- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
59.9K
Kutip
1K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#222
Part 57 - Junior Selalu Salah
Spoiler for Junior Selalu Salah:
Dering alarmku membangunkanku yang baru saja tertidur lelap. Mataku yang masih terkantuk-kantuk, terpaksa ku buka meski rasanya sangat berat. Dalam hitungan ketiga, aku sudah duduk bersila diatas kasur sesaat setelah mematikan alarm di hapeku. Kemudian aku menengadahkan kedua tanganku untuk membaca doa setelah bangun tidur yang pagi itu aku selipin doa lain “Yaa Allah semoga hari ini aku ga mabok Yaa Allah”.
Setelahnya, aku ngulet sepuasnya dan menyempatkan mata ini melihat jam di layar hape untuk memastikan lagi aku bangun di waktu yang tepat.
“ETD jam 06.05, reporting time jam 04.05. Lamanya perjalanan sekitar 1 jam 30 menit. Jam 04.05 dikurang 1 jam 30 menit itu jam 02.35. Jam 02.35 dikurang 1 jam 30 menit untuk persiapan mandi, make-up, sarapan, itu jam 01.05. Dan sekarang, udah jam 01.06.”, ucapku dalam hati. Kegiatan menghitung mundur seperti ini menjadi kebiasaan yang ku lakukan baik sebelum dan sesudah tidur dari hari pertama aku mendapatkan jadwal terbang.
*ETD : Estimate Time Departure.
*Reporting Time : waktu sign on atau waktu crew harus melakukan absensi kehadiran.
Mataku yang saat itu sudah menyesuaikan dengan keadaan gelap, bisa melihat dengan jelas Mia yang berada di sisi kiriku sedang tidur menelungkup dibawah selimutnya sedang Mei yang berada di sisi kananku tidur dengan menekukkan kedua kakinya. Perlahan aku turun dari kasur dan meraba-raba lantai di bawah kasur untuk meraih selimut milik Mei. Begitu ku mendapatkan selimut merah muda itu, aku menyelimuti Mei yang tampak kedinginan.
“Bun, ntar kalau udah bangun, lampunya nyalain aja ya!”, pesan mereka berdua setelah aku berpamitan untuk tidur lebih dulu.
Namun, melihat mereka tidur sangat nyenyak begini, aku mengurungkan niatku untuk menyalakan lampu dan memilih langsung menuju ke kamar mandi.
Begitu selesai mandi, aku mengambil perlengkapan make-up yang ku letakkan di atas nakas tepat di sebelah kasur dengan sangat hati-hati agar tak menimbulkan suara berisik yang akan mengganggu tidur mereka. Kemudian kembali melangkah perlahan menuju kamar mandi karena sepertinya aku lebih nyaman jika make-up-an disana.
Sebelum aku memakai riasan, wajib hukumnya bagiku untuk menggunakan toner, serum, moisturizer, dan sunscreen lebih dulu. Sementara menunggu semua itu mengering dan menyerap dengan sempurna di wajah dan juga leherku, sesekali aku mulai mengingat segala prosedur yang mungkin akan ditanyakan oleh instrukturku nanti sembari mengeroll poni dan rambutku dan mencatoknya agar terlihat lebih bervolume.
Saat itu aku baru menyadari, ternyata rambut pendek tuh lebih ribet persiapannya.
Selesai dengan rambut, aku mulai merias wajahku dengan mengaplikasikan concealersecara merata. Disaat yang bersamaan, tanganku tetiba gemetaran karena mulai merasa panik.
Panik karena ada beberapa prosedur yang tiba-tiba aku lupa step-stepnya!
—
Sekitar jam 02.20, aku sudah selesai berias bahkan sudah mengenakan seragam trainee merah-abu-abuku dengan rapi dan wangi. Seperti biasa, wangiku bukan dari parfum bermerk melainkan dari baby cologne.
Sebelum aku meninggalkan kamar, aku kembali memeriksa perlengkapan terbangku di dalam koper, travel bag, dan hand bag.
“Kurasa sudah tidak ada barang yang tertinggal.”, bathinku.
Akupun menggeret koperku keluar kamar lalu berjalan menuju lift untuk menunggu mobil jemputan di lobby.
Begitu aku sudah duduk di sofa yang menghadap ke pintu masuk mobil, aku mencoba menghubungi pihak transport untuk menanyakan siapa driver yang akan menjemputku, apakah ada barengan, dan lain-lain.
Harusnya aku nelponnya saat di kamar, agar aku tidak terlalu menunggu lama di lobby, tapi khawatir Mei dan Mia kebangun gegara suaraku.
Nada sambung terdengar beberapa kali, lalu..
“Pagiii!!”, ujar suara pria paruh baya dibalik telpon.
“Pagi, Pak. Saya dengan Anestya Dewi. Hari ini terbang ke Pangkal Pinang jam 06.05… Driver yang..”
“Nanti dijemput Pak Anwar ya Mba!”, potong si Bapak dengan suara ketus. Mungkin si Bapak udah cape yaa, belom tidur jam segini.
“Ada barengannya ga Pak?”, tanyaku ragu-ragu.
“Barengannya sama Okta ya!”, tuh dijawabnya singkat-singkat.
“Posisi mobil udah dimana ya Pak? Siapa yang dijemput duluan?”
“Posisi mobil udah di depan rumah Mba Okta! Nih Mba catet aja nomor Pak Anwar ya. 081..”, si Bapak menyebutkan nomor hape driver yang jemput aku pagi itu satu per satu. Sedang aku sibuk mencatatnya di note kecil yang ku letakkan di bagian belakang hand bag hitamku.
“Makasih Pak..”
Tutuututututututut!
Tanpa menjawab, si Bapak langsung menutup telponku.
Ternyata bener yang disampaikan oleh Mom Nani beberapa waktu lalu, untuk lebih bersabar dengan bagian transport, karena kebanyakan mereka cuek dan kurang sopan.
Tapi menurutku, mereka begitu, mungkin karena mereka lagi cape aja sih.
—
Jam sudah menunjukkan pukul 03.15. Sudah hampir sejam aku menunggu dengan rasa gugup degdeg-an ga karuan. Tapi belum juga ada tanda-tanda mobil jemputan memasuki area parkir.
Seharusnya sih jam segini aku sudah dalam perjalanan ke bandara. Kedua rekanku yang pagi ini terbang bersamaku, mereka lebih memilih naik taksi menggunakan dana pribadi dari apartemen mereka. Mereka rela ngeluarin duit, daripada dateng terlambat untuk reporting time. Apalagi, Mba Mustika instruktur kami nanti, paling ga suka sama FA yang datang terlambat.
Duh, aku makin panik. Ga biasanya aku sepanik ini. Aku kembali membaca pesan yang aku kirim pada Pak Anwar sejam lalu.
// 02.30 Anes : Pagi, Pak. Saya Anestya Dewi yang hari ini dijemput Bapak. Posisi Bapak sudah dimana kah? //
// 03.00 Pak Anwar : Pagi, Mba. Saya masih nunggu Mba Oktanya ya. Belum ada tanda-tanda udah mau berangkat nih.. Ntar kalau uda mau sampe tempat Mba, saya kabarin ya Mba.. //
Saat aku lagi mau tanya, udah dimana, eh Pak Anwar ngirim pesan duluan..
// 03.27 Pak Anwar : Mba, 5 menit lagi saya sampe di lobby //
Aku pun mulai memasukkan buku-buku catatanku yang sempat ku baca selama satu jam ini ke dalam travel bag. Juga membuang bungkusan plastik roti dan kotak susu cokelat yang sudah habis sejak tadi. Lalu fokus dzikiran selama nunggu mobil jemputan datang.
Nyatanya, mobil jemputan masuk ke area parkir jam 03.35.
3 menit lebih lama dari perkiraan Pak Anwar di pesan tadi.
Aku hanya bisa pasrah disaat menyadari kalau aku ga mungkin bisa sign on jam 04.05. Mengingat waktu perjalanan dari apartemen ke bandara sekitar 45 menit.
Begitu mobil jemputan terlihat memasuki area parkir, aku segera berdiri lalu menggeret koper dan berjalan ke pintu keluar yang letaknya tak jauh dari sofa berada.
Saat mobil sudah terparkir tepat tak jauh dari posisi aku berdiri sekarang, Pak Anwar segera keluar dari kursi kemudinya kemudian sedikit berlari menghampiriku lalu meraih koperku untuk diletakkan di bagasi mobil.
“Pagi, Pak..”, sapaku dengan ramah.
“Pagi, Mbaa.. kursi kosongnya di sebelah kanan yaa Mba (kursi di belakang sopir).”, ujar Pak Anwar tampak tergesa.
“Baik Pak, makasih ya Pak..”, aku segera berjalan menuju sisi kanan mobil.
Begitu membuka pintu mobil, aku melihat Mba-Mba yang katanya namanya Okta ini sedang memejamkan matanya. Alhasil, aku hanya duduk tanpa menyapanya kemudian menutup pintu mobil perlahan.
Disaat mobil baru saja melaju, tiba-tiba Mba yang tadinya merem ini, menegurku.
“Kamu baru ya? Batch berapa?”, ketusnya.
“Hm pagi, Mba.. Iya Mba.. saya batch 50.”
“Selama training ga diajarin sopan santun ya?”, tanyanya kemudian.
Jujur aku kaget disitu.
“Hm maksudnya gimana ya Mba, maaf?”, tanyaku terbata. Karena aku bingung kog tiba-tiba ditanya begitu.
“Kalau naik mobil dan ada barengannya, jangan langsung duduk gitu dong! Kenalin diri dulu kek. Kasih salam dulu! Terus bilang, ikutan!”
Aku terdiam, berusaha mencerna apa yang dikatakannya. Secara tadi dianya kan merem ya, yaa aku malah takut ngeganggu tidur dia. Makanya aku ga ada bilang “Pagi Mba. Saya Anes batch 50. Izin ikutan yaaa…”
“Dikasih tau malah diem! Bener-bener ga sopan kamu yaa!!”, kemudian dia memalingkan wajahnya ke jendela di sisi kirinya sembari melipat kedua tangannya di atas perutnya disaat aku baru mengatakan “Maaf ya Mba..”.
Dengan dia memalingkan wajahnya begitu lalu mengabaikan permintaan maafku, sebenarnya yang ga sopan disini tuh aku atau dia ya?
Dalam hal ini, yang seharusnya marah itu aku bukan sih? Karena dia yang telat masuk ke mobilnya, aku jadi ikutan telat loh!
“Huhuhu dah ah, biarin aja. Fokus aja sama flight training hari ini. Ga usah peduliin hal-hal ga penting!”, ujarku dalam hati.
// 04.00 Ari : Nes, lo uda dimana? Udah ditanyain nih sama Mba Mustikanya!! //
// 04.01 Anes : Gw masih di parimeter selatan nih😭 Ga tau deh jam berapa nyampenya. Tolong bilangin dong Ri, mobil jemputan gw telat ngejemput gw tadi.. //
Aku mengetik pesan itu dengan tangan gemeteran karena panik banget.
// 04.05 Ari : Mba Mustika nanya, lo dijemput jam berapa tadi? //
Dikala aku hendak menjawab pertanyaan Ari, Mba disebelahku ini tiba-tiba menggerutu :
“Bener-bener ya anak initial jaman sekarang ga ada sopan santunnya! Berani-beraninya main hape di mobil tanpa izin ama seniornya!!”
“Maaf ya Mba..”, ujarku lagi tanpa perlawanan. Entah kenapa aku ga bisa membela diri sedari tadi. Mungkin karena aku males kalau harus berdebat dan akan merembet kemana-mana. Toh, namanya junior kan selalu salah ya.
Alih-alih membalas pesan Ari, aku malah meletakkan hapeku ke dalam hand bag.
—
Jam sudah menunjukkan pukul 04.18. Sedang aku baru saja tiba di terminal 2 Bandara Soekarno Hatta di pintu keberangkatan paling ujung.
Pak Anwar yang baru saja keluar dari mobil, segera mengambil koper kami dari bagasi mobil. Si Mba jutek ini kebagian mendapatkan kopernya duluan. Lalu selanjutnya giliranku.
Setelah koperku sudah berada dalam genggamanku, aku memberikan tips kepada Pak Anwar. Sebenarnya, pemberian tips ini tidak hanya dilakukan olehku, tapi dilakukan oleh semua air crew. Bisa dibilang, hal tersebut sudah menjadi budaya turun temurun dari para leluhur yang masih diterapkan hingga saat ini. (Para leluhur ga tuh sebutannya? Wkwk)
Si Mba yang tadi semobil denganku udah ngacir lebih dulu menuju ke crew room. Aku pun melangkah dengan cepat agar posisiku tak jauh darinya.
Terlihat kini dia sedang meletakkan kopernya di tempat koper aircrew berada yang dijaga oleh 2 orang security lalu masuk ke area crew room.
“Selamat pagi, Pak..”, sapaku kepada kedua security yang menjaga koper kami pagi itu.
“Pagi.. kopernya ditaruh disini aja ya Mba.. soalnya udah penuh!”, ujar seorang security yang lebih muda kepadaku disaat aku tampak kebingungan untuk meletakkan koper dimana, sebab area yang tersedia sudah dipenuhi dengan koper-koper dari FA yang datang lebih dulu.
“Tenang, kita jagain!”, ujar seorang security yang lebih tua.
“Makasih ya Pak…”, ujarku kemudian, lalu segera masuk ke crew room.
Sesuai dengan yang disampaikan oleh instrukturku saat aku ground training, langkah selanjutnya setelah meletakkan koper adalah melakukan sign on di ruang tracking. Disana, aku harus menulis beberapa data yang terdiri dari jam berapa mobil jemputan menjemputku, jam berapa aku tiba di ruang tracking, lalu mengisi nomor id, nomor license, nomor paspor, tanggal expired dari license dan paspor, kemudian menandatanganinya. Kenyataannya, sebelum sampai ke ruang tracking, aku harus memperkenalkan diri lebih dulu kepada semua FA yang ada disana.
“Selamat Pagi, Mba/Mas.. Saya Anestya Dewi batch 50.”, satu per satu aku menjabat tangan mereka sambil mengatakan kalimat tersebut.
Begitu aku akan berkenalan dan berjabat tangan dengan pramugari terakhir yang terlihat lebih ketus dan judes dari Mba Mba yang tadi semobil denganku, aku sempat melirik ke arah Ari yang tengah memberikan kode kalau Mba yang sedang ku jabat tangannya ini adalah instruktur kami yang akan nge-guiding kami hari ini.
“Selamat pagi, Mba. Saya Anestya Dewi batch 50. Izin ikutan ya Mbaa..”, sapaku ramah.
“Emang kamu tau siapa saya?”, jawabnya diluar dugaan. Aku melirik ke nametagnya yang seharusnya ditempel di dada sebelah kiri. Namun, Mbanya ga pake nametag pagi itu.
“Maaf, dengan Mba Mustika bukan?”, tanyaku meski sebenarnya aku yakin dia ini emang bener Mba Mustika, karena dia satu-satunya pramugari yang tidak mengenakan seragam terbang melainkan mengenakan setelan jas berwarna biru dongker.
“Ih sotoy, nama gw Sabinem kaliii!!”, ketusnya yang disambut dengan tawa oleh pramugara-pramugari yang duduk di sebelahnya dan sebelahnya lagi.
Aku hanya bisa memaksakan diri untuk bisa tetap tersenyum di depan mereka.
“Yaudah gih buruan sign on sama blood pressure check! Ga pake lama yaa!!”, suruhnya kemudian.
“Baik, Mba. Permisi saya sign on duluu.”, rasanya udah ga karuan pagi itu. Antara malu, kesel, degdeg-an, takut mabok, jadi satu.
Saat di ruang tracking, rupanya aku masih harus mengantre untuk sign on dan juga untuk cek tekanan darah.
“Dah lah pasrah aja udah..”, bathinku lagi dan lagi.
Sembari mengantre, aku sempat bertanya pada Ari dan juga Disa mengenai nomor registrasi pesawat, lalu pesawatnya diparkir dimana, dan juga berapa jumlah penumpangnya. Namun ternyata, mereka belum mendapatkan informasi mengenai hal itu. Akhirnya, mereka pun segera menuju ke ruang Flops untuk menanyakannya kepada FOO sedang aku dibiarkannya tetap di ruang tracking untuk melakukan sign on.
“Pagi Mba, saya Anestya Dewi batch 50.”, sapaku sebelum mengisi data di form sign-on kepada Mba Mba yang baru saja selesai melakukan sign-on.
“Iya, pagi..”, jawabnya singkat kemudian segera berlalu pergi.
“Ini orang-orang pada kenapa sih? Kenapa pada ga ramah gitu ya? Bukannya pramugari tuh harus ramah? Ah mungkin mereka lagi ngetes aku kali ya. Kan akunya masih training. Dari seragamnya aja beda dengan mereka. Hehe”, aku membathin lagi.
“Mba, bisa lebih cepet ga sign-onnya?”, tanya pramugari yang mengantre dibelakangku.
“Yaampun, baru juga ngisi udah diburu-buruin…”, bathinku lagi dan lagi.
“Silahkan Mbaa…”, jawabku beberapa detik kemudian. Aku memberikan dia senyuman, tapi dianya natap wajahku aja engga.
Begitu aku duduk untuk melakukan pengecekan tensi darah, Mba Mba yang meriksain aku, nenangin aku. Dita namanya. Dia bilang, aku harus banyak sabar dan ga usah diambil hati apa yang mereka lakuin ke aku. Toh mereka itu bukan yang ngegaji aku. Jadi cuekin aja.
Aku tersenyum dan berterima kasih banyak padanya. Karena afirmasi yang dia berikan saat itu, membuatku jadi lebih kuat dan membantuku untuk bisa lebih bodo amat.
“Mana Anes?? Udah selesai belum?? Kan saya sudah bilang ga pake lama yaa?”, teriak Mba Mba yang mengaku namanya sebagai Sabinem.
😫😫😫
Diubah oleh aymawishy 08-08-2023 09:49
atikamut dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas
Tutup