, udah kamu failed juga!!”
Astagaaa!! Gampang banget bilang failed-failed gitu!! 😡🤬
“Sekarang kamu!”, perintahnya tiba-tiba kepadaku.
“Regulasi untuk menjadi Flight Attendant yaitu:
1. Berusia minimum 18 tahun.
2. Mampu berbahasa inggris baik secara lisan dan tulisan.
3. Telah mengikuti dan memiliki sertifikat Medical Examination second class yang validasinya selama 12 bulan.
4. Telah mengikuti ground training dan sudah lulus kompetensi cek yang validasinya selama 12 bulan.
5. Telah mengikuti dan lulus dan memiliki mandatory training seperti : Avsec yang berlaku selama 12 calendar month, Crew Resources Management (CRM) yang berlaku until the last month in the next year, Dangerous Good (DG) yang berlaku until the last month in the next two years, dan Crew Emergency Training (CET) yang berlaku 24 calendar months.
6. Telah mengikuti dan lolos initial ground training.
7. Telah mengikuti flight training 10 sector dan 2 sector check by DGCA.”, jawabku mengimprovisasi dengan menambahkan kata ‘telah mengikuti’ sesuai dengan yang Mom Neela suruh sebelumnya.
“Anes, apa maksud berlaku selama 12 calendar month?”, dia mulai menimpali pertanyaan lain.
“Jika mengikuti Avsec bulan Agustus 2017, maka masa berlakunya sampai dengan Agustus 2018, Mom.”, jawabku lugas.
“Lalu, apa maksud berlaku sampai the last month in the next year?”
“Jika mengikuti CRM bulan Agustus 2017, maka masa berlakunya sampai dengan bulan Desember 2018 Mom.”
“Nextnya kalau ngejawab pertanyaan saya jangan campur-campur bahasanya. Kalau mau pake bahasa ya bahasa aja, jangan dicampur, emang nasi, dicampur!!”, ketusnya.
Dan aku hanya bisa bilang, “baik dan maaf”.
Padahal, selama ini aku terbiasa belajar dengan dua bahasa begitu. Karena selain ga ribet harus ngartiin kalimat dalam bahasa inggris ke bahasa indonesia, akunya juga lebih gampang ngehapalinnya.
Menurut kalian, kira-kira aku lolos ga di Company Check kali ini?
‘Ah nanti aja deh nunggu Mia dan Mei dateng..’, gumamku.
Hari itu, mereka mendapatkan jadwal flight trainingyang sama. Ruang kamar yang biasanya penuh dengan canda tawa dari mereka, seketika senyap seperti tak ada kehidupan.
‘Mereka harusnya uda selesai briefingnya nih..’, bathinku.
Aku segera meraih ponselku yang ku letakkan di atas nakas sebelah televisi dan mulai mengirim pesan ke group yang isinya hanya ada kami bertiga.
Tak perlu menunggu lama untuk aku mengetahui respon mereka.
// 22 September 2017 23.53 Mei : JANGAAAANNN!! //
// 22 September 2017 23.54 Mia : GA USAHHH!! Nanti kita beli pecel lele depan apart aja!! //
Mereka ngejawab ‘jangan’ dan ‘ga usah’, karena aku nawarin mereka : Kalian udah makan belum? Aku masakin yaa?
Bukan mereka ga mau ngerepotin aku ya, tapi lebih ke mereka ga mau lagi nyobain masakan aku.
“Gue jadi tau apa kekurangan Bunda kalau gini mah!”, ujar Mia setelah mencicipi capcay kuah buatanku beberapa waktu lalu.
“Dah Bun, jangan lagi yaa masak-masak!!”, Mei menimpali.
Padahal aku udah berusaha maksimal untuk membuat capcay yang enak sesuai dengan resep yang ada di mbah gugel loh! 😂
Begitu selesai bertukar pesan dengan mereka, aku segera merapikan buku catatanku dan alat tulisku yang berceceran di atas kasur. Kemudian melangkah ke arah lemari untuk mengambil dompet dan jaket hoodie pink kesayanganku. Malam itu aku berniat membeli tiga bungkus pecel lele di warung makan langganan kami.
Selang tiga puluh menit kemudian, aku yang sedang duduk di lobby memangku plastik bungkusan pecel lele, melihat Mei dan Mia keluar dari mobil crew. Terlihat wajah mereka yang sumringah meski baru pulang jam setengah satu pagi.
Melihat mereka membuatku tersenyum seketika.
“Bun ngapain?”, tanya Mei saat melihatku di lobby.
Aku mengangkat bungkusan di tanganku.
“Astagaaaa beliin kita pecel lele?”, tanya Mia.
“Yaampuun Bundaaa, makasih loh… Tau banget kita laper banget hari ini!!”
Aku tak banyak bicara. Hanya berjalan di sisi mereka sembari mendengarkan cerita mereka yang super duper heboh saat mencoba meng-impersonate setiap orang yang mereka temui hari itu.
“Tiing..”, lift yang kami naiki telah terbuka. Mei dan Mia seketika mengecilkan volume suara mereka karena sebelumnya mereka pernah ditegur oleh penghuni kamar di lantai tiga ini karena berisik.
Begitu kami melewati lima kamar dari letak lift berada, kami pun tiba di depan pintu kamar. Aku meraih kunci kamar yang ku letakkan di kantong jaket dan segera membuka kunci pintunya.
“Assalamu’alaikum”, ujarku dan Mei bersamaan.
“Hua akhirnya sampe jugaaaaa di kamar!!”
“Bun, Mia mau cuci kaki tangan aja ya, abis itu mau maem! Mandinya setelah maem, boleh?”
“Mei juga ya Bun?”
Asli, aku ngerasa punya dua anak kalau begini😅
“Boleh! Tapi ganti baju dulu yaaa.”
“Asiiik!!”
Begitu mereka sudah ganti pakaian, cuci kaki, dan cuci tangan, akhirnya kami pun makan dengan sofa persegi sebagai mejanya.
“Bun berarti uda kelar yaa flight trainingnya?”, tanya Mei memecahkan keseriusan kami menikmati lele goreng yang kini sudah mulai habis.
“Iyaaaa nih alhamdulillah.”
“Ga berasa ya Bun uda terbang 10 sector?! Padahal kayanya baru kemarin first flight sama Mba Mustika!”
“Haha iyaaa yaa…”
“Bun Bun, Mia mau tanya deh, take off and landing vigilance tuh apa sih? Emang ada di chapter berapa ya di FAM?”
“Eh iyaa Bun, tadi kita ditanyain itu tapi kita sama-sama ga tau. Emang saat take off and landing vigilance tuh kita harus ngapain?”
“Take off and landing vigilance tuh kalau ga salah ada di chapter 2.”, ujarku sembari menggerogoti kepala lele.
“Ohya?”, tanya mereka terkaget-kaget.
“Iyaa. Kalau ga salah ya, take off and landing vigilance itu adalah dimana semua penumpang udah harus duduk menggunakan seat belt dan FA juga harus duduk menggunakan seat belt & shoulder harness dan kedua telapak tangan menghadap ke atas dan di letakkan dibawah paha sembari melakukan one minute silent review.”, ujarku yang masih sibuk dengan kepala lele.
“Eh aku baru tau lagi!!”
“Samaa!! Mia taunya one minute silent review doang hehehe..”
Ceritanya, setelah kami makan lele malam itu, kami masih ngereview materi yang ada di flight attendant manual yang nyatanya semakin kami pelajarin, kami semakin merasa bodoh.
Meski aku sudah menyelesaikan masa-masa flight training nih, bukan berarti aku bisa santai gitu aja. Justru, aku makin sibuk belajar dan terus belajar untuk mempersiapkan company check dan juga DGCA check.
Apa itu Company Check?
Singkatnya, Company Check itu adalah uji kompetensi berupa lisan dan praktek yang dilakukan oleh instruktur dari suatu maskapai kepada calon FA setelah calon FA tersebut melakukan terbang sebanyak 10 sector.
Selama flight training, kami di guiding, jadi instruktur banyak menjelaskan. Semisal instruktur bertanya lalu kami ga bisa ngejawab, hal itu ga jadi masalah, ya paling ujung-ujungnya diomelin doang.
Tapi, saat udah Company Check, 100% instruktur hanya bertanya dan menilai.
Kalau di Company Check kita lolos nih, maka selanjutnya kita akan dijadwalkan untuk DGCA Check.
Lalu apa DGCA Check itu?
DGCA Check adalah uji kompetensi berupa lisan dan praktek dimana checkernya langsung dari perwakilan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Jadi, selama tiga pekan terakhir ini, kebayang kan aku sesibuk apa? Ya gitu, ngehapalin prosedur-prosedur, selain ngehapalin, aku juga berusaha untuk mahamin tuh prosedur betul-betul, karena sering banget ditanya kenapa prosedur itu begini begitu. Kalau akunya sekedar ngapalin nih, fix bakal kesusahan ngejawabnya.
Kegiatanku selain ngehapalin prosedur, juga nyalin catetan selama flight training ke buku catatan yang ternyata banyak banget.
Kalau boleh jujur, tekanan selama flight training tuh besar banget. Tapi tekanannya tuh lebih ke lingkungan kerjanya ya. Meski statusnya masih trainee, aku tuh diperlakukan seperti FA aktif selama penerbangan. Dimulai dari preflight check, boarding, check cabin, briefing, safety demonstration, service after take off, disembark. Kalau salah dikit aja, wah diomelinnya ga tanggung-tanggung. Ga berhenti disitu, kelar diomelin, kami dicecer dengan banyak pertanyaan-pertanyaan baru dari instruktur kami.
Tapi sejauh ini, aku sangat menikmatinya. ❤️
———
27 September 2017, Kamis
Jadwal company check yang sudah ku tunggu-tunggu akhirnya datang juga.
Tapi tak kusangka, bahwa yang akan mengujiku adalah instruktur yang membuat FAM di maskapaiku, si perfeksionis yang berhati dingin. Inget ga saat aku pantukhir, ada bagian deputy FA yang nuduh aku pake bantalan p*ntat? Terus dia bilang kalau pantukhir ini bukan ajang gede-gedean p*ntat? Nah, itu dia tuh orang yang bakal ngecek aku hari ini. Sebut saja dia Mom Neela.
Sebelumnya, dia pernah mengajar di kelasku untuk materi English Class dan Emergency Procedures.
Selama dia ngajar selama 14 hari di kelas, dia tuh blak-blakan sewot banget sama cewek, tapi kalau sama cowok, dianya genit.
Dan aku denger dari senior yang aku kenal, dia banyak menggagalkan trainee untuk menjadi seorang flight attendant.
Duh, serem bangeeet!!
Tapi, aku sih optimis yaa karena aku sudah mempersiapkan semuanya dengan sangat matang.
———
Jam baru menunjukkan pukul 03.30, aku bersama dua rekanku, Anni dan Nita, sudah berada di ruang briefing bersama dengan checker berambut cepak berwarna cokelat kemerahan yang kini sedang sibuk menulis nama kami bertiga di suatu form.
Formnya seperti ini
Sejujurnya, sebelum kami akhirnya duduk di ruang briefing ini, ada banyak drama seperti yang aku pernah ceritakan sebelumnya. Tapi kali ini aku skip aja ya.
“Gimana kabar kalian pagi ini? Sehat?”, akhirnya dia bersuara setelah lama diam karena fokus menulis diatas lembaran-lembaran form berupa daftar pertanyaan yang akan diujikan.
“Sehat, Mom..”, jawab kami serempak.
“Oke kalau gitu, kita langsung aja yaa.”
“Baik, Mom..”, jawab kami lagi.
“Coba Nita sebutkan Regulasi seorang trainee untuk bisa menjadi Flight Attendant!”, Mom Neela mulai memberikan pertanyaan pertamanya.
“Regulasi untuk bisa menjadi flight attendant adalah at least berusia 18 tahun. Bisa memahami Bahasa Inggris. Memiliki…”
“Stop! Kamu dapat kalimat bisa memahami Bahasa Inggris dari mana? Memang di FAM ada kalimat begitu?”, potongnya kemudian.
“Tolong jelasinnya yang jelas dong!! Kalau kamu bilang bisa memahami Bahasa Inggris, ada banyak orang yang paham Bahasa Inggris loh tapi dia ga bisa nimpalin! Kali ini kamu failed!”, Mom Neela mulai menunjukkan taringnya. Kemudian menulis sesuatu di form milik Nita.
“Coba Anni sekarang yang jawab!!”
“At least 18 years old, able to speak, write, listen, and understand English, passed medical examination certificate second class, passed ground..”
“Stop! Anni, memang kamu saat medex langsung dapet sertifikatnya? Ga periksa dulu?!”, wah Mom Neela udah mulai ngadi-ngadi nih.
“Ya periksa dulu, Mom. Kalimat passed medical examination itu kan artinya kita uda periksa dan juga dinyatakan fit, Mom.”, ujar Mba Anni yang berani mempertahankan jawabannya.
“Yaa harusnya kalimatnya ga gitu, udah kamu failed juga!!”
Astagaaa!! Gampang banget bilang failed-failed gitu!! 😡🤬
“Sekarang kamu!”, perintahnya tiba-tiba kepadaku.
“Regulasi untuk menjadi Flight Attendant yaitu:
1. Berusia minimum 18 tahun.
2. Mampu berbahasa inggris baik secara lisan dan tulisan.
3. Telah mengikuti dan memiliki sertifikat Medical Examination second class yang validasinya selama 12 bulan.
4. Telah mengikuti ground training dan sudah lulus kompetensi cek yang validasinya selama 12 bulan.
5. Telah mengikuti dan lulus dan memiliki mandatory training seperti : Avsec yang berlaku selama 12 calendar month, Crew Resources Management (CRM) yang berlaku until the last month in the next year, Dangerous Good (DG) yang berlaku until the last month in the next two years, dan Crew Emergency Training (CET) yang berlaku 24 calendar months.
6. Telah mengikuti dan lolos initial ground training.
7. Telah mengikuti flight training 10 sector dan 2 sector check by DGCA.”, jawabku mengimprovisasi dengan menambahkan kata ‘telah mengikuti’ sesuai dengan yang Mom Neela suruh sebelumnya.
“Anes, apa maksud berlaku selama 12 calendar month?”, dia mulai menimpali pertanyaan lain.
“Jika mengikuti Avsec bulan Agustus 2017, maka masa berlakunya sampai dengan Agustus 2018, Mom.”, jawabku lugas.
“Lalu, apa maksud berlaku sampai the last month in the next year?”
“Jika mengikuti CRM bulan Agustus 2017, maka masa berlakunya sampai dengan bulan Desember 2018 Mom.”
“Nextnya kalau ngejawab pertanyaan saya jangan campur-campur bahasanya. Kalau mau pake bahasa ya bahasa aja, jangan dicampur, emang nasi, dicampur!!”, ketusnya.
Dan aku hanya bisa bilang, “baik dan maaf”.
Padahal, selama ini aku terbiasa belajar dengan dua bahasa begitu. Karena selain ga ribet harus ngartiin kalimat dalam bahasa inggris ke bahasa indonesia, akunya juga lebih gampang ngehapalinnya.
Menurut kalian, kira-kira aku lolos ga di Company Check kali ini?
Diubah oleh aymawishy 11-09-2023 12:44
dakski62 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
Tutup