Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

n4z1.v8Avatar border
TS
n4z1.v8
Mahasiswa Papua Teriak Referendum di Seberang Istana


Unjuk rasa ratusan mahasiswa Papua di Istana Negara, Jakarta, Kamis (22/8). (CNN Indonesia/Dhio Faiz)

Mahasiswa Papua Teriak Referendum di Seberang Istana

Jakarta, CNN Indonesia -- Lebih dari seratus mahasiswa asal Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Antirasisme, Kapitalisme, Kolonialisme, dan Militerisme bergerak dari Mabes TNI AD menuju Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (22/8).

Mereka bergerak untuk melakukan unjuk rasa di Taman Aspirasi depan Kompleks Istana Kepresidenan.

Dalam perjalanan, beberapa kali massa aksi menyatakan rakyat Papua menagih hak untuk menentukan nasib sendiri lewat referendum.

"Papua? Papua? Papua?" teriak orator Ambros dari atas mobil komando di Jakarta, Kamis (22/8).

"Merdeka!" sahut massa aksi.

"Referendum?" teriak Ambros lagi.

"Yes!" sahut mereka lagi.

Ambros mengatakan Papua tidak butuh otonomi khusus (otsus). Pasalnya, otsus yang sudah berjalan sekitar 19 tahun hanya merupakan cara Pemerintah Indonesia mengembalikan sebagian hasil penjualan sumber daya alam Papua.

Ia juga menegaskan masyarakat Papua tak butuh pembangunan. Namun merela membutuhkan kemerdekaan yang selama ini tak mereka dapatkan.

"Pak Jokowi ini mata buta telinganya tuli, kawan-kawan. Orang Papua minta selesaikan kasus HAM, dia kasih pembangunan. Kita minta merdeka, dia bangun jalan," ucap dia.

Saat ini para mahasiswa Papua masih menggelar aksi di Taman Aspirasi depan Istana Kepresidenan. Mereka berorasi secara bergantian. Ratusan aparat kepolisian dan TNI berjaga di sekitar massa aksi.

Aksi ini merupakan respons atas kasus pengepungan dan rasialisme di asrama mahasiswa Papua di Surabaya, beberapa waktu lalu. Rangkaian aksi sejenis lebih dulu digelar di berbagai wilayah, terutama Papua dan papua Barat, yang sebagiannya berujung kerusuhan.
sumber

☆☆☆☆☆☆☆☆☆

Sudah dibilang. Polanya sama dengan awal mula Timor-Timur lepas dari Indonesia. 4 serangkai : Mahasiswa-Pemimpin Propinsi-LSM-Pemberontak Separatis Bersenjata.

Pada dasarnya mahasiswa-mahasiswa itu hanyalah mengejar kehidupan pribadi, bukan untuk membangun wilayahnya kelak andai mereka selesai dalam pendidikan. Dan mereka adalah agen atau sales yang menjual isu kemerdekaan yang dilancarkan oleh begundal-begundal pemberontak, baik melalui jalur senjata ataupun jalur diplomasi luar negeri.

Pemimpin wilayah sebuah propinsi merangkai kata dengan bumbu penekanan. Keinginan Lukas Enembe sebagai Gubernur Papua yang menginginkan adanya perjanjian antara Pemerintah Indonesia dengan Papua berdasarkan perjanjian yang menyertakan lembaga internasional, jelas menunjukan posisinya bahwa dirinya bukan bagian dari pemerintah Indonesia. Dia merasa bahwa Papua itu sejajar dengan Indonesia.

LSM seperti Kontras, sudah sejak lama selalu ikut bermain dalam masalah konflik internal dalam negeri Indonesia. Dulu, kontras sangat masif membela Referendum Timor-Timur. Kini mereka menjadi agen Referendum Papua. Sudah menjadi rahasia umum bahwa LSM berbau HAM sangat diminati oleh pihak luar negeri yang memang berseberangan dengan Indonesia. Dengan dananya, mereka selalu memuluskan aksinya dengan memberi donasi kepada LSM-LSM laknat ini.

Pemberontak, jelas punya tujuan tersendiri. Apalagi kalau bukan kekuasaan. Mereka bermimpi mempunyai jabatan tinggi baik di pemerintahan maupun di militer. Mau Benny Wenda, mau Goliath tabuni, semuanya punya mimpi jabatan andai Papua merdeka.

Dari semua itu, dirangkai satu kepentingan besar sebuah negara, yang pastinya punya harapan akan dapat menguasai kekayaan alamnya seperti Australia yang membel Timor-Timur habis-habisan.

Sementara itu, ada sebuah kebodohan besar yang sedang dibangun oleh beberapa komponen bangsa ini.

Kasus rusuh didepan asrama mahasiswa Papua yang melibatkan beberapa ormas dan dipimpin oleh seseorang yang nyatanya mantan calegz bisa dibilang sebagai sebuah kebodohan yang fatal! Mereka ini dengan alasan cinta Merah Putih, cinta NKRI, terjebak dalam permainan penuh bahaya. Pada dasarnya, inilah yang ditunggu-tunggu oleh sales-sales Referendum dan kemerdekaan Papua yang berlabel mahasiswa. Mereka memang menunggu momentum yang tepat. Dan itu terjadi hanya pada 2 peristiwa yang dianggap besar dan tepat bagi mereka. 1, hari kemerdekaan Indonesia. 2, hari lahir OPM.

Fakta, bahwa cinta NKRI, cinta Merah Putih tetap harus mengandalkan otak. Yang kedua adalah hati. Jangan sekali-sekali bertindak agar dapat pujian. Jangan sekali-sekali bertindak untuk menghilangkan image buruk. Jangan sekali-sekali bertindak untuk berlindung pada sebuah topeng. Dan para anggota ormas-ormas yang datang saat rusuh didepan asrama mahasiswa Papua di Surabaya, bisa dibilang mempertontonkan kebodohan ini. Kebodohan yang berbalut narasi cinta Merah Putih dan NKRI.

Selesai? Belum.
Ketika para pemimpin wilayah saling mengeluarkan kata maaf, maka ini menjadi api bagi narasi mereka, para sales Referendum ini. Ketika sebuah pertemuan lantas menarikan sebuah tarian Papua, maka ini hanya jadi bahan tertawaan mereka. Mereka mungkin berkata dalam hati,"Kena kalian. Umpan telah kalian makan. Maka saatnya kami menarik kailnya."

Demo yang dilakukan oleh para mahasiswa Papua sekarang ini, pastinya bukan hanya dilakukan oleh mereka. Pasti ada warga Papua pendukung OPM yang ikut serta. Dan yang terpenting, mereka melakukannya karena patuh pada instruksi pimpinan OPM beberapa hari sebelumnya. Ini artinya bahwa mereka jelas tunduk pada kemauan pemberontak. Artinya mereka jelas terafiliasi dengan pemberontak. Menjadi bagian dari pemberontak.

Nah, jika pada saat ini tiba-tiba datang para penentang Referendum Papua, yang cinta NKRI, maka lakukan dengan bijaksana. Tak perlu ada bentrokan, kecuali mereka menyerang. Tapi ingat! Mata dunia mengarah kesana. Ini yang mereka tunggu. Budak-budak Referendum di LSM akan segera membuat narasi pembelaan terhadap sales-sales kemerdekaan Papua ini.

Musik telah dimainkan.
Kaki dan tangan telah bergoyang mengikuti irama.
Apakah kita akan diam hanya jadi penonton?
Ataukah akan ikut larut dalam tarian ini?
Diubah oleh n4z1.v8 22-08-2019 09:03
pradanto17
pemburu.kobokan
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 8 lainnya memberi reputasi
7
3.4K
51
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan