- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
59.9K
Kutip
1K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#164
Part 44 - Drama Perkara Sepatu
Spoiler for Drama Perkara Sepatu:
// 2 Juni 2017 16.30 Mba Dila : Dek, udah kelar belum briefingnya? //
// 16.37 Anes : Maafin baru bales Mba Ini aku baru kelar briefing //
// 16.37 Mba Dila : Oke.. aku tunggu di pintu masuk lobby yaaa //
Aku berjalan dari aula ke lobby yang berjarak kurang lebih 250 meter dengan sepatu heels berbahan beludru yang baru saja ku beli ini. Jujur sepatu ini adalah sepatu termahal yang pernah ku punya.
Sayangnya ga bisa ku pakai lama-lama, sebab ada aturan bahwa selama training dilarang menggunakan sepatu berbahan seperti ini.
Alasannya, sepatu jenis ini akan lebih susah dibersihkan jika kotor. Sedang sepatu berbahan kulit, jika kotor, bisa langsung dilap dengan tisu basah dan langsung kinclong seperti baru.
Aku mulai menghela napas panjang dan membathin ‘belum apa-apa saja sudah banyak aturan dan pengeluaran!‘.
“Dek!”, panggil Mba Dila saat aku baru saja tiba di depan pintu masuk lobby. Aku menoleh ke sumber suara yang ternyata pemilik suara itu berada di bawah pohon cemara yang berjarak kurang lebih 50 meter dari pintu masuk.
“Udah lama ya nunggunya?”, tanyaku saat sudah berada di hadapannya.
“Enggak kog! Ohya, kamu mau buka puasa apa?”
“Ngikut Mba Dila aja deh..”
“Kita mau langsung beli buka-an atau balik ke kontrakan dulu?”
“Hm sekarang udah hampir jam lima sih..”
“Yaudah kita langsung beli buka-an ajaa ya, Dek! Biasanya sih bakal antre panjang kalau mepet-mepet!”
Aku pun langsung mengiyakan!
Tak berselang lama, kami yang sudah mengenakan helm, kini sudah berada di atas motor bebek Mba Dila.
Dengan wasweswos menerobos kemacetan, Mba Dila berhasil membawaku ke foodcourt terdekat sepuluh menit kemudian.
Benar yang Mba Dila bilang, setiba disana, foodcourt sudah penuh dengan orang-orang yang sedang menantikan waktu adzan maghrib berkumandang.
Alhasil, kami mendapatkan tempat di halaman luar dekat parkiran.
“Untung aja kita dapet tempat yaa Mba!”, ujarku setelah memesan makanan.
“Iyaa!! Yaa meski tempatnya terbuang begini yaaa? Wkwk. Btw tadi gimana briefingnya? Aman?”
“Hm banyak zonknya sih Mba! Salah satunya, aku harus cari sepatu berbahan kulit!”
Mba Dila seketika melihat sepatuku.
“Emang kenapa sepatu yang sekarang kamu pake?”
“Bahannya beludru. Ga dibolehin berbahan itu!”, jawabku seraya memanyunkan bibirku.
“Owalah! Yaudah ntar abis tarawih aku anterin ke Tangerang City Mall ya?! Biasanya ada sepatu kulit dengan harga miring!”
“Huaa seriuus?? Makasih banyaaak ya Mba Dilaa! Maaf ngerepotin mulu!”
“Yee santai, Dek!”, ujarnya dengan senyum sumringah.
“Hua udah adzan! Pas banget! Selamat buka, Dek!”, ujarnya lagi.
Siapa sangka di akhir sesi curhatku berbarengan dengan berkumandangnya adzan maghrib! Kami pun segera melahap makanan yang sudah dihidangkan di meja kami beberapa menit lalu.
Selesai berbuka, kami bergegas untuk kembali menerobos jalanan yang macet menuju kontrakan Mba Dila. Tiba di kontrakan, kami bersih-bersih, shalat maghrib, istirahat sejenak, lalu bersiap ke masjid yang berada di ujung komplek untuk shalat tarawih berjamaah.
———
Seperti yang dijanjikan oleh Mba Dila, kami benar-benar pergi ke mall untuk mencari sepatu kulit setelah tarawih, meskipun Mba Dila besok masih harus kerja di jam delapan pagi.
Setibanya di mall, kami berkeliling dari satu gerai sepatu ke gerai sepatu yang lain. Namun, aku tak menemukan sepatu kulit yang distandarkan oleh Mom Ule.
Kebanyakan aku menemukan jenis sepatu yang seperti ini :
❌Sepatu dengan kulit mengkilap
Padahal, sepatu yang distandarkan yang seperti ini :
✅Sepatu yang tidak mengkilap
Alhasil, setelah hampir satu jam penuh kami berkeliling, kami tak menemukan sepatu yang dimaksud.
Kami pun kembali ke mall lain yang lebih besar dan lengkap keesokan harinya sepulang Mba Dila bekerja.
Dan benar saja, di mall tersebut, akhirnya aku menemukan sepatu itu!
“Mba, sepatunya yang ini!”, ujarku histeris!
“Hm akhirnyaa ya!!”
“Mbaa, tapiii..”
“Eh? Kenapa dek?”
“Kog harganya jutaan gini?”
“Emang iya? Yaudah kita cari ke gerai yang lain!!”
Aku yang lebih suka mendaki gunung dibandingkan harus mengelilingi mall hanya untuk mencari sesuatu, sore itu berhasil memaksa anggota tubuhku untuk mau menjelajahi mall megah ini hanya untuk mencari sepatu! Karena jujur, aku ga rela uangku, ku sia-siakan untuk membeli sepatu semahal itu! (Yaa maklum, jiwa misqueenku sungguh melekat di dalam pikiranku wkwkwk)
Wajahku udah ga karu-karuan karena sudah mulai kelelahan. Dan tak diduga, aku pun menemukan sepatu itu di menit enam puluh sembilan, menit-menit terakhir aku ingin menyerah.
Gimana sepatunya?
Sepatunya sesuai keinginan sih.
Harganya?
Hmm harganya tentu lebih murah dari sepatu-sepatu sebelumnya yang kutemui, yaa meski harga normalnya masih di kisaran 800k, tapi alhamdulillahnya dapet diskon 30%+10%!
Jujur, status sepatu beludruku yang menjadi sepatu termahal, seketika tergeser dengan sepatu baru ini!!
Kalau diinget-inget, kenapa aku sebegitunya cari sepatu seperti yang distandarkan? Sebab siapa pun yang melanggar aturan, akan langsung diberikan surat peringatan!!
Aku yang selalu ingin mendapatkan penilaian terbaik, tentu tidak mau hal itu terjadi.
Masa belum apa-apa udah kena SP? Ya ga?
———
4 Juni 2017, Minggu
Minggu pagi, aku, Mba Dilla, dan beberapa temen-temennya asik jogging ala-ala di Gelora Bung Karno (GBK) dengan menggunakan moda transportasi Kereta Rel Listrik (KRL).
Jujur nih, tinggal di Jakarta itu ga perlu bingung ke sana ke mari naik apa, karena transportasi umumnya sudah sangat lengkap dan harganya pun terjangkau!
Beda banget dengan kampung halamanku🥹
Bus untuk ke sana susah, kereta api pun ga ada! Wkwk!
“Dek, kamu ke asramanya ntar sore aja ya? Sekarang kita ke GBK dulu! Itung-itung healing sebelum kamu training!”, ujar Mba Dila saat matahari baru saja terbit pagi tadi.
Alhasil, saat aku tiba di asrama di sore harinya, aku engga kebagian kamar yang layak!
// 16.37 Anes : Maafin baru bales Mba Ini aku baru kelar briefing //
// 16.37 Mba Dila : Oke.. aku tunggu di pintu masuk lobby yaaa //
Aku berjalan dari aula ke lobby yang berjarak kurang lebih 250 meter dengan sepatu heels berbahan beludru yang baru saja ku beli ini. Jujur sepatu ini adalah sepatu termahal yang pernah ku punya.
Sayangnya ga bisa ku pakai lama-lama, sebab ada aturan bahwa selama training dilarang menggunakan sepatu berbahan seperti ini.
Alasannya, sepatu jenis ini akan lebih susah dibersihkan jika kotor. Sedang sepatu berbahan kulit, jika kotor, bisa langsung dilap dengan tisu basah dan langsung kinclong seperti baru.
Aku mulai menghela napas panjang dan membathin ‘belum apa-apa saja sudah banyak aturan dan pengeluaran!‘.
“Dek!”, panggil Mba Dila saat aku baru saja tiba di depan pintu masuk lobby. Aku menoleh ke sumber suara yang ternyata pemilik suara itu berada di bawah pohon cemara yang berjarak kurang lebih 50 meter dari pintu masuk.
“Udah lama ya nunggunya?”, tanyaku saat sudah berada di hadapannya.
“Enggak kog! Ohya, kamu mau buka puasa apa?”
“Ngikut Mba Dila aja deh..”
“Kita mau langsung beli buka-an atau balik ke kontrakan dulu?”
“Hm sekarang udah hampir jam lima sih..”
“Yaudah kita langsung beli buka-an ajaa ya, Dek! Biasanya sih bakal antre panjang kalau mepet-mepet!”
Aku pun langsung mengiyakan!
Tak berselang lama, kami yang sudah mengenakan helm, kini sudah berada di atas motor bebek Mba Dila.
Dengan wasweswos menerobos kemacetan, Mba Dila berhasil membawaku ke foodcourt terdekat sepuluh menit kemudian.
Benar yang Mba Dila bilang, setiba disana, foodcourt sudah penuh dengan orang-orang yang sedang menantikan waktu adzan maghrib berkumandang.
Alhasil, kami mendapatkan tempat di halaman luar dekat parkiran.
“Untung aja kita dapet tempat yaa Mba!”, ujarku setelah memesan makanan.
“Iyaa!! Yaa meski tempatnya terbuang begini yaaa? Wkwk. Btw tadi gimana briefingnya? Aman?”
“Hm banyak zonknya sih Mba! Salah satunya, aku harus cari sepatu berbahan kulit!”
Mba Dila seketika melihat sepatuku.
“Emang kenapa sepatu yang sekarang kamu pake?”
“Bahannya beludru. Ga dibolehin berbahan itu!”, jawabku seraya memanyunkan bibirku.
“Owalah! Yaudah ntar abis tarawih aku anterin ke Tangerang City Mall ya?! Biasanya ada sepatu kulit dengan harga miring!”
“Huaa seriuus?? Makasih banyaaak ya Mba Dilaa! Maaf ngerepotin mulu!”
“Yee santai, Dek!”, ujarnya dengan senyum sumringah.
“Hua udah adzan! Pas banget! Selamat buka, Dek!”, ujarnya lagi.
Siapa sangka di akhir sesi curhatku berbarengan dengan berkumandangnya adzan maghrib! Kami pun segera melahap makanan yang sudah dihidangkan di meja kami beberapa menit lalu.
Selesai berbuka, kami bergegas untuk kembali menerobos jalanan yang macet menuju kontrakan Mba Dila. Tiba di kontrakan, kami bersih-bersih, shalat maghrib, istirahat sejenak, lalu bersiap ke masjid yang berada di ujung komplek untuk shalat tarawih berjamaah.
———
Seperti yang dijanjikan oleh Mba Dila, kami benar-benar pergi ke mall untuk mencari sepatu kulit setelah tarawih, meskipun Mba Dila besok masih harus kerja di jam delapan pagi.
Setibanya di mall, kami berkeliling dari satu gerai sepatu ke gerai sepatu yang lain. Namun, aku tak menemukan sepatu kulit yang distandarkan oleh Mom Ule.
Kebanyakan aku menemukan jenis sepatu yang seperti ini :
❌Sepatu dengan kulit mengkilap
Padahal, sepatu yang distandarkan yang seperti ini :
✅Sepatu yang tidak mengkilap
Alhasil, setelah hampir satu jam penuh kami berkeliling, kami tak menemukan sepatu yang dimaksud.
Kami pun kembali ke mall lain yang lebih besar dan lengkap keesokan harinya sepulang Mba Dila bekerja.
Dan benar saja, di mall tersebut, akhirnya aku menemukan sepatu itu!
“Mba, sepatunya yang ini!”, ujarku histeris!
“Hm akhirnyaa ya!!”
“Mbaa, tapiii..”
“Eh? Kenapa dek?”
“Kog harganya jutaan gini?”
“Emang iya? Yaudah kita cari ke gerai yang lain!!”
Aku yang lebih suka mendaki gunung dibandingkan harus mengelilingi mall hanya untuk mencari sesuatu, sore itu berhasil memaksa anggota tubuhku untuk mau menjelajahi mall megah ini hanya untuk mencari sepatu! Karena jujur, aku ga rela uangku, ku sia-siakan untuk membeli sepatu semahal itu! (Yaa maklum, jiwa misqueenku sungguh melekat di dalam pikiranku wkwkwk)
Wajahku udah ga karu-karuan karena sudah mulai kelelahan. Dan tak diduga, aku pun menemukan sepatu itu di menit enam puluh sembilan, menit-menit terakhir aku ingin menyerah.
Gimana sepatunya?
Sepatunya sesuai keinginan sih.
Harganya?
Hmm harganya tentu lebih murah dari sepatu-sepatu sebelumnya yang kutemui, yaa meski harga normalnya masih di kisaran 800k, tapi alhamdulillahnya dapet diskon 30%+10%!
Jujur, status sepatu beludruku yang menjadi sepatu termahal, seketika tergeser dengan sepatu baru ini!!
Kalau diinget-inget, kenapa aku sebegitunya cari sepatu seperti yang distandarkan? Sebab siapa pun yang melanggar aturan, akan langsung diberikan surat peringatan!!
Aku yang selalu ingin mendapatkan penilaian terbaik, tentu tidak mau hal itu terjadi.
Masa belum apa-apa udah kena SP? Ya ga?
———
4 Juni 2017, Minggu
Minggu pagi, aku, Mba Dilla, dan beberapa temen-temennya asik jogging ala-ala di Gelora Bung Karno (GBK) dengan menggunakan moda transportasi Kereta Rel Listrik (KRL).
Jujur nih, tinggal di Jakarta itu ga perlu bingung ke sana ke mari naik apa, karena transportasi umumnya sudah sangat lengkap dan harganya pun terjangkau!
Beda banget dengan kampung halamanku🥹
Bus untuk ke sana susah, kereta api pun ga ada! Wkwk!
“Dek, kamu ke asramanya ntar sore aja ya? Sekarang kita ke GBK dulu! Itung-itung healing sebelum kamu training!”, ujar Mba Dila saat matahari baru saja terbit pagi tadi.
Alhasil, saat aku tiba di asrama di sore harinya, aku engga kebagian kamar yang layak!
###
Diubah oleh aymawishy 10-01-2023 15:14
wakazsurya77 dan 3 lainnya memberi reputasi
4
Kutip
Balas
Tutup