- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
59.9K
Kutip
1K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#218
Part 55 - Menjelang Flight Training
Spoiler for Menjelang Flight Training:
“Permisi, sabuk pengamannya dipakai dulu ya Pak. Karena pesawat kita sebentar lagi akan mendarat.”, ujarku kepada rekanku yang sore itu mendapatkan peran sebagai penumpang, sedang aku mendapatkan peran sebagai Senior Flight Attendant (SFA) yang sedang melakukan cabin check, yaitu berjalan di lorong kabin pesawat untuk memastikan semua penumpang sudah menggunakan sabuk pengaman, membuka penutup jendela, menutup dan mengunci meja, melepas earphone, menegakkan sandaran kursi, dan menurunkan sandaran tangan.
“Mba Mbaa!! Ada api di bawah kaki saya!!”, teriak salah satu instruktur kepadaku yang saat itu tengah duduk di belakang rekanku yang baru saja kuingatkan untuk memakai sabuk pengaman.
Beberapa hari terakhir ini, kegiatan kami setiap harinya terus-menerus melakukan simulasi dalam menghadapi keadaan darurat yang mungkin akan terjadi dalam penerbangan kami nanti di MockupPesawat.
Ohya, hasil ujian tulis DGCA (Directorate General of Civil Aviation) sudah keluar loh, alhamdulillah hasil ujian tulisku ga jelek-jelek amat. Meski bisa dibilang sayang banget karena ga bisa dapet nilai sempurna. Huhuhu🥹
“Bring Halon to seat number 9A!!”, responku terhadap permasalahan yang diinstruksikan instrukturku. Instruksiku itu adalah komunikasi darurat yang kutujukan untuk rekan satu timku sore itu.
Ohya, kenapa salah satu syarat untuk menjadi seorang Flight Attendant itu harus aktif dalam berbahasa inggris, salah satunya karena saat dalam keadaan normal maupun keadaan darurat, instruksi sesama air crewnya wajib menggunakan bahasa inggris.
Selagi menunggu rekanku mengambil peralatan fire fighting, aku meminta penumpang yang duduk di seat 8A-8C dan 9A-9C untuk pindah ke kursi kosong. Kenapa? Karena sumber apinya ada di area tersebut.
Tak lama kemudian, rekanku yang posisinya lebih dekat denganku, segera membawakanku halon 1211, Protective Breathing Equipment (PBE), dan juga protective glove. PBE sendiri memiliki fungsi untuk melindungi Flight Attendant dari asap dan juga menyuplai oksigen selama digunakan.
Halon 1211
Protective Breathing Equipment
Protective Glove
Setelah aku sudah menggunakan PBE dengan baik dan benar, aku segera menarik pin pada halon untuk melepaskan kaitan penguncinya, lalu menggunakan protective glove setelahnya. Semua itu dilakukan tidak boleh lebih dari tiga puluh detik. Dan tentunya, instrukturku menghidupkan stopwatchnya disaat aku mulai menyimulasikan menggunakan fire fighting equipment tersebut.
“Discharge!!!”, teriakku sembari mengarahkan halon ke sumber api dan mengeluarkan gasnya dengan gerakan menyapu.
Rekanku yang kala itu menjadi satu tim denganku, segera menginformasikan ke flightcrew menggunakan interphone.
Interphone
(Semua gambar diambil dari google)
“Oke, cukup!!”, ujar instrukturku lagi. Aku dan timku segera mengerumuninya untuk mendengarkan penilaiannya. Sedang rekanku yang menjadi penumpang, mendengarkan penjelasan dari kursi mereka masing-masing.
“Anes, tim kamu udah berapa kali simulasi hari ini?”, tanyanya.
“Tujuh kali, Pak.”
“Masa udah sebanyak itu? Padahal mau saya minta simulasi lagi nih!!”, candanya.
“Kalau suara saya dan rekan saya ga ilang gini, mungkin kami masih sanggup Pak..”, jawabku dengan suara yang makin parau. Hm gimana engga parau, seminggu terakhir ini, kami harus teriak sekencang-kencangnya disaat memberikan command saat melakukan prosedur keadaan darurat yang diminta oleh instruktur-instruktur kami.
“Yaa bagus! Karena itu, simulasi barusan, kalian udah kompak dan saling mengerti dan paham langkah apa yang harus kalian lakukan. Bengongnya udah berkurang. Bingungnya juga udah berkurang. Bahkan Anes saat pake fire fighting equipment tadi butuh waktu 15 detik doang. Bisa dibilang paling cepat diantara rekan timnya yang lain.”
“Wiiih”, respon rekanku yang lain sembari bertepuk tangan. Sedang aku hanya tersenyum miris. Karena udah kehabisan tenaga. Butuh aqu*. Hehe.
“Karena hari ini Anes sudah memecahkan rekor, akan saya kasih reward!”, ujar instrukturku lagi.
“Rewardnya apa Pak?”, tanyaku antusias.
“Maunya apa?”
“Boleh ga Pak, simulasi hari ini cukup sampe disini?”, ucapku yang disambut dengan sorakan meriah dari rekan satu angkatanku.
“Hanya itu?”
“Iya Pak..”
“Yaah, padahal saya mau nraktir kalian makan malam!! Tapi apa boleh buat, Anesnya cuma mau udahan simulasinya.”
“Yaaah!!”, nada penyesalan teman-temanku membuatku merasa bersalah. 🥹
“Yooo, Tiooo!! Makanannya dibagiin ke security aja!! Mereka ga mau!!”, teriak instrukturku ini kepada Mas Tio, Mas Tio ini penanggung jawab catering kami.
“Maaauuu, Paaak!!”, teriak kami.
“Ih Bapak mah ganteng-ganteng suka iseng!”, celetuk Imas yang disambut dengan suara tawa dari pita suara kami yang sudah mulai letih.
Di hari yang sudah mulai petang kala itu, instruktur yang kami panggil dengan sebutan Bapak ini, ternyata benar-benar mengabulkan keinginanku. Padahal, jika dengan instruktur yang lain, kami bisa berlatih hingga pukul sembilan malam loh.
Kami pun segera meninggalkan mockup pesawat dan segera makan bersama di tepian kolam renang.
Sembari makan malam yang sangat awal ini, kami saling bersenda-gurau. Bersyukurnya, instruktur yang mendampingi kami hari ini adalah Pak Adi, seseorang yang bisa diajak bercanda saat diluar jadwal mengajarnya.
“Kalian udah mulai cari tempat tinggal di sekitaran bandara belum?”, tanyanya.
Ohya, saat ketua kelasku nginfoin tentang jungle and sea survival minggu lalu, ternyata hal itu bukanlah suatu hal yang mendesak. Sebab, kabar yang lebih mendesak adalah kami akan segera diusir dari tempat tinggal kami sekarang, mess tercinta. 🥲
Karena, setelah kami berhasil melewati berbagai pelatihan beserta ujian-ujian tulis selama tiga bulan ini, kami akan memasuki tahapan selanjutnya, yaitu Flight Training. Dimana jadwal flight training kami akan di mulai di awal September. Karenanya, kami pun harus mencari tempat tinggal baru yang memiliki akses mudah dalam proses penjemputan oleh crew’s driver dengan radius jarak dari dan ke bandara maksimal 11km.
“Ada yang sudah dapet dan ada yang belum sih, Pak…”, jawab Ari dan Mas Koko.
“Ohgitu..”
“Ohya Pak, Jungle And Sea Survival tuh beneran bakal diadakan atau engga sih?”, kali ini Fitri yang bertanya.
“Beneran. Mungkin di bulan Oktober-November yaaa..”
“Yaah!!”, jawab kami sedih serempak.
“Emang kenapa harus ada jungle and sea survival gitu sih Pak?”
“Jadi, maskapai kita ini kan rencana mau buka rute ke Perth dan Melbourne, nah salah satu syaratnya, flight attendantnya harus mengikuti dan memiliki sertifikat jungle and sea survival. Karena penerbangan kesana kan nanti bener-bener di atas lautan yaa selama hampir tujuh jam!”
“Ohgituuuuuu…”, jawab kami lagi kompak.
“Pak Pak, mau nanya juga…”, tanya Fani.
“Nanya Apa, Ni?”
“Pak, flight training itu gimana sih? Jujur meski sudah dijelasin berkali-kali dengan instruktur yang lain, saya masih ga mudeng Pak!”
“Kebiasaan deh!! Si susah inget-gampang lupa emang bener-bener yaa!!”, Ari menyindir Fani terang-terangan.
“Flight Training itu tujuannya adalah memberikan kalian pandangan, oh ternyata terbang tuh gini ya, terbang tuh gitu ya. Karena memang, kalian akan terbang dengan Flight Attendant aktif di suatu penerbangan. Bahkan jadwal kalian pun akan diatur oleh pihak scheduling.
Nah, saat flight training nanti, kalian akan didampingi oleh instruktur yang akan menjelaskan secara detail, tentang apa-apa yang ada di pesawat, lalu menjelaskan ulang tentang apa yang sudah kalian pelajari selama di ground training. Jadi diharapkan, nantinya, saat kalian sudah released jadi Flight Attendant, kalian tuh ga bingung lagi harus gimana.”
“Ohgituu.. baru mudeng saya Pak. Hehehehe. Makasih Pak..”, Fani cengangas-cengenges.
“Coba ulangin, flight training itu ngapain?”, tanya Ari, nantangin si Fani.
“Dih, kan udah dijelasin tadiiii sama Pak Adi…”
“Iyaa, coba sekarang kamu yang jelasin!!”
“Engga ah!! Apaan sih!!”
Yaah, mereka jadi berantem kan!!
Begitulah hari yang melelahkan ini terlewati.
Hariku penuh tawa karena sikap mereka yang polos juga kekanakan.
Sehingga membuatku mudah untuk melupakan seseorang yang pernah menguasai hati dan pikiranku.
“Mba Mbaa!! Ada api di bawah kaki saya!!”, teriak salah satu instruktur kepadaku yang saat itu tengah duduk di belakang rekanku yang baru saja kuingatkan untuk memakai sabuk pengaman.
Beberapa hari terakhir ini, kegiatan kami setiap harinya terus-menerus melakukan simulasi dalam menghadapi keadaan darurat yang mungkin akan terjadi dalam penerbangan kami nanti di MockupPesawat.
Mockup
pesawat itu adalah replika pesawat yang dibuat mirip dengan rancangan dan ukuran pesawat aslinya.Ohya, hasil ujian tulis DGCA (Directorate General of Civil Aviation) sudah keluar loh, alhamdulillah hasil ujian tulisku ga jelek-jelek amat. Meski bisa dibilang sayang banget karena ga bisa dapet nilai sempurna. Huhuhu🥹
“Bring Halon to seat number 9A!!”, responku terhadap permasalahan yang diinstruksikan instrukturku. Instruksiku itu adalah komunikasi darurat yang kutujukan untuk rekan satu timku sore itu.
Ohya, kenapa salah satu syarat untuk menjadi seorang Flight Attendant itu harus aktif dalam berbahasa inggris, salah satunya karena saat dalam keadaan normal maupun keadaan darurat, instruksi sesama air crewnya wajib menggunakan bahasa inggris.
Selagi menunggu rekanku mengambil peralatan fire fighting, aku meminta penumpang yang duduk di seat 8A-8C dan 9A-9C untuk pindah ke kursi kosong. Kenapa? Karena sumber apinya ada di area tersebut.
Tak lama kemudian, rekanku yang posisinya lebih dekat denganku, segera membawakanku halon 1211, Protective Breathing Equipment (PBE), dan juga protective glove. PBE sendiri memiliki fungsi untuk melindungi Flight Attendant dari asap dan juga menyuplai oksigen selama digunakan.
Halon 1211
Protective Breathing Equipment
Protective Glove
Setelah aku sudah menggunakan PBE dengan baik dan benar, aku segera menarik pin pada halon untuk melepaskan kaitan penguncinya, lalu menggunakan protective glove setelahnya. Semua itu dilakukan tidak boleh lebih dari tiga puluh detik. Dan tentunya, instrukturku menghidupkan stopwatchnya disaat aku mulai menyimulasikan menggunakan fire fighting equipment tersebut.
“Discharge!!!”, teriakku sembari mengarahkan halon ke sumber api dan mengeluarkan gasnya dengan gerakan menyapu.
Rekanku yang kala itu menjadi satu tim denganku, segera menginformasikan ke flightcrew menggunakan interphone.
Interphone
(Semua gambar diambil dari google)
“Oke, cukup!!”, ujar instrukturku lagi. Aku dan timku segera mengerumuninya untuk mendengarkan penilaiannya. Sedang rekanku yang menjadi penumpang, mendengarkan penjelasan dari kursi mereka masing-masing.
“Anes, tim kamu udah berapa kali simulasi hari ini?”, tanyanya.
“Tujuh kali, Pak.”
“Masa udah sebanyak itu? Padahal mau saya minta simulasi lagi nih!!”, candanya.
“Kalau suara saya dan rekan saya ga ilang gini, mungkin kami masih sanggup Pak..”, jawabku dengan suara yang makin parau. Hm gimana engga parau, seminggu terakhir ini, kami harus teriak sekencang-kencangnya disaat memberikan command saat melakukan prosedur keadaan darurat yang diminta oleh instruktur-instruktur kami.
“Yaa bagus! Karena itu, simulasi barusan, kalian udah kompak dan saling mengerti dan paham langkah apa yang harus kalian lakukan. Bengongnya udah berkurang. Bingungnya juga udah berkurang. Bahkan Anes saat pake fire fighting equipment tadi butuh waktu 15 detik doang. Bisa dibilang paling cepat diantara rekan timnya yang lain.”
“Wiiih”, respon rekanku yang lain sembari bertepuk tangan. Sedang aku hanya tersenyum miris. Karena udah kehabisan tenaga. Butuh aqu*. Hehe.
“Karena hari ini Anes sudah memecahkan rekor, akan saya kasih reward!”, ujar instrukturku lagi.
“Rewardnya apa Pak?”, tanyaku antusias.
“Maunya apa?”
“Boleh ga Pak, simulasi hari ini cukup sampe disini?”, ucapku yang disambut dengan sorakan meriah dari rekan satu angkatanku.
“Hanya itu?”
“Iya Pak..”
“Yaah, padahal saya mau nraktir kalian makan malam!! Tapi apa boleh buat, Anesnya cuma mau udahan simulasinya.”
“Yaaah!!”, nada penyesalan teman-temanku membuatku merasa bersalah. 🥹
“Yooo, Tiooo!! Makanannya dibagiin ke security aja!! Mereka ga mau!!”, teriak instrukturku ini kepada Mas Tio, Mas Tio ini penanggung jawab catering kami.
“Maaauuu, Paaak!!”, teriak kami.
“Ih Bapak mah ganteng-ganteng suka iseng!”, celetuk Imas yang disambut dengan suara tawa dari pita suara kami yang sudah mulai letih.
Di hari yang sudah mulai petang kala itu, instruktur yang kami panggil dengan sebutan Bapak ini, ternyata benar-benar mengabulkan keinginanku. Padahal, jika dengan instruktur yang lain, kami bisa berlatih hingga pukul sembilan malam loh.
Kami pun segera meninggalkan mockup pesawat dan segera makan bersama di tepian kolam renang.
Sembari makan malam yang sangat awal ini, kami saling bersenda-gurau. Bersyukurnya, instruktur yang mendampingi kami hari ini adalah Pak Adi, seseorang yang bisa diajak bercanda saat diluar jadwal mengajarnya.
“Kalian udah mulai cari tempat tinggal di sekitaran bandara belum?”, tanyanya.
Ohya, saat ketua kelasku nginfoin tentang jungle and sea survival minggu lalu, ternyata hal itu bukanlah suatu hal yang mendesak. Sebab, kabar yang lebih mendesak adalah kami akan segera diusir dari tempat tinggal kami sekarang, mess tercinta. 🥲
Karena, setelah kami berhasil melewati berbagai pelatihan beserta ujian-ujian tulis selama tiga bulan ini, kami akan memasuki tahapan selanjutnya, yaitu Flight Training. Dimana jadwal flight training kami akan di mulai di awal September. Karenanya, kami pun harus mencari tempat tinggal baru yang memiliki akses mudah dalam proses penjemputan oleh crew’s driver dengan radius jarak dari dan ke bandara maksimal 11km.
“Ada yang sudah dapet dan ada yang belum sih, Pak…”, jawab Ari dan Mas Koko.
“Ohgitu..”
“Ohya Pak, Jungle And Sea Survival tuh beneran bakal diadakan atau engga sih?”, kali ini Fitri yang bertanya.
“Beneran. Mungkin di bulan Oktober-November yaaa..”
“Yaah!!”, jawab kami sedih serempak.
“Emang kenapa harus ada jungle and sea survival gitu sih Pak?”
“Jadi, maskapai kita ini kan rencana mau buka rute ke Perth dan Melbourne, nah salah satu syaratnya, flight attendantnya harus mengikuti dan memiliki sertifikat jungle and sea survival. Karena penerbangan kesana kan nanti bener-bener di atas lautan yaa selama hampir tujuh jam!”
“Ohgituuuuuu…”, jawab kami lagi kompak.
“Pak Pak, mau nanya juga…”, tanya Fani.
“Nanya Apa, Ni?”
“Pak, flight training itu gimana sih? Jujur meski sudah dijelasin berkali-kali dengan instruktur yang lain, saya masih ga mudeng Pak!”
“Kebiasaan deh!! Si susah inget-gampang lupa emang bener-bener yaa!!”, Ari menyindir Fani terang-terangan.
“Flight Training itu tujuannya adalah memberikan kalian pandangan, oh ternyata terbang tuh gini ya, terbang tuh gitu ya. Karena memang, kalian akan terbang dengan Flight Attendant aktif di suatu penerbangan. Bahkan jadwal kalian pun akan diatur oleh pihak scheduling.
Nah, saat flight training nanti, kalian akan didampingi oleh instruktur yang akan menjelaskan secara detail, tentang apa-apa yang ada di pesawat, lalu menjelaskan ulang tentang apa yang sudah kalian pelajari selama di ground training. Jadi diharapkan, nantinya, saat kalian sudah released jadi Flight Attendant, kalian tuh ga bingung lagi harus gimana.”
“Ohgituu.. baru mudeng saya Pak. Hehehehe. Makasih Pak..”, Fani cengangas-cengenges.
“Coba ulangin, flight training itu ngapain?”, tanya Ari, nantangin si Fani.
“Dih, kan udah dijelasin tadiiii sama Pak Adi…”
“Iyaa, coba sekarang kamu yang jelasin!!”
“Engga ah!! Apaan sih!!”
Yaah, mereka jadi berantem kan!!
Begitulah hari yang melelahkan ini terlewati.
Hariku penuh tawa karena sikap mereka yang polos juga kekanakan.
Sehingga membuatku mudah untuk melupakan seseorang yang pernah menguasai hati dan pikiranku.
Diubah oleh aymawishy 25-07-2023 11:02
atikamut dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas
Tutup