Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kyunichanAvatar border
TS
kyunichan
Malaikat Munkar-Nakir Dikibuli? Kok Bisa? Ini Dia, Kisah Abu Nawas Yang Penuh Hikmah


Abu Nawas adalah salah seorang yang cerdik yang hidup di masa kekhalifahan Harun Ar-Rasyid, yakni raja dari dinasti Abasiyah. Semasa hidupnya, ia sering menjadi penghibur raja, meski tak jarang juga membuat sang raja jengkel dengan dirinya. Ia dikenal sebagai seorang penyair legendaris di era kejayaan Islam. Abu Nawas juga cukup populer karena dikenal lewat cerita-cerita humor bijak dan sufi. Beliau dilahirkan di antara tahun 747-762 Masehi. Nama lengkapnya adalah Abu Nuwas Al-Hasan bin Hini al-Hakami.



Sebagai seorang muslim, Abu Nawas sudah pasti mengimani bahwa kelak di alam kubur ia akan didatangi dua malaikat yakni Malaikat Munkar dan Nakir. Malaikat ini bertugas menguji identitas keimanan warga baru di alam kubur. Pertanyaan yang diajukan malaikat itu mestinya tidak sulit karena semua muslim sudah dapat bocoran.

Ada enam soal yang ditanyakan malaikat itu: man rabbuka? (siapa Tuhanmu); ma dinuka (apa agamamu); man nabiyyuka? (siapa nabimu); ma kitabuka? (apa kitabmu); aina qiblatuka? (di mana kiblatmu?); man ikhwanuka? (siapa saudaramu?).

Sudah barang tentu Abu Nawas hafal di luar kepala dengan pertanyaan dan jawabannya. Masalahnya adalah dua malaikat yang datang itu melakukan teror dalam menguji. Selain berwajah seram dan menakutkan, makhluk ini amat kasar. Malaikat Nakir bahkan membawa alat pemukul yang tanpa ampun akan menghajar pendatang baru yang salah dalam menjawab. Pokoknya, mental dan imam perlu tangguh untuk menghadapi teror seperti itu. Dan tidak semua peserta ujian bisa lulus, biar dia cerdas dan hapalannya ciamik sekalipun.

Tak ayal, Abu Nawas pun terkadang bertanya-tanya pada diri sendiri; mampukah ia kelak menjawab pertanyaan kedua malaikat kubur itu, sedang melihat fisik keduanya saja sudah terbayang begitu menakutkan?

Abu Nawas memang bukan Umar bin Khattab yang konon berani melawan dua malaikat itu. Saat didatangi kedua malaikat Munkar dan Nakir Umar justru balik menggertak. "Lalu, siapa Tuhanmu?" tanya Umar.

Kedua malaikat itu akhirnya mengenall siapa yang dihadapi. Keduanya pun akhirnya pergi meninggalkan sahabat Nabi SAW tersebut.

Mengingat kisah Umar dan dua malaikat itu membuat otak nakal Abu Nawas terusik. "Tak ada cara lain," pikirnya.

Abu Nawas lalu memberikan wasiat kepada keluarganya, agar saat ia meninggal kelak dikafani dengan kain kafan yang sudah sangat usang. Benar saja, tiba saat Abu Nawas meninggal, istrinya mencarikan kain kafan lusuh untuk membungkus jenazahnya.

Suatu baru dikuburkan, datanglah dua malaikat, yaitu Malaikat Munkar yang akan menanyakan pertanyaan kubur dan Malaikat Naksir yang akan menyiksa. Ketika sampai di kuburan Abu Nawas, dua malaikat itu merasa kebingungan, sebab merasa aneh jika arwah yang didatanginya berkain kafan lusuh, seolah-olah seperti kain kafan orang yang sudah lama meninggal. Keduanya berdebat lama. Namunln pada akhirnya ia tetap menanyakan Abu Nawas.

"Siapa Tuhanmu?" tanya Malaikat Munkar pada Abu Nawas.

"Wahai Malaikat, tidakkah kautahu, kain kafanku ini sudah lama, bukan orang yang baru wafat," jawab Abu Nawas.

Mendengar jawaban Abu Nawas, kedua malaikat terdiam. Mereka memandangi Abu Nawas di sekujur tubuhnya. Memang, kain kafan yang dipakainya sangat usang, namun, tanahnya masih baru. Keduanya bertanya-tanya, apa mereka sedang dikibuli.

Sepintas, saat mendengar kisah ini, terkait sosok Abu Nawas yang terkenal dengan aneka kisah jenaka, niscaya kita akan berpikir bahwa rupanya bukan manusia saja yang dikerjai Abu Nawas. Malaikat pun tidak luput dari keisengannya. Saat hidup saja, dia iseng, sampai mati pun keisengannya masih bersambung.

Dari kisah Abu Nawas dengan kain kafan lawas, terdapat pesan di balik kisah ini. Setelah dibingungkan dengan pembungkus jenazahnya, para malaikat mendapat pertanyaan balik dari Abu Nawas.

“Kalian selalu bertanya siapa Tuhanmu? Izinkan aku balik bertanya. Siapa Tuhanmu? Di mana Tuhanmu? Apa tujuanmu hidup? Kalau kalian bertanya kepadaku pertanyaan-pertanyaan ini, kalian salah alamat. Kenapa salah alamat? Orang yang bertanya siapa Tuhanmu, berarti meragukan keberadaan-Nya bahkan dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa bertanya kepada orang lain siapa tuhan orang itu padahal tak sekejap pun, tidak sedetik pun Tuhan itu lepas dari si penanya. Tuhan itu sekaligus penanya, yang ditanya bahkan pertanyaan itu sendiri. Tidakkah kalian lihat, diriku ini adalah diri yang telah kembali sebelum ajal datang. Aku sudah mati sebelum mati. Karena itu, kalau kalian bertanya siapa Tuhanmu pada orang yang telah mati sebelum mati, berarti kalian itu tidak mengenal diri kalian sendiri. Aku telah ribuan kali bertanya pada diriku sendiri, siapa tuhanku, di mana tuhanku. Kehidupan kuhabiskan menjawab dan menghayati pertanyaan-pertanyaan ini. Aku telah mendapatkan jawabannya. Jawabannya justru berbalik kepada si penanya itu sendiri. Jangan-jangan kamu mempertuhankan dirimu sendiri. Bila ya, apa bedanya kamu dengan Fir’aun. Kamu merupakan Fir’aun tanpa singgasana, tapi klaimmu sama saja. Kamu mempertuhankan hawa nafsumu sendiri. Karena itu, kuhabiskan waktuku melawan hawa nafsuku. Kalian para malaikat mana tahu apa itu hawa nafsu. Kami, manusia selalu diombang-ambingkan hawa nafsu.

Dalam kehidupanku, aku pernah melakukan dosa. Ini digiring oleh hawa nafsu. Lantas, aku bertaubat. Air mata bercucuran memohon ampun. Sesudahnya, aku menjadi ahli ibadah. Ini pun masih dirasuki oleh hawa nafsu. Hawa nafsunya apa?

Merasa sebagai paling ahli ibadah sejagad raya. Nah, apa bedanya dengan kesombongan Iblis. Sama ‘kan. Hawa nafsu sangatlah halus. Berbuat dosa bagian dari hawa nafsu. Beribadah pun bila timbul kebanggaan, juga diperosokkan oleh hawa nafsu. Kalian rupanya kurang mengamati kenyataan ini.”

“Sebentar… sebentar. Kenapa kami yang malah kau ceramahi?” sergah seorang malaikat.

Quote:


Tidak penting apa yang terjadi kemudian pada Abu Nawas. Yang terpenting adalah pesannya dengan kain kafan usang. Bahwa kain kafan usang tak lain adalah simbolisme kematian yang dilakoni sebelum ajal tiba. Inilah pesan utama dari hikmah yang diyakini sebagai hadits oleh kaum sufi, “Matilah engkau sebelum mati.”

Wallahu'alam bisshowab. Semoga kita terhindar dari siksa kubur, aamiin Ya Mujibassailin.

Kurang lebihnya mohon dimaklumi. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Sumber:
Akurat.co
Alif.id
tien212700
fachri15
fachri15 dan tien212700 memberi reputasi
2
1.5K
4
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan