Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
[MATURE / 21+] Burung Kertas Merah Muda 2



Quote:


Cerita ini adalah kisah lanjutan dari Burung Kertas Merah Muda. Kalian boleh membaca dari awal atau memulai membaca dari kisah ini. Dengan catatan, kisah ini berkaitan dengan kisah pertama. Saya sangat merekomendasikan untuk membaca dari awal.


Silahkan klik link untuk menuju ke kisah pertama.


Terima kasih.



Spoiler for Perkenalan:


Quote:

Polling
0 suara
Siapakah sosok perempuan yang akan menjadi pendamping setia Rendy?
Diubah oleh chrishana 02-04-2020 02:31
japraha47
aripinastiko612
jalakhideung
jalakhideung dan 59 lainnya memberi reputasi
54
270.8K
981
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#816
Chapter 58
“Rendy...”

Terdengar lirihan suara dari seorang perempuan yang sedang terbaring lemah pasca operasi. Dengan setengah sadar, dia memanggil nama itu berkali-kali. Mencari keberadaan dari seseorang yang memiliki nama tersebut. Melirik kiri dan kanan namun tak nampak wajah dari Rendy.
“Kamu udah bangun, nak?” tanya ibunda Anna.

“Kepalaku pusing... Rendy ke mana?” tanya Anna.

“Rendy sudah pulang. Dia juga butuh istirahat.” ujar ibunda.

“Kenapa Rendy gak nemenin aku?”

“Rendy juga sudah lelah, sayang. Dia mendonorkan darahnya untukmu. Untuk keperluan operasimu.” ujar ibunda.

“...”

“Dia titip ini ke ibu tadi.” ibunda memberikan sebuah burung kertas merah muda kepada Anna. “Kata Rendy, nanti kalau Anna sudah bangun, Rendy meminta ini dikasihkan ke kamu.” lanjutnya.

“Boleh nanti aja aku bukanya? Aku masih terasa pusing.” ujar Anna.

“Iya, gak apa-apa. Di depan masih ada temanmu. Mau ibu panggilkan?”

“Iya suruh masuk aja, Bu.”

Ada seorang perempuan cantik berambut panjang menyentuh bahu menunggu di bangku teras ruangan di mana Anna dirawat pasca operasi. Menundukkan kepala dengan mata sedikit terpejam menahan lelah. Menunggu Anna sadar dari tidurnya.

Dia pun terbangun karena mendengar suara pintu terbuka. Ibunda Anna menghampiri perempuan tersebut dan memintanya untuk masuk ke dalam untuk menemui Anna.
“Kak...”

“Eh, Vanessa...”

“Gimana rasanya, Kak?” tanya Vanessa.

“Aku masih pusing. Kamu dari kapan di sini?” tanya Anna.

“Dari sebelum Kakak operasi.” jawab Vanessa.

“Loh, kamu gak pulang?”

Vanessa menggelengkan kepalanya. “Aku harus tau keadaan Kakak. Aku mau kabarin ke Kak Rendy. Kak Rendy khawatir banget sama Kakak.” lanjutnya.

“Kalau gitu, aku pamit pulang ya, Kak... Aku sekalian mau kabarin Kak Rendy.” lanjut Vanessa.

“Oh, iya... Terima kasih ya. Kamu hati-hati di jalan. Udah malam soalnya.”

“Iya, Kak... Cepat pulih ya, Kak...”

Vanessa berjalan perlahan melewati lorong rumah sakit menuju area luar rumah sakit. Hari sudah malam, langit nampak gelap tanpa ada cahaya. Rembulan hilang ditelan gelapnya awan. Hanya dapat melihat cahaya samar yang memantul dari matahari.

Sesampainya di halte bus, dia duduk menyendiri sambil menunggu datangnya bus yang akan mengantarnya sampai tujuan. Tak lupa ia mengambil telepon genggamnya untuk mengabarkan keadaan Anna pada Rendy.
“Halo, Kak...” sapa Vanessa.

“Iya, Dek...”

“Kak, Kak Anna udah bangun... Tapi, tadi masih pusing... Kak Anna nyariin Kakak...” ujar Vanessa.

“Alhamdulillah... Iya, aku besok mau ke sana... Kamu di mana?”tanya Rendy.

“Lagi di jalan mau pulang, Kak... Ya udah Kakak istirahat aja dulu... Biar besok udah pulih dan bisa lihat senyumnya Kak Anna.”

“Iya, hati-hati di jalan ya...”

****

“Siapa, Ren?” tanya perempuan yang berbaring di samping Rendy.

“Vanessa, Kak.” jawab Rendy.

“Kenapa dia?”

“Dia cuma ngabarin Anna udah bangun... Cuma masih pusing aja kepalanya...” ujar Rendy.

“Jadi...” perempuan itu menyampingkan tubuhnya ke arah Rendy. “Gimana keputusanmu?” tanya dia.

Rendy menarik tubuhnya duduk di atas ranjang. “Keputusanku tetap, Kak...” jawab Rendy.

“Kamu yakin? Gimana sama Papa dan Mama?”

“Kak, aku cuma mau hidup sama Anna. Menghabiskan sisa umurku sama dia. Aku cinta dia dengan segala keadaannya.” jawab Rendy.

Perempuan itu menarik tubuhnya dan berpindah posisi. Berjalan ke arah jendela kamar Rendy. Menarik kursi dan duduk di atasnya sambil menatap langit yang sedang menutupi diri menggunakan awan.
“Jarang loh ada cowok kayak kamu, Ren... Beruntungnya Anna bisa dicintai sama kamu...” ujar perempuan itu.

“Aku yang beruntung bisa dicintai Anna, Kak...” ujar Rendy.

“Kenapa begitu?”

“Cuma dia yang melihatku bukan dari fisik dan materi.” jawab Rendy.

“Vanessa pun begitu, kan?” ujar Anita.

“...”

Anita kembali berdiri dan berpindah posisi. Dia pun duduk di samping Rendy di atas ranjang. Menggenggam erat tangan Rendy dan menatapnya dalam-dalam.
“Apa yang kamu lakukan ke Vanessa juga bukanlah sesuatu yang biasa, Rendy... Mungkin, kamu menganggapnya seperti adikmu karena kamu gak mau nama Anna tergantikan.” ujar Anita.

“Anna pun menyadari itu... Aku yakin...” lanjutnya.

Tiba-tiba saja pintu kamar Rendy terbuka. Ada sesosok perempuan dengan rambut panjang tergerai dengan memakai kaos berwarna putih dan hotpantsyang hanya sampai pangkal pahanya.
“Kak Anita! Pasti mau godain Kak Rendy lagi!” ujar Tasya dengan nada meninggi.

“Apaan sih, Dek! Aku tuh lagi ngobrol sama Rendy!” Anita mengelak.

“Bohong! Itu ngapain cuma pakai tanktopsama hotpants doang! Mau pamer belahan, hah!” Tasya melawan.

“Duh, Tasya! Udah deh... Kak Anita udah biasa di rumah berpakaian kayak gitu... Gak usah berlebihan gitu...” ujar Rendy membela.

“Hahahahahaha... Susah deh kalau punya adek rasa pacar... Posesif banget..” ujar Anita sambil berjalan menuju pintu kamar Rendy.

Setelah Anita keluar, Tasya langsung menghampiri Rendy dan duduk di sampingnya. Tiba-tiba saja dia memeluk kakak tercintanya.
“Kak, aku mau Kakak sama Kak Anna, bukan yang lain.” ujar Tasya.

“Iya, aku tau kok... Aku juga maunya sama Anna...”

“Aku mau Kak Anna juga jadi kakakku... Tapi...”

“Tapi apa, Dek?”

“Tapi, gimana Papa dan Mama? Apa mereka bisa menerima Kak Anna dengan keadaan yang gak bisa kasih mereka cucu?” tanya Tasya.

Insya Allah, Mama dan Papa bisa terima.” ujar ibunda Rendy dan Tasya yang tiba-tiba muncul dari balik pintu yang terbuka.

“Mama gak mau kehilangan Anna lagi. Dia sudah Mama anggap seperti anak Mama sendiri bagaimana pun keadaannya. Apa lagi darah yang mengalir di tubuh Rendy kini mengalir pula di tubuhnya. Apa yang kamu lakukan sudah cukup membuktikan betapa kamu mencintainya, Rendy.” lanjut Ratna, selaku ibunda dari Rendy dan Tasya.

“Jadi, gimana Kak?” tanya Tasya.

“Aku mau lanjut... Aku mau menikahinya dan hidup dengannya.” ujar Rendy.
Diubah oleh chrishana 04-02-2019 04:05
dany.agus
caterpilar
fakhrie...
fakhrie... dan 14 lainnya memberi reputasi
15
Tutup