Om Dogol terdiam cukup lama. Air mukanya yang berubah menegang membuatku takut. Ah sialan, harusnya aku tidak terlalu kepo !!

"Om, maaf ya. Aku sebenernya cuma penasaran. Kalo Om gak mau cerita, gak papa kok Om." aku berkata sangat hati-hati. Kalau aku membuatnya marah, ada kemungkinan, aku akan menjadi public enemy nomor 1 di RT ini.

Tapi, tak lama wajah Om Dogol kembali tersenyum ramah. Dan perubahan itu, kembali melemaskan otot-ototku. Fiuuuhh leganyaaaaaa.

"Emang kenapa, Put? Kok kamu jadi penasaran? Itu kan ranah pribadi Om loh." Om Dogol mengingatkan, tapi, dia tetap tersenyum ramah.

"Lagian, apa yang kamu denger belum tentu bener. Kadang suka di lebih-lebih kan. Kalo Om sih, udah menutup rapat cerita itu. Chapter itu sudah lewat dari kehidupan Om." Om Dogol melanjutkan, sambil meneguk kopinya.

Aku hanya bisa menunduk, mendengarkan ucapannya. Apa yang Om Dogol bilang, itu semua benar.

"Kamu pasti tertarik, karena dengar dari mana-mana kan? Mereka pasti cerita heboh banget ya? Sampe kamu nekad kepo gitu? Hahahahaha. Mereka cuma hiperbolik, Put. Lebay ! Cerita Om gak seseru itu. Malah mungkin, cerita orang tuamu, jauh lebih seru daripada cerita Om. Hahahahaah." Om Dogol malah tertawa terbahak-bahak.

"Papa, makan dulu yuk. Aku udah siapin. Mas Putra, ayok ikut sekalian, disuruh sama mama makan bareng."

Suara Clarissa yang mendadak muncul, melegakan hatiku, sekaligus mencairkan suasana yang mulai tidak enak ini.

"Wahhh, kamu masak kak? Ayok ayok. Papa gak sabar makan masakan kamu ! Ayok Put, rugi kalo ga makan masakan Clarissa. Percaya sama Om !" ajak Om Dogol bersemangat.

Tunggu? Aku tidak salah dengar nih? Clarissa masak? Serius ??

Tanpa sempat berfikir, aku sudah dirangkul Om Dogol masuk ke rumahnya. Ini kali pertama aku masuk ke dalam rumah Om Dogol. Walau cukup sering main ke sini, aku biasanya hanya sampai teras saja. Lah di teras saja enak kok. Bikin betah.

Seperti aku bilang sebelumnya, rumah Om Dogol tidak bisa di bilang sederhana, tapi tidak bisa juga di bilang mewah. Segala perabotan yang ada di dalamnya terasa pas. Tidak berlebihan dan tidak juga kurang.

"Ah pantas saja, aku sering lihat, banyak kerabatnya datang dan menginap. Rumah ini benar-benar bikin betah" aku bergumam dalam hati.

Di meja makan, sudah ada Tante Dogol, Clarissa dan Fatih. Mereka menyambutku ramah dan mempersilahkan ku duduk.

Di meja, sudah terhidang beberapa jenis makanan. Dari bentuknya, aku bisa menduga ini chinese food. Capcay seafood, ayam mentega, dan fuyunghai mini. Aku bilang mini, karena memang bentuknya kecil, tidak seperti di resto chinese food yang biasanya besar.

"Cla, ini kamu yang masak?" aku bertanya penasaran. Untuk ukuran remaja 14 tahun, memasak makanan seperti ini sih, luar biasa sekali.

"Iya, dia yang masak. Tante sama Om malah suka banget masakan dia. Dia juga dagang kecil-kecilan tuh di sekolah. Hahahaha." Tante Dogol menjelaskan. Sementara Clarissa hanya tertunduk malu. Persis sekali dengan sifat dan kelakuan ayahnya. Plek !! Hahahahaha.

"Udah ayok santap. Om udah laper!!" Om Dogol mulai mengambil piring, untuk kemudian di ambilkan lauknya oleh Tante Dogol.

Setelah mengambil ayam dan capcay, aku memasukkan makanan itu ke mulutku. Dan, nyessssss!!! Asli enak banget !!!

GAK ADA OBAT !! kata Nex Carlos. Ini chinese food paling enak yang pernah ku makan.

"Cla? Serius ini enak bangettt!! Asliii!!" aku tidak bisa menahan euforiaku. Om dan tante Dogol tertawa geli, sementara Fatih sudah tidak bersuara sejak tadi, keasikan makan !!

"Alhamdulillah. Makasih banyak mas." Clarissa menjawab malu-malu.

Duuh ini cewek, wife material sekali !! Udah cantik, anggun, jago masak, dan adabnya itu loh!! Setelah makan, dia langsung cekatan membereskan piring dan mencucinya. Gila !! Beruntung sekali pria yang memilikinya nanti.

Om jadikan aku mantumu, Om!!

Setelah menyantap makan siang, kami tidak langsung bubar. Kami mengobrol sejenak.

"Tante, itu si Cla belajar masak darimana? Sama Tante?" aku bertanya penasaran.

"Hahahahaha. Bukanlah !! Tante gak jago masak chinese food." jawab Tante Dogol. "Dia di ajarin langsung sama Apo nya." lanjutnya.

"Apo?" aku mengernyit tidak mengerti.

"Neneknya." Om Dogol menjawab.

Nenek? Apo?

Spoiler for intermezzo:

Ini sepertinya akan menjadi Intermezzo terakhir, sebelum masuk ke cerita inti. Semoga aku tetap konsisten untuk menyelesaikan cerita ini ya