- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
59.9K
Kutip
1K
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#147
Part 40 - Di Kampung Halaman
Spoiler for Di Kampung Halaman:
22 Mei 2017, Senin
Di hari liburku kali ini, aku memanjakan diri dengan workoutringan di dalam kamar kosan dengan hati yang penuh rasa bersyukur dan bahagia. Ditambah lagi setelah Mama Tyas mentransfer uang sebesar dua puluh juta rupiah sehari setelah aku menghubunginya dan menceritakan semua yang sedang ku keluh kesahkan.
“Tapi Tante, saya melunasinya dengan mencicil..”, ujarku di telpon beberapa hari lalu dengan sedikit tertatih.
“Gapapa Mba Anes, gampang itu.. Ga usah dipikirin. Yang penting sekarang Mba Anes fokus saja sama pendidikannya yaaa.”.
Yaa Allah makasih sudah mengirim orang-orang baik seperti Tyas dan juga Mamanya.
— — —
Saat aku baru saja meluruskan kakiku dan menyandarkan punggungku pada pinggiran pintu, aku pun segera meraih ponselku. Kemudian aku melihat layar ponsel yang tengah terkunci, rupanya ada sebuah notifikasi email masuk disana.
Aku segera membuka emailku dan penuh dengan semangat saat membaca subject emailnya :
Undangan Briefing & Sign Contract Initial FA (Nama Maskapai) Batch-50
Kepada Yth,
Calon Kandidat Initial Flight Attendant
(Nama Maskapai)
Selamat Pagi,
Sehubungan dengan telah selesainya proses rekrutmen Initial Flight Attendant, maka dengan ini kami mengundang para kandidat dalam agenda Briefing & Sign Contract, yang akan kami laksanakan pada :
hari, tanggal : Jum’at, 02 Juni 2017
pukul : 14.30 WIB s/d selesai
tempat : Kantor Pusat
dress code : kemeja putih dan rok hitam, sepatu pantofel dengan rambut croissantdan make-up natural
Kemudian perlu adanya informasi mengenai agenda briefing antara lain :
1. Pengumpulan Kelengkapan Data sebagai berikut :
ü Ijazah Asli (wajib dibawa pada saat Briefing & Sign Contract)
ü Mengisi Application Form (file terlampir)
ü Sertifikat Medex Asli bagi yang belum diserahkan kepada HRD
ü Surat Lamaran & CV
ü Foto Full Body Ukuran 4R (1 Lembar)
ü Foto 3x4 (4 Lembar) Background Merah
ü F/c KTP 4 Lembar
ü F/C Ijazah Pendidikan Terakhir & Transkip Nilai
ü Surat Ijin Orang Tua (Bermaterai)
ü F/c Kartu Keluarga
ü F/c Akta Kelahiran
ü F/c SKCK Masih Berlaku
ü Rekening Mandiri & BNI (boleh menyusul)
ü F/c Jamsostek (Jika ada)
ü F/c NPWP (Jika belum ada mohon untuk mengurusnya online)
ü F/c Passport (Jika belum ada mohon untuk mengurusnya)
2. Persiapan Ground Training & Flight Training
ü Seragam untuk awal menggunakan celana panjang hitam (bahan/bukan jeans) dan kemeja putih panjang berkerah.
ü Perlengkapan (akan diinformasikan pada saat Briefing & Sign Contract).
ü Tempat Tinggal / Mess
· Tempat Tinggal / Mess akan ditentukan oleh pihak Maskapai, agar setiap Batch berada pada tempat yang sama. (Biaya tempat tinggal ditanggung kandidat)
· Seluruh kandidat yang mengikuti Training wajib menempati tempat tinggal yang telah ditentukan.
ü Bersedia mengikuti Ground Training & Flight Training selama 6 bulan.
Sehubungan dengan informasi diatas, jika ada salah satu kandidat yang mengundurkan diri/keberatan mengenai ketentuan Maskapai, mohon untuk menginformasikan kepada kami dengan membalas email ini, agar kami langsung mengganti nama kandidat tersebut dalam proses training.
Demikian informasi yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Best Regards,
Anastasya.
Tepat setelah aku menerima email itu, aku segera mengkonfirmasi kepada Mba Fitri selaku HRD di Surabaya untuk segera memproses surat pengunduran diriku yang sudah kuberikan tepat setalah aku dinyatakan lolos pantukhir beberapa waktu lalu. Karena aku diterima menjadi calon pramugari di maskapai yang sama dengan tempatku bekerja sekarang, jadi surat pengunduran diriku bisa diserahkan kapan saja.
// 22 Mei 2017 09.09 Mba Fitri : Nes, sebelum aku kirim surat pengunduran diri kamu ke HRD pusat, aku mau mastiin, kamu resign per-tanggal 31 Mei ya? //
// 09.10 Anes : Nggeh Mba betul.. //
// 09.11 Mba Fitri : Btw sisa cuti kamu masih ada 7 hari nih! Mau kamu pake ga? //
// 09.12 Anes : Emang bisa ngajuin cuti dadakan Mbapit? //
// 09.13 Mba Fitri : Yaa secara ngajuin resign dadakan aja bisa, masa ngajuin cuti dadakan ga bisa? Haha //
// 09.14 Anes : Haha iya juga yaa. Boleh deh Mbaa, aku pake semua cutiku. Sekalian mau bawa barang-barang dan juga motor ke kampungku. //
// 09.15 Mba Fitri : Okee jadi mau cuti per kapan? Besok? //
// 09.16 Anes : Nggeh Mba. Besok tanggal 23 Mei sampe tanggal 30 Mei. Tanggal 31 Meinya aku masuk, hitung-hitung kerja terakhir di ticketing dan call center. //
// 09.17 Mba Fitri : Oke Nes.. aku proses yaa. Selamat cuti Nes. Salam buat keluarga.. sampai ketemu di tanggal 31 Mei.. //
// 09.18 Anes : Nggeh Mba makasih nggeh.. //
Sebenarnya, setelah aku dinyatakan lolos sebagai calon kandidat FA, aku dianggap sebagai anak bawang di pekerjaanku. Hehe maksudnya adalah jadwal kerjaku dibuat sefleksibel mungkin oleh leaderku. Jadi semisal akunya ga kerja pun, ga berpengaruh dengan jadwal kerja temanku yang lain.
Setelah mendapatkan cutiku, aku segera menghubungi travel langganan untuk menyewa satu mobil elf untuk membawa barang-barangku juga motorku ke kampung halaman.
Aku yang sudah mengemas barang-barangku ke dalam kardus kecil hingga kardus besar sejak beberapa hari lalu, tinggal memindahkannya saja ke dalam mobil besok pagi.
23 Mei 2017, Selasa
Perjalanan dari Surabaya ke kampung halamanku memakan waktu kurang lebih lima jam jika menggunakan jalur pantura. Aku yang dijemput travel sekitar jam tujuh pagi, mulai meninggalkan Surabaya pukul delapan dan tiba di rumah Papa sekitar jam satu siang.
Ada satu kebiasaan Papa ketika aku akan tiba di rumah, yaitu Papa selalu menungguku di teras depan. Siang itu, aku yang masih berada di dalam mobil travel, melihat dengan jelas wajah sumringah Papa ketika menantikan kehadiranku.
“Papaaaaaaaa!!”, teriakku saat aku sudah turun dari mobil travel lalu mencium tangan papaku, memeluknya, lalu mencium kedua pipinya.
“Cape kamu?”, tanyanya kemudian.
“Engga sih, soalnya akunya tidur terus selama perjalanan.”
Lalu Papa berlalu membantu sopir travel mengeluarkan barang-barangku dari dalam mobil.
Saat itu aku juga disambut dengan Tante dan Kakakku.
“Akhirnyaa sampe jugaaa!!”, ujar mereka sembari memelukku.
“Anees!”, teriak Papa.
“Dhalem…”
“Ini kog ada motor segala??”, tanyanya.
“Hehehe iyaaa.. udah 2 tahunan aku punya motor!”
“Yaampuun!!”, kata Papa lagi. Btw Papaku ngelarang aku untuk nyetir motor selama ini. Itulah kenapa aku ga bisa naik motor sebelumnya. Jadi, dengan taunya Papa aku punya sepeda motor saat itu, lumayan bikin Papa ngomel sekitar dua puluh menitan hehe.
— — —
Butuh waktu berjam-jam untuk aku membongkar barang-barangku dan merapikannya di dalam kamarku. Siapa sangka aku punya barang sebanyak ini dan ku membelinya dari hasil keringatku sendiri. Aku tersenyum saat mengingat bahwa di setiap barang-barang ini, ada kisah yang berbeda-beda.
“Aneees.. Air panasnya udah siaap! Buruan mandi terus shalat Maghrib!!!”, ujar Tanteku yang kini sedang berdiri di depan kamar dengan handuk merah mudah di tangan.
“Makasih Tan.. kebetulan banget aku baru selesai ngerapiin semuanya!”
“Wah kamu bisa serapi ini karena siapa sih?”
“Karena Tanteee yang dulu suka bawelin aku kalau akunya berentakan naroh sesuatuu!!”, jawabku sembari mengambil handuk yang sedang dipegang oleh Tanteku.
Tanteku pun tertawa mendengarnya. Mungkin dia sedang mengingat-ngingat seberapa bawelnya dia dulu.
Setelah aku mandi dengan air panas yang sudah Tante siapkan, aku pun segera shalat Maghrib. Tak lama kemudian, aku dipanggil lagi untuk makan malam bersama.
Aku segera menuju meja makan yang letaknya di antara ruang tv dan juga dapur. Disana sudah ada Papa, Tante, dan juga Kakakku.
Di atas mejanya, terdapat lalapan (sayuran yang dikukus), sambal, tempe goreng, tahu goreng, dan berbagai macam ikan bakar yang tentunya bukan Tante atau Kakakku yang memasak, melainkan mereka membelinya di warung makan langganan.
“Ini persyaratan yang disebutkan, sudah kamu siapkan semua, Nduk?”, tanya Papa yang tengah membaca kelengkapan data yang harus kupersiapkan, sesaat setelah ia menyuap suapan terakhirnya.
“Udah dong!”, jawabku sembari mengunyah daging ikan bakar terakhirku yang dipenuhi dengan bumbu khas kampung halamanku.
“Paspor udah?”, tanya Papa memastikan kembali.
“Udaah. Aku bikinnya malah tiga bulanan lalu.”
“Ohya?”
“Iyaa!! Aku mau cerita!! Jadi kalau kita bikin paspor kan harus ke kantor imigrasi. Nah kantor imigrasinya itu di deket Terminal Surabaya yang gede itu loh Pa. Yang kita pernah kesana.”
“Terminal Bungurasih?”
“Nah iyaaa! Kan jauh banget kan yaa itu dari kosanku. Info dari temen, aku harus ambil nomor antrian sedari subuh. Waduh kalau aku berangkat dari kosan, bisa-bisa aku harus berangkat jam setengah tiga! Akhirnya aku nginep di kosan Wulan. Kosan dia deket Juanda situ.”, aku bercerita dengan sangat antusias.
“Berarti kamu naik motor sendirian ke kosan Wulan?”, tanya Kakakku.
“Iyaa!! Jadi sepulang kerja, aku langsung ke kosan Wulan. Terus sekitar jam setengah tiga pagi, aku uda siap-siap gitu. Terus aku berangkat dari kosan Wulan ke kantor imigrasi tuh jam tigaan. Sampe kantor imigrasi jam setengah empat! Sampe di parkiran, masih ada tiga motor gitu. Dengan jumawa aku berpikir nomor urutku nanti adalah nomor empat! Loh kog saat uda sampe di depan kantor imigrasi, udah banyak bangeet orang yang antre.”
“Itu orang imigrasinya kerja dari subuh gitu?”, kali ini Tanteku yang nanya.
“Bukaan. Jadi yang bagiin nomor antreannya itu pak satpamnya! Dan kalian bisa nebak ga aku dapet urutan ke berapa?”
“25?”, tebak Papa.
“50?”, tebak Kakakku.
“Salah! Coba Tan, tebak!!”
“Hmm 90?”
“Waw, nyaris bener!! Aku diurutan ke 97! Padahal aku kesananya sebelum adzan subuh loh!”
“Wiih. Btw kamu dari tempat Wulan ke kantor Imigrasi lumayan jauh ya? Sendirian banget itu kamu??”, tanya Kakakku.
“Iyaaaa, beneran sendirian!! Bahkan aku ngelewatin jalanan yang gelap dan sepi sekitar 15 menitan! Kata Wulan, jalanan itu suka ada begal!”
“Astaaagaaa! Kamu yaa bener-bener!! Emang ga ada takutnya nih anak!”
“Hahaha aku pemberani kaaaan??”, godaku sembari mengambil piring makan Papa, Tante, dan Kakak.
“Terus itu bikin paspornya dimulai jam berapa?”, tanya Papaku saat aku sudah berada di depan wastafel dan sedang mencuci piring.
“Jam tujuh, Pa. Dan keselnya, orang-orang yang ngantre sama aku sebelumnya tuh, ternyata suruhan gitu. Jadi saat aku ngantre di dalam kantor imigrasi, orang-orangnya beda dari sebelumnya. Dan makin kesel lagi, ada yang baru dateng dan nyerobot antrean, saat aku tanya ke security yang nganterin tuh orang yang nyerobot antrean, katanya orang itu tuh anak pejabat!!”, ngomelku sembari mencuci piring.
“Assalamu’alaykum!!”, ujar keponakanku yang baru saja pulang dari les memotong obrolan kami.
“Wa’alaykumsalam! Yaampun kamu kenapa segede ini sekaraang Nak??”, tanyaku menyambutnya dan bahkan lupa kalau sebelumnya lagi kesel karena ngomongin anak pejabat yang nyerobot antrean.
“Yaiyalah, Tantee, masa aku kecil teruuus!!”, jawabnya diluar dugaanku
Keponakanku ini masih SD. Tapi sekolahnya tuh full day gitu. Sepulang sekolah, dianya langsung berangkat les gitu. Jadi baru sampe rumah sekitar jam setengah delapanan.
Karena keponakanku satu-satunya sudah pulang, alhasil perhatian dan pertanyaan fokus diberikan untuknya, bukan lagi untukku.
Selama aku di rumah, aku benar-benar menghabiskan waktu bersama keluarga. Kami saling bercerita, saling bersenda gurau, saling sharing, dan banyak lagi. Bahkan ada banyak nasehat dan amanah yang mereka berikan untukku. Hingga akhirnya kusadari, sebenarnya mereka sangat khawatir dengan semua resiko pada profesi baruku nanti, tapi mereka menutupinya dan memilih untuk menunjukkan sisi kepeduliannya dibandingkan ketakutannya.
— — —
“Nes, kamu ga mau reunian atau ketemu sama temen-temen kamu?”, tanya Papaku di suatu pagi saat menemaniku motongin batang-batang tanaman di taman yang sudah mulai bercabang panjang-panjang.
“Hm iya juga yaa.. aku malah ga kepikiran!”
“Ketemuan lah sama mereka. Nanti kalau kamu udah di Jakarta kan bakal susah ketemu sama merekanya!”
“Nanti deh aku coba WA temen-temen!!”
Karena saran dari Papa, aku pun mengajak temen-temenku untuk ketemuan di malam harinya. Saat itulah aku baru ngeh, kalau ternyata temenku lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Wkwkwk.
// Ntar malem aku, Redo, Brian, sama Gea yang bisa ke rumah kamu!! //
Ini pesan WA dari Ginung.
Ginung ini temanku di SMP. Dari SMP, dia tuh udah tinggi gitu. Selain tinggi, dia juga jago main basket. Makanya dia kepilih jadi kapten basket sejak kelas delapan. Meski kami saling kenal sejak kelas tujuh karena sama-sama mengikuti ekstrakurikuler basket, tapi kami baru sahabatan sejak kelas delapan. Soalnya saat kelas delapan, kami kebetulan sekelas gitu. Ohyaa, awalnya nih, dia naruh hati sama aku. Tapi, kalian tau kan yaaa kenapa aku ga bisa membalas perasaannya? Hehe akhirnya kami pun sepakat jadi sahabat deh sampe sekarang.
Ginung yang berperawakan cool dan cakep, berbanding terbalik dengan Redo yang berperawakan gembul dan berkulit agak gelap hehe. Tapi, Redo ini paling lawak diantara kami. Kalau ga ada dia, pasti ga rame dan ga seru.
Sedangkan Brian, dia temen Ginung dan gembul juga. Bedanya, Brian ini berkulit putih gitu hehe. Dan kami mulai berteman karena aku sahabatan sama si Ginung.
Nah kalau Gea, dia ini temen deketku sejak SMP. Dia ini cewek tomboi tapi cantik gitu. Panjang rambutnya ga pernah melebihi bahunya. Kalau aku suka banget ikut ekskul dan organisasi, kalau Gea lebih suka jadi bosnya para geng di sekolah.
Sebenernya pertemanan kami begitu dekat karena kami berempat pernah sekelas saat SMP sih wkwk.
— — —
“Nes, kamu inget ga pernah nanya ‘kamu sedih ga Do dapet nilai 25?’ di ulangan Matematika, terus aku jawab engga. Saat aku tanya balik berapa nilai kamu, kamu jawab 85. Dan kamunya sedih dapet nilai segitu?”, tanya Redo padaku disaat Ginung, Brian, dan Gea tengah asik makan roti bakar di gazaebo depan rumahku.
“Haha emang iya ya?”, tanyaku sembari mengingat-ingat.
“Iyaaa, Nes!! Sumpah aku inget banget kamu pernah nanya gitu!!”
“Haha sebenernya Anes tuh nyindir kamu, kog dapet 25 malah cengengesan!!”, ujar Brian.
“Hahahahaha enggak gituu!!”, bela-ku.
“Kan dia biasa dapet nilai 100 Do. Jadi wajarlah sedih dapet 85!”, bela Ginung.
“Masalahnya, kita semua remidi, yang ga remidi tuh cuma dia kan?? Aku aja dapet 25 ga sedih, kog dia yang ga remed malah sedih! Kan aneh!”
“Hahaha kayanya aku emang gila nilai sih duluu haha!”
“Ohya, kalian inget ga dulu kalau guru yang ngajar di kelas belum dateng, Anes suka banget jemput guru itu ke ruang guru?? Asli itu aku kesel banget haha!!”, kali ini Gea yang mengingat satu hal yang dulu pernah aku lakuin hehehe.
“Hahaha bener-bener!! Gegara dia, kelas kita ga pernah ada jam kosong!! Gurunya selalu aja ada. Semisal ga ada pun, pasti ada tugas seabrek!!”
“Hahaha asli! Harusnya bisa maen-maen saat jam kosong, eh ini malah gurunya dijempuut!!”
“Hahaha yaa maap!!”
Begitulah aku mengisi cutiku di kampung halaman.Selain berkumpul dengan keluarga, aku juga bernostalgia dengan teman-teman semasa sekolah.
Semoga nanti, di tempat baru, aku juga dikelilingi dengan orang-orang dan teman-teman yang baik seperti keluargaku dan juga mereka. Aamiin.
Di hari liburku kali ini, aku memanjakan diri dengan workoutringan di dalam kamar kosan dengan hati yang penuh rasa bersyukur dan bahagia. Ditambah lagi setelah Mama Tyas mentransfer uang sebesar dua puluh juta rupiah sehari setelah aku menghubunginya dan menceritakan semua yang sedang ku keluh kesahkan.
“Tapi Tante, saya melunasinya dengan mencicil..”, ujarku di telpon beberapa hari lalu dengan sedikit tertatih.
“Gapapa Mba Anes, gampang itu.. Ga usah dipikirin. Yang penting sekarang Mba Anes fokus saja sama pendidikannya yaaa.”.
Yaa Allah makasih sudah mengirim orang-orang baik seperti Tyas dan juga Mamanya.
— — —
Saat aku baru saja meluruskan kakiku dan menyandarkan punggungku pada pinggiran pintu, aku pun segera meraih ponselku. Kemudian aku melihat layar ponsel yang tengah terkunci, rupanya ada sebuah notifikasi email masuk disana.
Aku segera membuka emailku dan penuh dengan semangat saat membaca subject emailnya :
Undangan Briefing & Sign Contract Initial FA (Nama Maskapai) Batch-50
Quote:
Kepada Yth,
Calon Kandidat Initial Flight Attendant
(Nama Maskapai)
Selamat Pagi,
Sehubungan dengan telah selesainya proses rekrutmen Initial Flight Attendant, maka dengan ini kami mengundang para kandidat dalam agenda Briefing & Sign Contract, yang akan kami laksanakan pada :
hari, tanggal : Jum’at, 02 Juni 2017
pukul : 14.30 WIB s/d selesai
tempat : Kantor Pusat
dress code : kemeja putih dan rok hitam, sepatu pantofel dengan rambut croissantdan make-up natural
Kemudian perlu adanya informasi mengenai agenda briefing antara lain :
1. Pengumpulan Kelengkapan Data sebagai berikut :
ü Ijazah Asli (wajib dibawa pada saat Briefing & Sign Contract)
ü Mengisi Application Form (file terlampir)
ü Sertifikat Medex Asli bagi yang belum diserahkan kepada HRD
ü Surat Lamaran & CV
ü Foto Full Body Ukuran 4R (1 Lembar)
ü Foto 3x4 (4 Lembar) Background Merah
ü F/c KTP 4 Lembar
ü F/C Ijazah Pendidikan Terakhir & Transkip Nilai
ü Surat Ijin Orang Tua (Bermaterai)
ü F/c Kartu Keluarga
ü F/c Akta Kelahiran
ü F/c SKCK Masih Berlaku
ü Rekening Mandiri & BNI (boleh menyusul)
ü F/c Jamsostek (Jika ada)
ü F/c NPWP (Jika belum ada mohon untuk mengurusnya online)
ü F/c Passport (Jika belum ada mohon untuk mengurusnya)
2. Persiapan Ground Training & Flight Training
ü Seragam untuk awal menggunakan celana panjang hitam (bahan/bukan jeans) dan kemeja putih panjang berkerah.
ü Perlengkapan (akan diinformasikan pada saat Briefing & Sign Contract).
ü Tempat Tinggal / Mess
· Tempat Tinggal / Mess akan ditentukan oleh pihak Maskapai, agar setiap Batch berada pada tempat yang sama. (Biaya tempat tinggal ditanggung kandidat)
· Seluruh kandidat yang mengikuti Training wajib menempati tempat tinggal yang telah ditentukan.
ü Bersedia mengikuti Ground Training & Flight Training selama 6 bulan.
Sehubungan dengan informasi diatas, jika ada salah satu kandidat yang mengundurkan diri/keberatan mengenai ketentuan Maskapai, mohon untuk menginformasikan kepada kami dengan membalas email ini, agar kami langsung mengganti nama kandidat tersebut dalam proses training.
Demikian informasi yang dapat kami sampaikan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami ucapkan terima kasih.
Best Regards,
Anastasya.
Tepat setelah aku menerima email itu, aku segera mengkonfirmasi kepada Mba Fitri selaku HRD di Surabaya untuk segera memproses surat pengunduran diriku yang sudah kuberikan tepat setalah aku dinyatakan lolos pantukhir beberapa waktu lalu. Karena aku diterima menjadi calon pramugari di maskapai yang sama dengan tempatku bekerja sekarang, jadi surat pengunduran diriku bisa diserahkan kapan saja.
// 22 Mei 2017 09.09 Mba Fitri : Nes, sebelum aku kirim surat pengunduran diri kamu ke HRD pusat, aku mau mastiin, kamu resign per-tanggal 31 Mei ya? //
// 09.10 Anes : Nggeh Mba betul.. //
// 09.11 Mba Fitri : Btw sisa cuti kamu masih ada 7 hari nih! Mau kamu pake ga? //
// 09.12 Anes : Emang bisa ngajuin cuti dadakan Mbapit? //
// 09.13 Mba Fitri : Yaa secara ngajuin resign dadakan aja bisa, masa ngajuin cuti dadakan ga bisa? Haha //
// 09.14 Anes : Haha iya juga yaa. Boleh deh Mbaa, aku pake semua cutiku. Sekalian mau bawa barang-barang dan juga motor ke kampungku. //
// 09.15 Mba Fitri : Okee jadi mau cuti per kapan? Besok? //
// 09.16 Anes : Nggeh Mba. Besok tanggal 23 Mei sampe tanggal 30 Mei. Tanggal 31 Meinya aku masuk, hitung-hitung kerja terakhir di ticketing dan call center. //
// 09.17 Mba Fitri : Oke Nes.. aku proses yaa. Selamat cuti Nes. Salam buat keluarga.. sampai ketemu di tanggal 31 Mei.. //
// 09.18 Anes : Nggeh Mba makasih nggeh.. //
Sebenarnya, setelah aku dinyatakan lolos sebagai calon kandidat FA, aku dianggap sebagai anak bawang di pekerjaanku. Hehe maksudnya adalah jadwal kerjaku dibuat sefleksibel mungkin oleh leaderku. Jadi semisal akunya ga kerja pun, ga berpengaruh dengan jadwal kerja temanku yang lain.
Setelah mendapatkan cutiku, aku segera menghubungi travel langganan untuk menyewa satu mobil elf untuk membawa barang-barangku juga motorku ke kampung halaman.
Aku yang sudah mengemas barang-barangku ke dalam kardus kecil hingga kardus besar sejak beberapa hari lalu, tinggal memindahkannya saja ke dalam mobil besok pagi.
23 Mei 2017, Selasa
Perjalanan dari Surabaya ke kampung halamanku memakan waktu kurang lebih lima jam jika menggunakan jalur pantura. Aku yang dijemput travel sekitar jam tujuh pagi, mulai meninggalkan Surabaya pukul delapan dan tiba di rumah Papa sekitar jam satu siang.
Ada satu kebiasaan Papa ketika aku akan tiba di rumah, yaitu Papa selalu menungguku di teras depan. Siang itu, aku yang masih berada di dalam mobil travel, melihat dengan jelas wajah sumringah Papa ketika menantikan kehadiranku.
“Papaaaaaaaa!!”, teriakku saat aku sudah turun dari mobil travel lalu mencium tangan papaku, memeluknya, lalu mencium kedua pipinya.
“Cape kamu?”, tanyanya kemudian.
“Engga sih, soalnya akunya tidur terus selama perjalanan.”
Lalu Papa berlalu membantu sopir travel mengeluarkan barang-barangku dari dalam mobil.
Saat itu aku juga disambut dengan Tante dan Kakakku.
“Akhirnyaa sampe jugaaa!!”, ujar mereka sembari memelukku.
“Anees!”, teriak Papa.
“Dhalem…”
“Ini kog ada motor segala??”, tanyanya.
“Hehehe iyaaa.. udah 2 tahunan aku punya motor!”
“Yaampuun!!”, kata Papa lagi. Btw Papaku ngelarang aku untuk nyetir motor selama ini. Itulah kenapa aku ga bisa naik motor sebelumnya. Jadi, dengan taunya Papa aku punya sepeda motor saat itu, lumayan bikin Papa ngomel sekitar dua puluh menitan hehe.
— — —
Butuh waktu berjam-jam untuk aku membongkar barang-barangku dan merapikannya di dalam kamarku. Siapa sangka aku punya barang sebanyak ini dan ku membelinya dari hasil keringatku sendiri. Aku tersenyum saat mengingat bahwa di setiap barang-barang ini, ada kisah yang berbeda-beda.
“Aneees.. Air panasnya udah siaap! Buruan mandi terus shalat Maghrib!!!”, ujar Tanteku yang kini sedang berdiri di depan kamar dengan handuk merah mudah di tangan.
“Makasih Tan.. kebetulan banget aku baru selesai ngerapiin semuanya!”
“Wah kamu bisa serapi ini karena siapa sih?”
“Karena Tanteee yang dulu suka bawelin aku kalau akunya berentakan naroh sesuatuu!!”, jawabku sembari mengambil handuk yang sedang dipegang oleh Tanteku.
Tanteku pun tertawa mendengarnya. Mungkin dia sedang mengingat-ngingat seberapa bawelnya dia dulu.
Setelah aku mandi dengan air panas yang sudah Tante siapkan, aku pun segera shalat Maghrib. Tak lama kemudian, aku dipanggil lagi untuk makan malam bersama.
Aku segera menuju meja makan yang letaknya di antara ruang tv dan juga dapur. Disana sudah ada Papa, Tante, dan juga Kakakku.
Di atas mejanya, terdapat lalapan (sayuran yang dikukus), sambal, tempe goreng, tahu goreng, dan berbagai macam ikan bakar yang tentunya bukan Tante atau Kakakku yang memasak, melainkan mereka membelinya di warung makan langganan.
“Ini persyaratan yang disebutkan, sudah kamu siapkan semua, Nduk?”, tanya Papa yang tengah membaca kelengkapan data yang harus kupersiapkan, sesaat setelah ia menyuap suapan terakhirnya.
“Udah dong!”, jawabku sembari mengunyah daging ikan bakar terakhirku yang dipenuhi dengan bumbu khas kampung halamanku.
“Paspor udah?”, tanya Papa memastikan kembali.
“Udaah. Aku bikinnya malah tiga bulanan lalu.”
“Ohya?”
“Iyaa!! Aku mau cerita!! Jadi kalau kita bikin paspor kan harus ke kantor imigrasi. Nah kantor imigrasinya itu di deket Terminal Surabaya yang gede itu loh Pa. Yang kita pernah kesana.”
“Terminal Bungurasih?”
“Nah iyaaa! Kan jauh banget kan yaa itu dari kosanku. Info dari temen, aku harus ambil nomor antrian sedari subuh. Waduh kalau aku berangkat dari kosan, bisa-bisa aku harus berangkat jam setengah tiga! Akhirnya aku nginep di kosan Wulan. Kosan dia deket Juanda situ.”, aku bercerita dengan sangat antusias.
“Berarti kamu naik motor sendirian ke kosan Wulan?”, tanya Kakakku.
“Iyaa!! Jadi sepulang kerja, aku langsung ke kosan Wulan. Terus sekitar jam setengah tiga pagi, aku uda siap-siap gitu. Terus aku berangkat dari kosan Wulan ke kantor imigrasi tuh jam tigaan. Sampe kantor imigrasi jam setengah empat! Sampe di parkiran, masih ada tiga motor gitu. Dengan jumawa aku berpikir nomor urutku nanti adalah nomor empat! Loh kog saat uda sampe di depan kantor imigrasi, udah banyak bangeet orang yang antre.”
“Itu orang imigrasinya kerja dari subuh gitu?”, kali ini Tanteku yang nanya.
“Bukaan. Jadi yang bagiin nomor antreannya itu pak satpamnya! Dan kalian bisa nebak ga aku dapet urutan ke berapa?”
“25?”, tebak Papa.
“50?”, tebak Kakakku.
“Salah! Coba Tan, tebak!!”
“Hmm 90?”
“Waw, nyaris bener!! Aku diurutan ke 97! Padahal aku kesananya sebelum adzan subuh loh!”
“Wiih. Btw kamu dari tempat Wulan ke kantor Imigrasi lumayan jauh ya? Sendirian banget itu kamu??”, tanya Kakakku.
“Iyaaaa, beneran sendirian!! Bahkan aku ngelewatin jalanan yang gelap dan sepi sekitar 15 menitan! Kata Wulan, jalanan itu suka ada begal!”
“Astaaagaaa! Kamu yaa bener-bener!! Emang ga ada takutnya nih anak!”
“Hahaha aku pemberani kaaaan??”, godaku sembari mengambil piring makan Papa, Tante, dan Kakak.
“Terus itu bikin paspornya dimulai jam berapa?”, tanya Papaku saat aku sudah berada di depan wastafel dan sedang mencuci piring.
“Jam tujuh, Pa. Dan keselnya, orang-orang yang ngantre sama aku sebelumnya tuh, ternyata suruhan gitu. Jadi saat aku ngantre di dalam kantor imigrasi, orang-orangnya beda dari sebelumnya. Dan makin kesel lagi, ada yang baru dateng dan nyerobot antrean, saat aku tanya ke security yang nganterin tuh orang yang nyerobot antrean, katanya orang itu tuh anak pejabat!!”, ngomelku sembari mencuci piring.
“Assalamu’alaykum!!”, ujar keponakanku yang baru saja pulang dari les memotong obrolan kami.
“Wa’alaykumsalam! Yaampun kamu kenapa segede ini sekaraang Nak??”, tanyaku menyambutnya dan bahkan lupa kalau sebelumnya lagi kesel karena ngomongin anak pejabat yang nyerobot antrean.
“Yaiyalah, Tantee, masa aku kecil teruuus!!”, jawabnya diluar dugaanku
Keponakanku ini masih SD. Tapi sekolahnya tuh full day gitu. Sepulang sekolah, dianya langsung berangkat les gitu. Jadi baru sampe rumah sekitar jam setengah delapanan.
Karena keponakanku satu-satunya sudah pulang, alhasil perhatian dan pertanyaan fokus diberikan untuknya, bukan lagi untukku.
Selama aku di rumah, aku benar-benar menghabiskan waktu bersama keluarga. Kami saling bercerita, saling bersenda gurau, saling sharing, dan banyak lagi. Bahkan ada banyak nasehat dan amanah yang mereka berikan untukku. Hingga akhirnya kusadari, sebenarnya mereka sangat khawatir dengan semua resiko pada profesi baruku nanti, tapi mereka menutupinya dan memilih untuk menunjukkan sisi kepeduliannya dibandingkan ketakutannya.
— — —
“Nes, kamu ga mau reunian atau ketemu sama temen-temen kamu?”, tanya Papaku di suatu pagi saat menemaniku motongin batang-batang tanaman di taman yang sudah mulai bercabang panjang-panjang.
“Hm iya juga yaa.. aku malah ga kepikiran!”
“Ketemuan lah sama mereka. Nanti kalau kamu udah di Jakarta kan bakal susah ketemu sama merekanya!”
“Nanti deh aku coba WA temen-temen!!”
Karena saran dari Papa, aku pun mengajak temen-temenku untuk ketemuan di malam harinya. Saat itulah aku baru ngeh, kalau ternyata temenku lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Wkwkwk.
// Ntar malem aku, Redo, Brian, sama Gea yang bisa ke rumah kamu!! //
Ini pesan WA dari Ginung.
Ginung ini temanku di SMP. Dari SMP, dia tuh udah tinggi gitu. Selain tinggi, dia juga jago main basket. Makanya dia kepilih jadi kapten basket sejak kelas delapan. Meski kami saling kenal sejak kelas tujuh karena sama-sama mengikuti ekstrakurikuler basket, tapi kami baru sahabatan sejak kelas delapan. Soalnya saat kelas delapan, kami kebetulan sekelas gitu. Ohyaa, awalnya nih, dia naruh hati sama aku. Tapi, kalian tau kan yaaa kenapa aku ga bisa membalas perasaannya? Hehe akhirnya kami pun sepakat jadi sahabat deh sampe sekarang.
Ginung yang berperawakan cool dan cakep, berbanding terbalik dengan Redo yang berperawakan gembul dan berkulit agak gelap hehe. Tapi, Redo ini paling lawak diantara kami. Kalau ga ada dia, pasti ga rame dan ga seru.
Sedangkan Brian, dia temen Ginung dan gembul juga. Bedanya, Brian ini berkulit putih gitu hehe. Dan kami mulai berteman karena aku sahabatan sama si Ginung.
Nah kalau Gea, dia ini temen deketku sejak SMP. Dia ini cewek tomboi tapi cantik gitu. Panjang rambutnya ga pernah melebihi bahunya. Kalau aku suka banget ikut ekskul dan organisasi, kalau Gea lebih suka jadi bosnya para geng di sekolah.
Sebenernya pertemanan kami begitu dekat karena kami berempat pernah sekelas saat SMP sih wkwk.
— — —
“Nes, kamu inget ga pernah nanya ‘kamu sedih ga Do dapet nilai 25?’ di ulangan Matematika, terus aku jawab engga. Saat aku tanya balik berapa nilai kamu, kamu jawab 85. Dan kamunya sedih dapet nilai segitu?”, tanya Redo padaku disaat Ginung, Brian, dan Gea tengah asik makan roti bakar di gazaebo depan rumahku.
“Haha emang iya ya?”, tanyaku sembari mengingat-ingat.
“Iyaaa, Nes!! Sumpah aku inget banget kamu pernah nanya gitu!!”
“Haha sebenernya Anes tuh nyindir kamu, kog dapet 25 malah cengengesan!!”, ujar Brian.
“Hahahahaha enggak gituu!!”, bela-ku.
“Kan dia biasa dapet nilai 100 Do. Jadi wajarlah sedih dapet 85!”, bela Ginung.
“Masalahnya, kita semua remidi, yang ga remidi tuh cuma dia kan?? Aku aja dapet 25 ga sedih, kog dia yang ga remed malah sedih! Kan aneh!”
“Hahaha kayanya aku emang gila nilai sih duluu haha!”
“Ohya, kalian inget ga dulu kalau guru yang ngajar di kelas belum dateng, Anes suka banget jemput guru itu ke ruang guru?? Asli itu aku kesel banget haha!!”, kali ini Gea yang mengingat satu hal yang dulu pernah aku lakuin hehehe.
“Hahaha bener-bener!! Gegara dia, kelas kita ga pernah ada jam kosong!! Gurunya selalu aja ada. Semisal ga ada pun, pasti ada tugas seabrek!!”
“Hahaha asli! Harusnya bisa maen-maen saat jam kosong, eh ini malah gurunya dijempuut!!”
“Hahaha yaa maap!!”
Begitulah aku mengisi cutiku di kampung halaman.Selain berkumpul dengan keluarga, aku juga bernostalgia dengan teman-teman semasa sekolah.
Semoga nanti, di tempat baru, aku juga dikelilingi dengan orang-orang dan teman-teman yang baik seperti keluargaku dan juga mereka. Aamiin.
Diubah oleh aymawishy 20-12-2022 07:16
delet3 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas
Tutup