Sebenernya masing2 personal pasti akan ada yang namanya kegagalan gan. Hanya kadar dan porsi masing2 akan berbeda. Mungkin mnurut org lain problem agan blm ada apa2nya, bgitu jg mungkin agan akan menilai problem org lain belum ada apa2nya di banding punya agan sendiri.

Mungkin ane bisa memberikan sedikit insight pribadi aja...

Yang pertama, tentang perkuliahan, mungkin ini sudah tidak relevan dengan kehidupan agan skr yang sudah dewasa. Memang semua orang tidak ditakdirkan sama dan punya bakat di dunia akademis gan, that's why jalur pendidikan di Indonesia yang memang sangat kaku ini tidak bisa diikuti oleh smua orang, sangat ketinggalan dengan Korea, Jepang, Finlandia, atau Singapur yang notabene the best untuk mengeluarkan potensi2 anak didiknya. Ane pun dulu bisa dibilang org yg salah jurusan.

yang kedua, untuk urusan kegagalan bisnis harus ditelaah dulu DIMANA kesalahan tersebut? ok di cerita agan tadi sempat diceritakan bahwa salah pilih partner, selain itu apakah ada hal lain? Menurut pengalaman ane kegagalan bisnis biasa terjadi karena kita lalai dalam management keuangan.. ada pepatah yg mengatakan jangan Besar Pasak dari Pada Tiang.. apakah pengeluaran agan (diluar modal bisnis) lebih besar daripada pendapatan? well ga usah d jawab gan, hanya sekedar insight saja.

yang ketiga untuk perpindahan Bandung - Pekalongan jelas pasti akan kaget. Bandung bisa dibilang secara SDM dan lingkungan ekonomi nya hampir mendekati/setara dengan Jakarta. Lingkungan Market untuk bisnis pun pastinya akan dibawah dari kota besar seperti Bandung. Itu dulu sih yang perlu diperhatikan sebelum kita membandingkan ke 2 kota tersebut.

yang keempat, untuk masalah percintaan... Nah ane jg termasuk yg pernah gagal merid. Mungkin kasus kita berbeda tapi perlu disadari memang adat istiadat sangat berpengaruh dengan kehidupan pernikahan di Indonesia ini. Makanya dari kecil ortu ane selalu mengingatkan agar mencari istri itu yg sepadan dengan kita. Arti kata sepadan itu LUAS bgt, semisal dari agama, latar blkg keluarganya, kondisi keluarganya, Ras (sori no SARA ya cuma ini faktanya di Indo), tingkat pendidikan, sampai keadaan finansial kedua belah pihak. Kalo yg ane tangkap dari cerita sepertinya mantan agan orang Batak? ga bisa dipungkiri memang adat istiadat nya pasti berbeda dengan agan yang dari suku jawa yang mungkin lebih santai. Ane bisa menyarankan utk kedepannya agan bisa mencari yg memang satu daerah atau minimal yang adatnya masih masuk dengan pola pikir dan keluarga agan sendiri. Oh dan satu lagi... Perkataan pada saat pacaran itu jgn dianggap bisa dipegang 100% sampai jenjang pernikahan. Pacaran bisa d bilang tahap kita mengenal calon pasangan kita, pastinya kita akan claim hal2 yang baik saja.

Mungkin cukup itu dulu, kayanya sudah panjang bgt tulisan ane haha. Ini hanya sekedar insight utk agan TS. Tidak perlu dijawab.