Ada sebuah cerita rakyat menarik tentang seorang raja yang telanjang. Pada jaman dahulu, ada seorang pria tua yang menemui raja dan berkata bahwa dia bisa membuatkan baju terindah di dunia yang penuh dengan beragam permata paling berkilau. Sang raja pun menerima tawarannya dan memberikan permata-permata terindah pada pria tersebut sebagai bayaran.

Meski demikian pria tersebut berkata; 'Hanya orang berhati tulus saja yang bisa melihat baju ini. Mereka yang hatinya jahat tak akan sanggup melihatnya.'Singkat kata baju tersebut pun selesai dan pria tersebut membawanya pada raja. Sang raja benar-benar tidak bisa melihat apapun namun karna tak ingin disangka berhati jahat dia pun berdecak kagum dan berkata, 'Baju yang indah.'.

Pria itu pun memakaikan baju tersebut pada raja dan saat raja menemui para penasehatnya semua orang melihat bahwa raja hanya memakai celana pendek dan sepenuhnya telanjang dada. Kendati demikian mereka semua melontarkan pujian dan berkata bahwa itu adalah baju paling indah yang pernah mereka lihat. Sama seperti raja, mereka mengatakannya semata-mata karna tak ingin disangka berhati jahat.



Akhirnya, dengan percaya diri, raja pun keluar dari istana dan berjalan-jalan ke kota. Disana semua orang melihat sang raja yang telanjang dan keheranan. Akhirnya seorang anak kecil pun berteriak 'Hei lihat! raja telanjang!' dan kompak mereka semua pun tertawa dan raja harus menanggung malu yang luar biasa. Menyadari telah ditipu dia memerintahkan untuk menghukum si pembuat baju tersebut namun naasnya pembuat baju tersebut sudah melarikan diri dengan permata yang raja berikan.

Cerita diatas memang hanya sebuah dongeng namun pesan yang hendak disampaikan lumayan cocok dengan keadaan masa kini yang jujur saja semakin ambyar. Jika ada seseorang yang bertanya pada saya apakah Monalisa itu bagus atau tidak maka saya tidak akan ragu menjawab bahwa Monalisa itu biasa saja. Toh Monalisa sendiri tidak terlalu cantik, ilustrasi light novel kesukaan saya malah lebih bagus dari itu.

Meski demikian kita sering kali melihat 'karya seni' yang entah dimana indahnya dihargai dengan mahal. Contohnya adalah karya 'Comedian' yang sukses terjual seharga 1,68 milyar rupiah padahal itu hanyalah pisang yang direkatkan ke dinding menggunakan lakban. Coba bayangkan, diluar sana ada seorang designer yang bekerja keras memperhatikan setiap pixel untuk menghasilkan karya terbaik namun hanya dibayar dengan 'Makasih Mas' sedangkan karya pisang ini malah dihargai milyaran. Edan!



Namun anehnya ada juga orang yang membeli karya seni aneh semacam itu. Sang Raja berani membayar mahal untuk baju yang bahkan tidak bisa dia lihat hanya demi menjaga image nya di depan orang lain meski kenyataannya itu malah membuatnya terlihat bodoh. Banyak juga orang yang membayar mahal untuk masuk ke pameran seni hanya untuk merasa bingung dengan apa yang mereka lihat. Meski demikian mereka tetap berdiri mematung di depan lukisan seolah-olah lukisan tersebut sudah menyerap jiwa mereka meski sebenarnya mereka sedang memikirkan mau makan apa nanti malam.

Sang raja adalah pembeli yang ingin dihargai sementara para penasehatnya adalah kritikus seni yang menilai bahwa pisang tersebut berharga 1,68 milyar. Dasar penilaiannya sulit dimengerti dan kebanyakan hanya untuk menjaga gengsi.



Banyak yang bilang seni itu relatif. Seni tidak hanya diukur berdasarkan keindahannya melainkan faktor eksternal seperti latar belakang dan makna yang terkandung di dalam seni tersebut. Saya yang menyebut lukisan Monalisa biasa saja adalah orang-orang yang termasuk buta dalam seni dan saya bersyukur. Setidaknya saya tidak perlu menghabiskan 1,68 milyar untuk membeli sebuah pisang yang melekat di dinding.

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.