cucuganeshaAvatar border
TS
cucuganesha
BABAD TANAH GANESHA: Dari “TH te Bandoeng” ke “Institut Teknologi Bandung”
BABAD TANAH GANESHA:
Sedjarah Kampoes dari “de Technische Hoogeschool te Bandoeng”
ke “Institut Teknologi Bandung”





“Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta!
Masa yang lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala
dari pada masa yang akan datang.”


Pidato HUT Proklamasi 1966 oleh Soekarno
(Ir. TH Bandoeng 1922-1926, Dr.(HC) ITB 13 September 1962)


Kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) yang berada di Jalan Ganesha 10/12 Bandung dan diresmikan oleh Presiden RI Ir. Soekarno pada tanggal 2 Maret 1959 telah memiliki sejarah yang panjang. Sejarahnya secara ringkas bisa dibaca di website ITBatau di trit CA-ITB.

Di dalam trit “BABAD TANAH GANESHA” ini mari kita bahas SIDE STORY yang mungkin belum diketahui baik berupa kisah2, foto2 dokumenter & tulisan2 lainnya. Berikut ini adalah tonggak2 penting Sedjarah Kampoes Ganesha dari “de Technische Hoogeschool te Bandoeng” hingga bertransformasi ke “Institut Teknologi Bandung”.


=========================
in the beginning...
=========================


8 Maret 1910berdirilah Indische Universiteit Vereeniging (IUV), suatu badan yang bertujuan untuk membangun lembaga pendidikan tinggi (universitas) di Hindia Belanda. Tahun 1913 sebuah komisi berkesimpulan bahwa Indonesia belum matang untuk mendapat perguruan tinggi, tapi dengan anggapan pendidikan teknik amat penting, maka dibentuk sebuah Komisi Pendidikan Teknik yaitu Technisch Onderwijs Comissie. Minoritas dalam komisi ini mengajukan pendapat kepada pemerintah yaitu: disamping sekolah teknik yang sudah ada, agar juga dibuka Middelbare Technische School (MTS)/Sekolah Teknik Menengah dengan lama pendidikan 4 tahun setelah MULO (setingkat SMP), dan pendidikan insinyur dengan lama studi 4 tahun setelah HBS (setingkat SMA).

30 Mei 1917 berdirilah Koninklijk Instituut voor Hooger Technisch Onderwijs in Nederlands Indie (Institut Kerajaan bagi Pendidikan Teknik Tinggi di Hindia Belanda) di Belanda, suatu badan yang menyiapkan pendirian Sekolah Tinggi Teknik (Technische Hoogeschool).

4 Juli 1919 penanaman pohon beringin di tengah sawah tempat lokasi Technische Hoogeschool akan didirikan.



=========================
Technische Hoogeschool te Bandoeng
=========================





sumber: KITLV


Sabtu, 3 Juli 1920Technische Hoogeschool te Bandoeng diresmikan pembukaannya oleh Gouverneur Generaal Jhr. Mr. J. P. Graaf van Limburg Stirum di Aula Timur. Pada saat itu TH berstatus bijzondere school (sekolah yang menerima subsidi pemerintah/semi swasta) dengan satu fakultas saja yaitu Faculteit Weg-en Waterbouwkunde (Fakultas Bangunan Jalan dan Air) dengan mahasiswa sebanyak 28 orang. Tanggal 3 Juli inilah yg sampai sekarang diperingati sebagai HARI PENDIDIKAN TINGGI TEKNIK INDONESIA.

1 Juli 1924 Wisuda I TH-Bandoeng.

18 Oktober 1924 TH Bandoeng diambil alih pemerintah oleh Gouverneur Generaal Mr. D. Fock berdasarkan Hooger Onderwijs Ordonnantie No. 1 tgl 9 Oktober 1924 dengan satu fakultas saja yaitu Faculteit van Technische Wetenschap (Fakultas Ilmu Teknik) dengan satu jurusan Afdeling der Weg-en Waterbouwkunde (jurusan bangunan jalan dan air). Koninklijk Instituut voor Hoger Technisch Onderwijs dibubarkan dan dibentuklah Bandoengsch Technische Hoogeschool-fonds (BTH-fonds) - semacam yayasan dana untuk beasiswa, masih berdiri saat ini di Belanda.

3 Juli 1926 TH mewisuda untuk pertama kalinya bangsa Indonesia di antaranya Ir. Soekarno.

Maret 1942 TH Bandoeng ditutup, beberapa bulan kemudian dibuka kembali dalam bentuk Institute of Tropical Science.

====================
Bandung Kogyo Daigaku
====================


1 April 1944pemerintah militer Jepang membuka kembali TH dengan nama Bandung Kogyo Daigaku dengan tiga bagian yaitu Dobukuka (bagian sipil), Oyakagakuka (bagian kimia), dan Denki & Kikaika (bagian listrik & mesin). Rektornya Isyihara dengan pengajar di antaranya orang Indonesia: Ir. R. Roosseno Soerjohadikoesoemo, Ir. R. Goenarso, Ir. R. M. Soewandi Notokoesoemo, S. M. Abidin, Ir. Soenarjo. Pada masa ini berhasil meluluskan 5 orang sarjana teknik semua dr jurusan sipil.

=========================
Sekolah Tinggi Teknik Bandung
=========================


1945segera setelah proklamasi, pada lokasi yg sama dibuka kembali Sekolah Tinggi Teknik Bandung (STT Bandung) di bawah pimpinan Prof. Ir. R. Roosseno Soerjohadikoesoemo

November 1945 STT Bandung dipindahkan ke Yogyakarta dengan sebutan STT Bandung di Yogya, dan atas usaha Ir. Wreksodiningrat pada pertengahan tahun 1946 dibuka kembali dengan ketua Prof. Ir. R. Roosseno Soerjohadikoesoemo, Ir. Soewandi (sekretaris), Ir. Goenarso, Ir. Soenarjo, Ir. Wreksodiningrat, Ir. Abdoelmoetalip Danoeningrat, Ir. Ali Djojoadinoto, Ir. Soedoro, Herman Johannes.

Desember 1948 STT Bandung di Yogya terpaksa tutup karena serbuan tentara Belanda tetapi dibuka kembali tahun 1949 dengan menyelenggarakan bagian Sipil saja.

19 Desember 1949 UGM berdiri sebagai universitas negeri REPUBLIK INDONESIA YANG PERTAMA, STT itupun dimasukkan ke dalamnya sebagai Fakultas Teknik.

==============================
Nood-Universiteit/Universiteit van Indonesie
==============================





21 Juni (sumber lain Januari??) 1946berdirilah Nood-Universiteit oleh pemerintah pendudukan belanda - NICA di mana perguruan tinggi di Jl. Ganesha masuk di dalamnya dengan nama Technische Faculteit.

12 Maret 1947 Nood-Universiteit diubah menjadi Universiteit van Indonesie yg berlaku surut mulai November 1945 di mana perguruan tinggi di Jl. Ganesha masuk di dalamnya dengan nama Faculteit van Technische Wetenschap (Fakultas Ilmu Teknik).

13 Juni 1947 berdirilah Faculteit van Exacte Wetenschap di Jl. Ganesha Bandung.

1 Agustus 1947 berdirilah Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar

22 September 1948 Faculteit van Exacte Wetenschap berubah menjadi Faculteit van Wiskunde en Natuurwetenschap.

====================
Universitas Indonesia
====================




2 Februari 1950Universiteit van Indonesie diserahkan pemerintah Belanda ke pangkuan ibu pertiwi dengan namanya yang beragam: Universiteit Indonesia / Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia Serikat / Balai Perguruan Tinggi Republik Indonesia bahkan di salah satu pidato ketua fakultas di Bandung disebut Universiteit van de Republiek Indonesië.

Penyerahan tersebut termasuk semua fakulteitnya di Bandung yaitu Faculteit van Technische Wetenschap dan Faculteit van Wiskunde en Natuurwetenschap.

Faculteit van Technische Wetenschap diubah menjadi Fakultet Teknik Bandung (1950), Fakultet Pengetahuan Teknik (1951), Fakultet Teknik Bandung (1952), Fakultas Teknik Bandung (1956).

Faculteit van Wiskunde en Natuurwetenschap diubah menjadi Fakulteit Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA)

2 Februari 1952 dilangsungkan Dies Natalis ke-2 Universiteit Indonesia di Kampus Ganesha, Bandung. Di sinilah untuk pertama kalinya dies natalis UI dirayakan.

====================
Institut Teknologi Bandung
====================








2 Maret 1959berdasarkan PP Nomor 6 Tahun 1959 (ditetapkan tanggal 28 Februari 1959) berdirilah INSTITUT TEKNOLOGI di kota BANDUNG, yg ditandai dg penandatanganan piagam & prasasti.
Tanggal inilah yg kemudian diperingati sebagai DIES NATALIS ITB.

Sumber:
- Goenarso, Prof. Riwayat Perguruan Tinggi Teknik di Indonesia Periode 1920-1942. Penerbit ITB. Bandung. 1995
- Adjat sakri. Dari TH ke ITB. Bandung. 1979.
- Institut Teknologi Bandung. Undergraduate Student Handbook. Bandung. 2010.

"Kami bukanlah pelukis sejarah, kami cuma pengumpul mozaik-mozaik sejarah,
yang berusaha menyusun keping-kepingnya menjadi suatu lukisan"


Spoiler for jangan lupa:

trit ini diinspirasi ini& ini
1
124.4K
384
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Tampilkan semua post
cucuganeshaAvatar border
TS
cucuganesha
#133
Gerakan mahasiswa tahun 1978 (dari kacamata dosen)
Ini adalah kutipan pengalaman seorang dosen ITB
sewaktu kampus ITB diduduki oleh ABRI


(dicuplik dari Buku "Aura Biru: Catatan Para Pelaku Sejarah ITB", hal 140-143)



Pada tanggal 21 Januari 1978kira-kira jam tujuh pagi, Hariadi Soepangkat, Dekan FMIPA ITB, muncul di depan rumah saya untuk memberitahukan bahwa kampus diduduki tentara. Iskandar Alisjahbana ingin segera mengadakan Rapim. Saya langsung pergi ke ITB Pusat, dan mendapati bahwa halamannya telah dipenuhi oleh dosen, karyawan dan mahasiswa yang tidak diperbolehkan tentara masuk kampus. Rapimpun digelar.

Karena tentara menduduki kampus sejak dini hari, tidak banyak informasi yang dapat diolah oleh rapat untuk penilaian situasi. Oleh karena itu Rektor akan coba masuk ke kampus untuk melakukan sendiri penilaian situasi. Karena situasi menyeluruh penuh ketidakpastian, Rapim mengambil langkah untuk mempersiapkan seorang menjadi pemangku jabatan rektor (PJR) untuk menjamin bahwa ITB tetap mempunyai pemimpin seandainya terjadi sesuatu pada diri Iskandar Alisjahbana sebagai rektor.

Saya mengusulkan agar mandat PJR diberikan kepada Saswinadi Sasmojo, Sekretaris Badan Pengembang ITB, karena di antara semua sekretaris ITB pada waktu itu, Sas adalah yang paling misterius dan tidak banyak dikenal di luar ITB. Lainnya sudah banyak dikenal seperti Prof Sosrowinarso (Sekretaris Bidang Akademis), Prof. Matthias Aroef (Sekretaris ITB Bidang Administrasi dan Keuangan), Prof. Soepangat Sumarto (Sekretaris Bidang Kemahasiswaan), dan Drs. But Moechtar (Sekretaris Bidang Komunikasi). Saya sendiri sebagai Sekretaris Bidang Penelitian dan Pengembangan sudah terlalu banyak exposed pada waktu Tekno-ITB 77. Usul saya diterima dan mandat "supersemar" untuk Sas pun diketik oleh Usman Sastranegara, Kepala Biro Rektor, dan ditanda tangani oleh Iskandar Alisjahbana.

Sesudah rapat, Iskandar Alisjahbana ingin cepat-cepat masuk ke kampus untuk melihat keadaan di sana. Siapa lagi kalau bukan saya yang diajak Iskandar Alisjahbana untuk ikut bersama dia. Sesudah mendapat lampu hijau dari komandan pasukan pendudukan, kira-kira jam 10.00 pagi masuklah Iskandar Alisjahbana dan saya melalui pintu gerbang Jl. Ganesha dengan berjalan kaki. Memang banyak tentara terlihat pada posisi-posisi tertentu di dalam kampus dan ada yang berjalan berkelompok seperti sedang patroli.




Tidak jauh sesudah kami melewati gerbang yang ada jam di atasnya maka terlihatlah kira-kira dua ratus orang mahasiswa yang telah disandera, disuruh duduk rapi dalam beberapa baris di lantai lapangan basket, tanpa pakai kemeja, sedang dijemur di panas matahari.

Belum sempat Iskandar Alisjahbana berbicara lama dengan mahasiswa datanglah kurir membawa berita bahwa Rektor ITB dipanggil ke Kodam Siliwangi dan diminta segera datang.

Waduh, mau diapakan Iskandar Alisjahbana ini pikir saya. Saya terus disuruh ikut menemani dia dan sewaktu kami tiba di ruang rapat Kodam Siliwangi, di sana sudah ada Rektor Unpad dan Rektor Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) beserta jajaran masing-masing. Dari ITB Sosrowinarso dan Soepangat Sumarto pun sudah hadir juga dan bergabung duduknya dengan Iskandar Alisjahbana. Rapat dipimpin oleh Mayjen Himawan Soetanto, Pangdam Siliwangi, yang menjelaskan kampus-kampus mana saja yang diamankan oleh ABRI dan bahwa yang mendorong ABRI untuk melakukan pengamanan kampus-kampus tersebut adalah berbagai kegiatan mahasiswa yang anti Pemerintah. Pendudukan kampus akan segera diakhiri karena maksudnya adalah sebagai warning saja kepada civitas akademika. Rapat berlangsung sampai sore hari lewat jam 17.00 wib.

Sehabis rapat, Iskandar Alisjahbana buru-buru mau masuk lagi ke kampus untuk melihat mahasiswa. Yang menjadi pikiran yang merisaukan waktu itu adalah potensi terjadinya konflik dan kekerasan antara mahasiswa dan tentara di dalam kampus dalam kegelapan malam hari.

Apalagi kalau mengingat kebiasaan mahasiswa ITB yang suka meledeki orang. Tentara yang diledek kan bisa ngamuk? Sesudah mendapat ijin masuk lagi dari komandan pasukan pendudukan, sesampainya dekat lapangan basket Iskandar Alisjahbana dan saya langsung diberi tepuk tangan dan sorakan oleh mahasiwa yang jumlahnya sudah menggelembung menjadi kira-kira dua kali lipat dari yang kami temui pada paginya.






Mahasiswa dikumpulkan di lapangan bola untuk didata.


Mereka juga sudah lebih santai dan ada yang sedang tiduran di atas rumput mendengarkan radio transistor, yang telah berhasil diseludupkan masuk ke kampus. Rupanya tambahan mahasiswa itu telah masuk menyusup dari rumah-rumah di Jl. Juanda yang berbatasan dengan bagian Timur kampus, antara lain, melalui halaman rumah Jenderal Mashuri.

Tiba-tiba ada mahasiswa yang berteriak ke arah Iskandar Alisjahbana dan saya "Rektor ITB sudah ditangkap."

Langsung dijawab Iskandar Alisjahbana, "Siapa yang bilang. Saya kan ada di sini." Si mahasiswa menjawab "Radio Australia pak." Lalu Iskandar Alisjahbana mengatakan "Jangan percaya semua yang disiarkan radio Australia."

Iskandar Alisjahbana meminta para mahasiwa untuk tenang dan tidak memprovokasi kemarahan tentara. Iskandar Alisjahbana berjanji akan menyelesaikan masalah secepatnya sehingga kampus dapat normal kembali. Melihat keadaan mahasiswa yang sudah lebih rileks, Iskandar Alisjahbana dan saya pun agak tenang sewaktu meninggalkan mereka bermalam bersama tentara di dalam kampus.

Saswinadi, sebagai pemangku "supersemar ITB", dalam pada itu telah memobilisasi para ibu, isteri dosen ITB, untuk menyumbangkan makanan dan minuman untuk para mahasiswa yang di sandera di dalam kampus. Dengan ijin Jenderal Mashuri, Saswinadi kemudian menyampaikan makanan dan minuman melalui alur penyusupan mahasiswa masuk ke kampus, dan juga membagikannya kepada tentara pasukan pendudukan.

Keesokan harinya, Iskandar Alisjahbana, Saswinadi dan saya mengadakan pertemuan di rumah Iskandar Alisjahbana di Jalan Sulanjana. Karena Heri Akhmadi sudah ditangkap, delegasi Dewan Mahasiwa dipimpin oleh Jusman Sjafei dan Hafis. Iskandar Alisjahbana meminta mahasiswa untuk ikut mendinginkan suasana demi menyelamatkan kampus dan kegiatannya.

Entah bagaimana tafsir intel pada waktu itu mengenai pertemuan dengan mahasiswa ini, pada malam harinya rumah Iskandar Alisjahbana, tempat diadakannya pertemuan, ditembak oleh orang tak dikenal.

Beberapa hari kemudian, kalau tidak salah tiga hari kemudian, Rektor Iskandar Alisjahbana dan jajarannya diminta datang pada dini hari ke Jalan Ganesha untuk menerima kembali kampus ITB dalam suatu acara serah terima.

Rupanya warning dari penguasa dengan pendudukan kampus yang pertama tidak menyurutkan perjuangan dan aksi-aksi mahasiswa yang menentang kelanjutan kepresidenan Pak Harto. Padahal akhir Maret kian mendekat, yaitu masa untuk Presiden "terpilih" akan dilantik oleh MPR.



Maka terjadilah pendudukan kampusyang kedua pada 9 Februari 1978. Kali ini dilakukan oleh tentara yang didatangkan dari luar Jawa Barat oleh Pangkowilhan Jawa-Madura, Jenderal Soedjono Djono. Tentaranya bukan dari Divisi Siliwangi. Kali ini lebih mencekam karena mereka tidak ramah seperti pasukan Siliwangi.

Pada tanggal 11 dan 12 Februari 1978 diadakan rapat Senat Guru Besar untuk mencari solusi atas adanya "masalah antara ITB dan Pemerintah" yang menyebabkan terjadinya pendudukan kampus kembali oleh ABRI. Dalam rapat terjadi perdebatan-perdebatan seru dan Senat menjadi terbagi dua. Selama sidang berlangsung, sebentar-sebentar Oetarjo Diran pergi keluar ruang rapat untuk menerima telepon dari Jakarta. Entah dari siapa.

Singkatnya, pada tanggal 12 Februari 1978 siang telah dicapai kesepakan Senat untuk membentuk Dewan Pimpinan ITB (Rektorium), suatu kepemimpinan ITB yang kolektif, sebagai solusi terhadap "masalah ITB." Dewan ini diketuai oleh Rektor Iskandar Alisjahbana, dengan anggota-anggota Sudjana Sapiie, Mudomo, Wiranto Arismunandar, dan Djuanda Suraatmadja. Hasil kesepakatan Senat Guru Besar ini disampaikan sebagai rekomendasi kepada Menteri Departemen P & K Syarif Thajeb dengan harapan dapat dikukuhkan menjadi ketetapan.

Pada kira-kira jam 14.00, Usman Sastranegara, Kepala Biro Rektor, melalui fax menerima Ketetapan Menteri persis seperti yang direkomendasikan oleh Senat Guru Besar dan memperlihatkannya kepada Saswinadi. Mengapa Saswinadi? Karena sebagai pemangku "supersemar ITB" mandatnya tidak pernah dicabut sesudah tentara yang melakukan pendudukan pertama ditarik keluar dari kampus.

Namun, setengah jam kemudian, Ketetapan Menteri yang sama diterima lagi oleh Usman, tapi kali ini tanpa nama Iskandar Alisjahbana sebagai Ketua Dewan Pimpinan.

Dengan ketetapan kedua ini, Iskandar Alisjahbana telah diberhentikan oleh Syarif Thajeb sebagai Rektor ITB. Saswinadi meminta Usman menyimpan Ketetapan Menteri Syarif Thajeb yang pertama diterima tadi, di mana nama Iskandar Alisjahbana masih tercantum sebagai Ketua Dewan Pimpinan ITB. Mestinya dokumen ini masih ada dalam file di Biro Rektor ITB.
0