Sosial media tempatnya orang buka suara
Tempatnya bebas berkata-kata
Dari yang santun hingga hujatan beruntun
Mulai yang mengkritik mengumpat hingga yang menjilat
Lengkap

Mengapa Anis Baswedan? Apa salahnya Gebernur Jakarta itu? Tentu kita masih ingat ketika Ahok dan Anis berkompetisi di Pilgup lalu. Siapa yang dihujat? Seperti halnya Pilpres, Jokowi atau Prabowo yang dihujat?

Pertanyaan-pertanyaan ini pasti membutuhkan jawaban. Bukan itu saja. Jawaban yang diberikan pasti dengan perasaan kesal. Mengapa pertanyaan itu disampaikan.

Lihatlah hingga hari ini, media sosial yang ada. Laman online yang bertebaran. Isinya hanya dua. Dukungan berupa alasan pembenaran. Dan hujatan dengan paparan bukti-bukti memberatkan. Eh, kaya hakim saja Gw. Bukti memberatkan, ha ha ha ....

Gw dan kita semua pernah mendapat hujatan dan cemoohan. Jika ada yang mengatakan tak pernah, maka Gw tidak akan percaya. Bagaimana bisa?

Ingat-ingatlah perjalanan hidup kita sejak kecil hingga sekarang dewasa. Pernahkah kita membuat kesalah? Atau tidak pernah sama sekali. Manusia tempatnya lupa. Melakukan kesalahan wajar adanya.

Hari ini Anis Baswedan yang dihujat karena dianggap tidak mampu menangani banjir Jakarta. Dahulu Jokowi, Ahok yang dihujat dengan masalah yang sama. Bahkan mendiang Alisadikin juga pernah kena hujat ketika banjir merendam jakarta. Almarhum BJ Habibie, Suharto, Sukarno, dan lain-lain.

Coba kita sebutkan satu orang tokoh saja yang seumurnya tak pernah kena hujat? Sungguh sulit menemukannya.

Ketika sekarang media sosial begitu mudah di
Akses. Oleh siapa saja. Kapan saja. Sungguh sangat memudahkan untuk melontarkan hujatan. Dengan sekali klik unggahan. Akan menyebar dan terbaca seantero jagat. Kemudian jadi viral terbaca oleh kita semua. Akhirnya isi kepala kita tercuci oleh hujatan yang kita baca.

Pilihannya hanya dua. Membela dengan segala upaya atau ikut menghakimi dan mendukung hujatan orang lain tadi.

Jangankan sekelas Anis Baswedan, Gubernur Jakarta. Kepala Negara saja kena hujat, bahkan tokoh-tokoh besar dunia. Dalam sejarahnya hampir semua mereka mendapat hujatan ketika hidupnya.

Mari sebentar bercermin dari sejarah. Bagaimana Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, yang karena fitnah kemudian dihujat dan diusir dari kampung halamannya Bukhara, tersingkir ke Naisabur, menetap di sana. Tak lama difitnah lagi dan dihujat lagi akhirnya terusir.

Kemudian menetap di Kathrank desa kecil sebelum Samarkand. Dan wafat di sana. Bahkan hingga wafat hujatan masih berasa. Dialah Imam Buhkari yang terkenal dengan kitab Sahih Al Bukhari.

Sekarang setelah 14 abad berlalu nama beliau masih disebut-sebut dan dimuliakan.

Apalagi baginda Rasullah SAW, orang termulya seantero jagat raya sepanjang masa. Pernahkah beliau membuat kesalahan. Sejarah tak pernah mencatat kesalahan Baginda, karena terjaga (ummi) dari salah dan khilaf. Sejak kelahirannya hingga kini lebih dari 14 abad berlalu kadang hujatan-hujatan masih sering kita dengarkan dan kita temukan.

Jadi apalah seorang Anis Baswedan, Jokowi, Gw atau anda. Kita semua sering melakukan kesalahan. Tak satu pun dari kita yang luput dari kesalahan. Makanya nggak usah baper ketika ada yang menghujat mita.

Anggap saja hujatan adalah sebuah kritik guna perbaikan kita ke depan. Ambil sisi positif dari setiap hujatan. Bersyukurlah masih ada yang menghujat kita. Artinya masih ada orang yang menegur kita walau dengan cara menghujat kita.

Tinggal kita saja lagi yang menyikapi hujatan yang mengarah pada kita. Melakukan perbaikan atau sibuk membuat alasan pembenaran. Pilihan ada di tangan kita masing-masing.

Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin. Esok lebih baik dari hari ini.