Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
Tahun 1968 yang Penuh Gejolak di Amerika Serikat



Salah satu tahun yang bersejarah bagi Amerika Serikat adalah 1968. Tahun 1968 diwarnai dengan maraknya kerusuhan rasial, pembunuhan tokoh-tokoh penting, protes anti-Perang Vietnam yang meluas, dan pemilu yang penuh pergolakan.

Klik gambar untuk menuju sumber gambar

Eskalasi Perang dan Protes

Presiden Lyndon Baines Johnson dan Menteri Pertahanan Robert McNamara, dua tokoh penting dalam keterlibatan AS dalam Perang Vietnam.

Sejak insiden Teluk Tonkin pada 2 Agustus 1964, Presiden Lyndon Baines Johnson membuat militer AS terlibat langsung dalam Perang Vietnam untuk mencegah Vietnam Selatan, dan juga seluruh Asia Tenggara, jatuh ke tangan komunis. Didukung dengan Resolusi Teluk Tonkin oleh Kongres pada 10 Agustus 1964, pemerintah AS mulai mengirim pasukan untuk membantu Vietnam Selatan melawan pasukan Vietnam Utara dan gerilyawan Viet Cong, tanpa deklarasi perang resmi. Pasukan AS pertama, satu kontingen marinir, tiba di Vietnam pada 8 Maret 1965.

Perang terus tereskalasi. Jumlah tentara AS di Vietnam Selatan melonjak hingga mencapai 500.000 pada akhir 1967. 42 persen di antara mereka adalah rekrutan dari SMA yang mengikuti wajib militer dengan 58 persen dari korban jiwa militer berasal dari kelompok ini. Di berbagai sekolah, stand untuk pendaftaran wajib militer dibuka.

Korban tewas yang besar, ditambah dengan wajib militer dan pertanyaan publik mengenai motivasi pemerintah AS berperang di Vietnam Selatan, membuat mahasiswa bergerak memprotes perang. Paruh kedua 1960-an didominasi oleh gerakan anti-perang oleh flower generationdan tren hippie yang menolak kemapanan dan perang. Musisi seperti Jimi Hendrix (yang sempat mengikuti wajib militer pada awal 1960-an) menjadi idola anak muda, juga kaum hippies, dan ikon anti-perang. Jim Morrison (vokalis The Doors dan juga putra dari George Morrison, perwira Angkatan Laut AS yang terlibat langsung dalam insiden Teluk Tonkin 1964) juga menjadi ikon rock dan anti-perang yang menonjol.

Protes tahun 1968 tak hanya terjadi AS. Protes juga terjadi Prancis pada Mei menentang Presiden Charles de Gaulle, Cekoslovakia untuk memulai reformasi demokratis, dan negara-negara lain.

Pemberitaan media yang menggambarkan korban jiwa yang besar dalam Perang Vietnam turut memicu gerakan protes sampai Presiden LBJ menyalahkan media karena pemberitaannya dianggap memperberat usaha AS memenangi Perang Vietnam. Ini juga turut memperburuk citra sang presiden di masa jabatan keduanya apalagi setelah Vietnam Utara sukses memborbardir kota-kota Vietnam Selatan dalam Serangan Tet pada Januari hingga September 1968 dan membuat keadaan menjadi seimbang.

Kerusuhan Rasial dan Pembunuhan Tokoh Penting

Robert Fitzgerald Kennedy alias Bobby, adik John Fitzgerald Kennedy. Seperti kakaknya, ia juga tewas ditembak, kali ini saat mencalonkan diri sebagai presiden pada 1968.

AS tahun 1968 diwarnai dengan kerusuhan rasial. Pembunuhan pejuang kesetaraan ras Martin Luther King Junior pada 4 April 1968 memantik kerusuhan di 125 kota di AS dalam beberapa pekan setelahnya seperti di Baltimore (Maryland), Chicago (Illinois), dan Washington, DC. Pasukan polisi, militer, dan bahkan marinir harus dikerahkan untuk meredam protes. 39 orang tewas, 2.600 terluka, 21.000 ditahan, dan kerugian material mencapai 65 juta dolar AS (385 juta dolar AS disesuaikan dengan inflasi).

Kerusuhan ini menimbulkan keresahan di masyarakat AS dan dimanfaatkan baik calon presiden Richard Nixon yang berjanji menegakkan kembali hukum dan ketertiban (law and order).

Kerusuhan ini dan gerakan hak asasi manusia sepanjang 1960-an juga merupakan buah dari praktik segregasi ras yang secara de facto masih terjadi di AS meski Undang-undang Hak Sipil (Civil Rights Act) dan Undang-undang Hak Memilih (Voting Rights Act) telah disahkan pada 1965. Sebelumnya, segregasi ras menjadi isu yang hangat di AS sepanjang 1950-an. Tangki air yang dibedakan untuk orang kulit putih dan berwarna dan penolakan siswa kulit putih untuk satu sekolah dengan siswa kulit berwarna masih jamak terjadi. Bahkan pada 1963, George Wallace sempat menjadi buah bibir nasional dengan aksinya mencegah dua siswa kulit hitam mendaftar di sebuah sekolah di Alabama, negara bagian yang dipimpinnya.

Tokoh penting lain yang terbunuh adalah Robert Fitzgerald Kennedy, senator negara bagian New York dan mantan Jaksa Agung AS. Bobby yang merupakan adik dari John Fitzgerald Kennedy ini ditembak oleh Sirhan Sirhan, seorang pemuda Palestina berkewarganegaraan Yordania, pada 5 Juni 1968 di Hotel Ambassador, Los Angeles, California, saat berjabat tangan dengan seorang pemuda pegawai restoran bernama Juan Romero setelah memberikan pidato kemenangannya dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat untuk nominasi presiden di California dan Dakota Selatan. Bobby meninggal 26 jam setelah kejadian pada 6 Juni 1968.

Kematian Bobby membuat peta persaingan berubah.

Poros Ketiga

Polisi meredam massa yang ingin memprotes perang di dekat arena Konvensi Nasional Demokrat 1968 di Chicago, 28 Agustus 1968. Tindakan represif polisi dan emosi massa membuat suasana menjadi tak tenang.

Tahun 1968 juga menjadi tahun politik bagi AS yang menyelenggarakan pemilu untuk memilih anggota Kongres (DPR dan 34 kursi senator) dan juga presiden dan wakil presiden. Seperti halnya kondisi keamanan dan sosial politik, pemilu ini juga diwarnai pergolakan.

Partai Republik yang pada 1964 terpecah antara konservatif (digawangi Barry Goldwater) dan liberal (digawangi Nelson Rockefeller), kali ini solid mendukung Richard Nixon. Mantan wakil presiden periode 1953-1961 tersebut mengalahkan bakal calon lainnya seperti Nelson Rockefeller, Ronald Reagan, George Romney, Harold Stassen, dan Strom Thurmond untuk memperoleh nominasi keduanya. Ia sebelumnya dikalahkan Kennedy dalam pemilihan presiden 1960 dan gagal dalam pemilihan gubernur California pada 1962.

Gejolak justru terjadi di Partai Demokrat. LBJ yang pada 1964 meraih kemenangan spektakuler atas Barry Goldwater (486 electoral votes dan persentase suara 61,1%), memutuskan untuk mundur dari pemilihan pada 31 Maret 1968. Kala itu, popularitasnya merosot karena kontroversi kebijakan luar negerinya, terutama menyangkut Perang Vietnam, meski ia memiliki kebijakan domestik yang populer seperti War on Poverty. Keputusan untuk tidak mengikuti pemilihan presiden juga didasari hasil pemilihan pendahuluan di New Hampshire yang mana senator Eugene McCarthy yang menentang kebijakannya di Vietnam, berhasil tampil bagus dan memenangi 42 persen suara (meski LBJ memenanginya dengan 49 persen suara) dan masuknya Bobby Kennedy ke arena.

Bakal calon lain yang menonjol adalah George Wallace, gubernur Alabama yang pro-segregasi ras. Ia sempat memperoleh dukungan yang kuat di Partai Demokrat. Setelah gagal memenangi nominasi Demokrat, ia maju sebagai calon ketiga dari Partai Amerika Independen.

Nominasi partai Demokrat diputuskan dalam konvensi nasional yang digelar di Chicago, Illinois pada 26 hingga 29 Agustus 1968. Pada saat penyelengaraannya, massa anti-perang yang mendukung calon anti-perang seperti McCarthy berdemonstrasi di luar gedung tempat berlangsungnya konvensi. Mereka dihadang oleh pasukan polisi lokal yang memukuli mereka dengan tongkat.

Suasana di dalam konvensi pun tak kalah menegangkan. Delegasi saling berdebat mengenai siapa yang pantas dinominasikan. Akhirnya, Wakil Presiden Hubert Humphrey memenangi nominasi. Nominasi wakil presiden diperoleh Edmund Muskie.

Persaingan kali ini juga melahirkan istilah silent majority yang merujuk kepada kelompok pemilih dengan jumlah besar namun tidak aktif dalam menyuarakan pandangan politiknya. Istilah ini sendiri baru dipopulerkan Nixon pada 1969, merujuk pada basis pendukungnya.

Kampanye

Humphrey bertemu massa pendukungnya dalam sebuah kampanye, 1968.

Perang Vietnam menjadi isu hangat dalam pemilu kali ini. Antipati publik terhadap kebijakan Presiden LBJ di Vietnam membuat Humphrey tertinggal dari Nixon dalam survei. Pada survei Gallup akhir September 1968, elektabilitas Humphrey hanya 28 persen. Nixon unggul dengan 43 persen dan Wallace 21 persen.

Humphrey membuat gebrakan dengan sebuah pidato yang disiarkan di televisi pada 30 September 1968. Humphrey meminta agar pemboman di Vietnam Utara dihentikan untuk mewujudkan jalan menuju perdamaian. Ini merupakan sebuah langkah mengejutkan mengingat Humphrey adalah salah satu pendukung utama kebijakan LBJ sebelumnya. Setelah pidato ini, elektabilitas Humphrey meningkat dan mulai mengejar Nixon.

Nixon berkampanye sebagai calon yang dapat mengembalikan law dan order, sesuatu yang dirindukan rakyat Amerika setelah menghadapi tahun penuh gejolak, khususnya 1968. Sementara Wallace tetap pada platform utamanya yaitu segregasi ras. Tujuan utama Wallace adalah mencegah Nixon maupun Humphrey memperoleh 270 electoral votes dalam pemilu, yang akan memaksa pemilihan presiden dan wakil presiden diserahkan ke Kongres. Ini pun membuat anggota Kongres dari Partai Demokrat yang berasal dari wilayah selatan (Southern Democrats) yang dominan memiliki posisi kuat dalam menentukan kepemimpinan AS untuk 4 tahun berikutnya.

Hasil Pemilu

Hasil pemilihan presiden AS 1968.

Pemilihan presiden AS 1968 menjadi salah satu pemilihan yang mengubah peta perpolitikan Amerika secara drastis. Nixon menang dengan 31.783.783 suara dan mengumpulkan 301 electoral votes dari 32 negara bagian. Humphrey mendapat 191 electoral votes dari 13 negara bagian dan Washington D.C. serta mengumpulkan 31.271.839 suara. Wallace memperoleh 9.901.118 suara dengan 46 electoral votes dari 5 negara bagian.

Nixon hampir menyapu bersih region Midwest. Humphrey menang di region Northeast seperti New York and Maine dan beberapa negara bagian lain seperti Washington, Minnesota, Michigan, dan Texas. Wallace menang di 5 negara bagian di region Deep South seperti Georgia dan Alabama. Ia merupakan calon ketiga terakhir yang mampu memenangi sebuah negara bagian hingga saat ini. Strateginya pun gagal.

Pada pemilihan anggota House of Reprensentatives, Republik hanya menambah 5 kursi saja dan Demokrat masih menjadi mayoritas. Pun di Senat dengan Republik juga menambah 5 kursi dan Senat masih dikuasai Demokrat.

Nixon akhirnya dilantik sebagai Presiden ke-37 AS pada 20 Januari 1969, dengan Spiro Agnew sebagai wakil presidennya. Perang Vietnam masih berlanjut di masa kepemimpinan Nixon namun Nixon menggunakan strategi Vietnamisasi yaitu mengurangi keterlibatan langsung AS dalam perang dan secara gradual memberikan tanggung jawab peperangan kepada pihak Vietnam Selatan. AS resmi menarik diri pada 1973 dan perang berakhir dengan jatuhnya Saigon ke Vietnam Utara pada 30 April 1975, diikuti penyatuan Vietnam setahun kemudian.

Bonus



Demikian threaddari saya kali ini. 1968 telah berlalu 51 tahun lalu. Namun, catatan yang digoreskan para pelaku sejarah pada tahun tersebut dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita semua. Terima kasih telah membaca thread ini dan semoga hari Anda menyenangkan.


Referensi I
Referensi II
Referensi III
Referensi IV
Referensi V
Referensi VI
Referensi VII
Referensi VIII
Referensi IX
Referensi X
Referensi XI
Referensi XII



Diubah oleh gilbertagung 29-04-2019 14:44
beyoungcarerock
comrade.frias
rony25
rony25 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
9.2K
73
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
gilbertagungAvatar border
TS
gilbertagung
#57
#24,007
Quote:


Sayang dia mati muda.
0
Tutup