Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

afryan015Avatar border
TS
afryan015
SeKamar Kos Dengan "Dia"



Halo agan agan sekalian, selamat datang di thread terbaru ane, dimana ini bisa disebut kisah atau lanjutan dari thread ane yang sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya
"Hidup Berdampingan Dengan Mereka'

Nah monggo yang belum baca silahkan dibaca dulu

oh iya bagi yang belum kenal ane, kenalin nama ane ryan, pemuda biasa yang berasal dari jawa tengah

Seperti biasa tempat nama dan lokasi bakal ane ganti, untuk kenyamanan bersama

Ok langsung aja menuju ceritanya,oh iya ane bakal ganti sebutan kata ane jadi aku hehehe soalnya aneh rasanya

Quote:





Awal Mula Ngekos
Cerita ini bermula saat aku mulai memasuki bangku kuliah, disini aku masuk ke sebuah kampus swasta ternama di provinsi ***ja, kampus ku berada dipinggir jalan **** road *****, saat itu aku bersama kakaku mencari tempat kos di daerah dekat kampus, tapi sayangnya ongkos yang di perlukan untuk sewa kos di dekat kampus merogoh kocek yang lumayan menguras isi dompet.

Akhirnya kakaku menyarankan untuk menyewa kos dimana dulu kakaku pernah ngekos disana, yah walaupun jarak dari kos itu sampai ke kampus memerlukan waktu 5 - 10 menit untuk sampai, kupikir nggak masalah lah.

Langsung aku dan kakaku mengendarai motor mulai berangkat ke alamat kos tersebut, setelah beberapa menit kami berjalan akhirnya kita sampai di lokasi kos yang dulu pernah tinggal.

Quote:


Ya memang waktu itu harga segitu sangatlah murah dengan fasilitas sudah termasuk listrik dan air,

Aku dan kakak ku menunggu orang yang keluar dari dalam rumah kos.
Nggak membutuhkan waktu lama kemudian keluarlah seorang cewek dari dalam rumah kos itu

Quote:


Setelah masuk,kakaku menjelaskan kalo dia sedang mencari untuk aku adiknya, kemudian mbak dera mengajak kami untuk berkeliling melihat kamar kos yang masih tersedia.

Kos disini berjumlah 12 kamar 2 kamar mandi, posisinya 5 kamar dan 1 kamar mandi di lantai bawah, kemudian 7 kamardan 1 kamarmandi di lantai 2, oh iya posisi rumah menghadap ke arah timur dengan di sampingkanan rumah ada 1 rumah yang cukup luas dan jarang di tinggali dan di samping kiri ada rumah sekaligus tempat penjual makan yang kami sebut burjonan

Untuk kamar bawah sudaj terisi semua, makanya kita langsung di arahkan ke lantai 2, disana sudah ada 1 kamar yang di tempati,tepatnya pas di tengah tengah.

Dan disitu mbak dera mempersilahkan untuk Memilij kira kira mana yang menurutku nyaman untuk dipakai

Quote:


Aku mulai melihat satu persatu kamar yang masih kosong itu, aku memasuki salah satu kamar disamping kanan kamar yang sudah ada yang pakai itu, didalam ane ngelihat ada sebuah lukisan yang menurut ane kuno, dan lukisan itu adalah lukisan seseorang yang kalau di perhatikan ada aura yang sedikit membuat bulu kuduku berdiri saat melihatnya.

Walau kondisi kamar serasa nyaman tapi aku tetap merasa ada yang aneh dengan kamar itu, sehingga aku memutuskan untuk tidak menempati kamar itu, dan aku pikir untuk langsung keluar dari kamar itu,

Aku mulai keliling lagi kali ini aku memasuki kamar di sebelah kiri kamar yang sudah ada penghininya itu, kondisi kamar cukup luas dibandingkan dengan kamar kamar yang lain, untuk akses turun pun enak soalnya tangga untuk turun tepat di depan kamar ini dan dari sekian banyak kamar,hanya kamar ini saja yang memiliki 2 jendela,yang satu di depan berjejer dengan pintu masuk kamar dan satunya berada di sisi belakang,

Tanpa pikir panjang aku langsung memutuskan untuk memilih kamar itu untuk di sewa

Quote:


Nah disini kita langsung deal dan kita langsung mau pamit pulang dan buat besok bawa barang barang untuk di letakan di kos,
Dan kita langsung pamit pulang, posisi kita masih di lantai 2.

tapi setelah aku membalikan badan dan mulai melangkah turun, samar samar aku melihat ada sesuatu masuk dan berjalan di samping ku, sesosok makhluk berwarna abu abu, tidak terlalu tinggi tapi gerakannya lumayan cepat jadinya aku hanya bisa melihatnya sekejap tapi belum jelas wujud apa itu.

Aku cuek aja dengan apa yang barusan kewat, lanjut kita jalan keluar, dari bawah kita bisa melihat keatas dan melihat kamar kamar yang ada di atas,

Iseng ane lihat keatas buat ngliat kamar ku nanti yang akan menjadi tempat istirahat selama aku di kota ini.

Waktu aku ngliat ke atas, aku ngliat ada cewek berambut panjang dengan pakaian santai, wajahnya cantik, hanya saja dia seperti orang sakit dengan wajah sedikit pucat, sosok cewek itu tersenyum kepadaku.

Quote:


Oh iya di sini aku udah nggak bisa ngrasain itu hantu atau bukan,soalnya kepala ku yang biasanya terasa pusing jika akan menemui hal seperti itu sudah tidak terasa lagi sejak akhir Ujian SMK waktu itu, ntah karna konlet kebanyakan mikir atau giman aku juga kurang tau.

Aku cuek saja dengan sosok cewek di lantai 2 itu dan aku tetap berjalan keluar untuk pulang. Dan di jalan aku menanyakan hal pada kakak ku

Quote:


Tapi di perjalanan aku merasa jadi bimbang gimana kalo itu bukan orang, dan gimana kalo iti beneran dan dia mau ganggu aku terus disana.

Sempat terfikir buat membatalkan ngekos si sana, tapi mau gimana lagi kita terlanjur sidah deal dan kita juga sudah membayar uang kosnya, jadi kalo mau di minta lagi yang jelas nggak enak apalagi mas bono udah kenal akhrab dengan pemiliknya

Akhirnya aku nggak kehilangan akal, buat nyari temen kos, dan ternyata ada satu temen kos ku yang mencari kos dan aku ajak dia buat ngekos disana. Dan syukurnya dia mau buat ngekos disana.

Aman batinku, ada temen yang bisa aku mintai tolong kalo bener akan terjadi sesuatu disana. Dan dia ku kirimi alamat buat dia kesana dan melihat kamarnya.

Keesokan harinya dia memberi kabar kalo dia jadi ngekos disana dan posisi kamarnya tepat di samping kamar ku. Lega rasanya kalo ada temen.


Dan 2 hari kemudian aku mulai menempati kamar itu, dan temenku yang ngekos di sebelahku kayanya sore hari baru dia sampai di kos kosan.

Karna hari waktu itu terasa panas, jam menunjukan pukul 1 siang, aku putuskan buat mandi karna merasa gerah, yah maklum aja daerahku di pegunungan jadi mungkin tubuh ini merasa kaget dan belum terbiasa, suasana membuat tubuhku penuh kringat,

Aku langsung berjalan menuju kamar mandi, dan langsung ane melaksanakan kegiatan mandi,
Sesuai dugaan ku kemarin pasti akan ada gangguan disini, waktu aku mandi tiba tiba ....



Bersambung.....
Diubah oleh afryan015 17-10-2023 06:21
sampeuk
bebyzha
3.maldini
3.maldini dan 311 lainnya memberi reputasi
288
482.7K
5.5K
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#1071
Dia Kembali ??

Setelah aku berkata demikian, tiba-tiba dari arah luar kamar mandi aku mendengar suara tawa persis seperti yang aku denger tadi di WC atas. Hihihihi ....

Berhubung aku sudah selesai mengeringkan badanku dengan handuk dan begitu suara ketawa itu terdengar, aku langsung membuka pintu kamar mandi yang aku pakai. Aku pengin tahu itu keisengan Sinta atau malah sosok lain yang menggangguku sejak di bioskop tadi. Saat aku membuka pintu, aku melihat sekelebat sosok itu langsung pergi dengan cepat. Masih seperti tadi di atas, sosok menggunakan gaun putih dengan rambut panjang. Namun, saat itu aku sempat sekilas melihat wajah sosok tadi yang menurutku cukup membuat merinding bila terus dibayangkan. Bulu kuduk tiba-tiba berdiri dan membuatku sedikit takut. Aku pastikan itu bukan Sinta. Dia tidak akan menakutiku seperti itu. Di sisi lain, wajah Sinta tidak menakutkan seperti itu. Dengan perasaan yang sedikit takut, aku kemudian pergi ke kamar untuk ganti baju dan kemudian menelepon Via untuk melanjutkan pembicaraan tadi.

Sesampainya di kamar, aku langsung menutup pintu dan jendela yang dari tadi terbuka. Aku memakai celana pendek dan tanpa menggunakan baju karena suhu kamar yang sangat panas, sesuai yang pernah aku jelaskan di awal cerita ini dulu kalau kamarku ini satu-satunya kamar dengan suhu paling panas dari kamar yang lain. Entah karena apa dan suhu panas ini jadi sangat terasa semenjak Sinta tidak ada di sini. Dulu Sinta selalu menetralkan suhu ruangan ini supaya lebih nyaman untuk aku pakai. Berhubung Sinta sudah tidak ada, jadi aku harus beradaptasi ulang dengan suhu yang ada di kamarku ini.

Dengan keadaan bertelanjang dada, aku mengambil HP-ku dan berniat untuk menelepon Via. Namun, saat aku akan menelepon Via, tiba-tiba dari arah pintu terdengar suara ketukan. Awalnya aku biarkan saja palingan juga sosok tadi yang menggangguku dan kali ini pasti sama. Aku cuek dengan ketukan pintu itu sambil membuka HP-ku dan mencari kontak Via untuk segera aku hubungi.

Tok-tok-tok. Suara itu terdengar lagi, tapi kali ini ada suara dari luar yang memanggil namaku. Karena aku penasaran dengan sosok di luar kamarku, aku coba membuka sedikit gorden jendela kamarku untuk mengintip keluar. Setelah gorden terbuka dan aku bisa megintip ke arah luar, ternyata di luar ada Bimo yang mengetuk pintu kamarku sejak tadi. Namun, ada sedikit keanehan pada diri Bimo saat itu dan aku tidak begitu memedulikan keanehan itu.

“Yan, Ryan, buka bentar, Yan,” suara Bimo dari balik pintu.

“Iya, Bim, bentar aku bukain,” jawabku dari dalam kamar. Kemudian aku buka pintu kamarku.

“Yan, aku boleh masuk bentar?”

“Iya, masuk aja, Bim. Ngapain coba izin segala, ‘kan udah aku bukain.”

“Makasih, Yan.” Bimo melangkah masuk sambil melihat sekeliling kamarku.

“Ada apa, Bim, tumben banget? Enggak main Dota lagi kamu?” Aku bertanya sambil melihat wajah Bimo yang dari tadi aku amati agak sedikit aneh.

Bimo tidak menjawab pertanyaanku dan terus melihat sekitar kamarku.

“Woi, Bim, ngelihatin apaan sih? Kaya baru pertama kali masuk kamarku aja deh.”

“Enggak pa-pa, Yan, dia sudah enggak di sini, ya?” Bimo bertanya dengan mata yang sedikit sayu sambil tersenyum.

“Dia siapa, Bim, yang kamu maksud? Kan aku emang tinggal sendiri di kamar ini, enggak ada siapa-siapa. Tahu sendiri per kamar hanya boleh ditempati satu orang.”

Bimo hanya membalas dengan senyuman dan tatapan mata yang sayu.

“Kamu lagi enggak enak badan, ya, Bim? Aku ada tolak angin, nih, kamu mau?”

“Boleh, Yan, sama aku mau minta indomie satu bungkus boleh?” Dengan ekspresi datar dia menjawabku.

“Boleh aja, Bim, kebetulan aku stok tuh masih ada. Kamu benaran lagi enggak sehat, ya? Atau mau kuantar ke dokter aja buat periksa?”

Masih dengan tatapan sayu dan wajah datarnya, Bimo hanya mengelengkan kepalanya.

“Ya udah, ini aku kasih dua tolak angin, ya, terus minya mau berapa? Dua sekalian, ya, biar kenyang benaran. Nih, ambil aja.” Aku memberikan tolak angin dan indomie pada Bimo.

“Makasih, Yan.” Dengan singkat Bimo menjawab dan kemudian pergi meninggalkanku tanpa menoleh, hanya berjalan dengan tatapan lurus ke depan.

Dalam hatiku, Bimo sebenarnya kenapa tumben aneh sekali. Namun, sudahlah dia mungkin memang mau minta obat sama makan karena tubuhnya terasa tidak sehat. Setelah Bimo keluar dari kamarku, aku kemudian kembali menutup pintu kamarku dan menguncinya karena aku mau teleponan sama Via. Selain itu, juga memang karena jam sudah malam dan aku berniat setelah teleponan sama Via aku pengin langsung tidur.

Aku kembali mengambil HP-ku dan segera mungkin menghubungi Via lewat telepon. Aku posisikan tubuhku tertidur di kasur sambil melepas capek. Panggilan pertama tidak langsung diangkat oleh Via. Mungkin pikirku Via belum selesai dengan urusannya di kos dan lagi beres-beres. Tadi Via berkata kalau dia sudah selesai, dia akan menelepon. Jadi, mungkin dia belum selesai dengan urusannya dan karena aku yang terburu-buru ingin tahu info yang belum diceritakan Via tadi membuatku ingin cepat-cepat mengetahuinya. Sambil menunggu Via menelepon, aku iseng memainkan game di HP. Dan saat aku sedang bermain dengan HP-ku, dari ventilasi atas jendelaku yang tidak tertutup apa pun, aku merasakan ada sesuatu yang sedang mengamatiku dari atas sana. Entah dari mana aku merasakan itu, tapi mataku memaksa untuk melihat ke atas ventilasi di mana aku merasakan ada yang mengawasiku. Namun, bukannya merasa takut, aku malah merasa aman dengan adanya sosok yang mengawasiku dari sana. Karena penasaran, aku ikuti keinginanku untuk melihat ke arah ventilasi itu dan ternyata tidak ada apa-apa. Karena sudah jelas tidak ada apa-apa, aku berpikir mungkin itu hanya perasaanku. Aku kembali meneruskan kegiatanku bermain game sambil menunggu panggilan dari Via. Saat sedang asyik bermain game, tiba-tiba game yang sedang aku mainkan berhenti bergerak dan HP pun bergetar. Ada panggilan masuk dari Via.

“Asalamualaikum, Ryan,” suara Via membuka pembicaraan di telepon dengan salam.

“Wa'alaikum salam, Vi, udah aku tunggu kamu dari tadi tahu enggak.”

“Cie, nungguin ternyata. Emang kenapa nungguin?”

“Kamu ‘kan tadi masih hutang satu cerita sama aku. Ya jelas aku tagihlah.”

“Lah, cerita apaan? Perasaan aku enggak cerita apa-apa tadi.”

“Tadi kamu mau cerita kalau kamu ngelihat apa waktu aku tinggal pergi itu.”

“Oh itu, itu sih bukan cerita, cuma mau ngasih tau aja sih.”

“Ya buruan kasih tahulah.”

“Ah, kayaknya enggak usah deh. Enggak penting juga kayaknya. Hahaha ....”

“Alah, ayolah, aku penasaran ini, lo. Benaran.”

Aku rasa Via memang sengaja menggodaku seperti itu supaya perbincangan kami di malam hari bisa lebih lama. Aku terus membujuk Via buat menceritakan hal tadi di mal sesaat setelah aku tinggal dia sendirian di sana. Awalnya, dia terus tidak mau menceritakan dan tentu saja aku terus meminta dia untuk menceritakan itu semua. Pada saat aku sedang membujuk Via, tiba-tiba aku mencium bau bunga melati yang dari tadi aku cium, baik di toilet bioskop maupun di toilet kos yang tempatnya ada di sebelah kamar Bimo. Saat bau melati itu tercium, aku kembali merasa ada sosok yang mengintip dari arah ventilasi tadi, tapi kali ini aku merasa sosok yang berbeda dengan yang tadi. Soalnya yang aku rasakan saat ini aku merasa sosok yang mengintipku ini menatapku dengan tajam. Namun, saat aku akan melihat ke arah ventilasi, tiba-tiba Via bersedia mau bercerita tentang hal tadi yang membuatku mengurungkan niat untuk melihat ke arah ventilasi.

“Iya, deh, Yan, aku ceritain deh.”

“Ya buruan dong, Vi, aku tuh benaran penasaran dengan apa yang kamu lihat. Aku ‘kan udah tahu kalau kamu juga orang yang sedikit peka. Jadi, aku mau tahu sesuatu saat tadi aku tinggal.”

“Iya, aku ceritain, deh. Tadi pas kamu keluar dari toilet bioskop, aku ‘kan lihat kamu jalan terburu-buru, tapi di saat itu juga aku ngelihat di samping kamu ... so ... k, Yan, ....” Suara Via tiba-tiba putus-putus tidak terdengar jelas.

“Vi, halo? Kok putus-putus suaramu.”

“Hal ... ok ... gak ke ... ngaran,” suara dari Via terdengar masih putus-putus.

Tuuuut, tuuut, tuuuttt .... Dan tiba-tiba panggilan kami terputs. Entah kenapa, aku pun tak tahu. Tapi, saat aku lihat, sinyal di HP tidak ada gangguan sama sekali. Sinyal pun penuh dengan kondisi sinyal yang bagus harusnya tidak bakal putus sambungan telepon. Saat aku akan menelepon balik Via, sama sekali tdak bisa terhubung. Aku putuskan untuk mencoba mengubungi Okto untuk memastikan sambungan telepon baik-baik saja.

“Halo, Yan, gimana tumben telepon?” suara Okto dari sambungan telepon.

“Eggak pa-pa, Ok, cuma ngetes sinyal aja. Tadi lagi teleponan sama temen tiba-tiba putus sendiri teleponnya. Ya udah, makasih, ya. Maaf, ganggu.”

“Oke, santai aja, Yan.”

Sambungan telepon ke Okto bisa, tapi kenapa saat mau telepon Via tidak bisa. Aku coba lagi telepon ke Via lagi dan ternyata masih sama. Setelah beberapa kali mencoba, aku putuskan buat berhenti mencoba, mungkin sedang ada gangguan di sana pikirku. Karena Via sudah tidak bisa dihubungi, aku berniat untuk tidur lebih awal karena orang yang ditunggu sudah tidak bisa dihubungi.

Saat aku mencoba untuk tidur, tiba-tiba bau melati muncul lagi dan kembali pula rasa merindingku. Aku melihat ke sekitar, terutama di area ventilasi atas jendela. Saat aku melihat di atas jendela ternyata ada sebuah bola mata besar sedang mengintipku sejak tadi. Seketika jantung seperti mau berhenti karena mata besar yang aku liat di atas ventilasi itu ditambah dengan bau melati yang sangat menyengat. Tapi, sesaat kemudian aku mencium bau yang sudah tidak asing bagiku. Bau yang ini kemudian membuat bau melati yang sangat menyengat hilang bersamaan dengan mata besar itu juga ikut menghilang. Tanpa sadar, aku mulai merasa memori dengannya kembali tampil di ingatanku. Rasa senang bercampur haru karena bau yang aku cium imi memiliki ciri khas sendiri yang sudah aku harapkan sejak saat itu. Bau ini yang menjadi pertanda ....
Diubah oleh afryan015 25-09-2021 13:42
sulkhan1981
sampeuk
bebyzha
bebyzha dan 47 lainnya memberi reputasi
48
Tutup