Menghilang saat memiliki tanggungjawab terhadap orang lain. Ini perilaku pertama yang seringkali aku ketahui muncul di lingkungan sekitarku. Bahkan aku sendiri mengalaminya. Saat aku kondisi sedang kekurangan, tak pernah dilirik, mungkin sekedar main di tempat kos, atau bertemu untuk ngobrol ringan, tak pernah. Eh, ketika dalam keadaan butuh. Tanpa ada angin dan petir, apalagi guntur, dia datang mendekat layaknya kucing yang butuh kasih sayang.
Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, pergi begitu saja meskipun masih ada tanggungjawab yang harus dia selesaikan denganku.



Merasa paling tahu dengan segala hal. Untuk satu sifat ini, kadang memang orang tersebut benar-benar mengetahui akan apa yang mereka ucapkan. Namun masalahnya, terkadang orang tersebut tidak mau mendengarkan apa yang orang lain sampaikan. Mungkin pada saat itu, lawan bicaranya adalah lawan bicara yang tidak banyak tahu akan sesuatu. Namun, dengan usahanya untuk ingin memahami sesuatu, siapa tahu dia akhirnya mendapatkan informasi baru untuknya.


Namun, terkadang perilaku tersebut adalah watak yang sudah tidak bisa lagi dirubah. Jika ketemu dengan orang seperti ini, sudah tidak ada harapan lagi untuk dijadikan partner bisnis. Kalau dijadikan teman mungkin masih oke saja. Tapi, ya kalau telinga kita kuat mendengar ocehannya sih. Karena karakter seperti ini kadang ingin mendengarkan dan hanya ingin didengarkan dan dituruti kemauannya. 





Fanatik seperti apa itu? Fanatik terhadap sesuatu, apapun, dan memaksa orang lain untuk melakukan seperti apa yang dia lakukan. Meskipun kadang hal itu baik, jika memaksa, itu akan menjadi tidak baik. Selama kelakuan orang lain tidak menggangu kehidupan kita dan lingkungan kita, tak perlu memaksakan konsep hidup kita kepada orang lain. Dan, ini terjadi di Indonesia. Satu kelompok merasa benar dan juga sangat fanatik yang akhirnya sampai mengosongkan hati mengatur pihak lain untuk mengikuti apa yang mereka lakukan. Meskipun harus mengambil alih tugas pihak berwajib. Sungguh ironi bukan?