Aksi band Sheila On 7 dalam sebuah konser di Medan, Sumatera Utara pada Jumat (30/11/2018).
Kelompok musik Sheila on 7 terpaksa menghentikan aksi panggungnya di tengah konser. Penampilan band ini dihentikan polisi saat mengisi acara Farmasi Cup 2018 di Lapangan Parkir Mandala Krida, Yogyakarta, pada Sabtu (22/12/2018).

Video insiden tersebut sempat viral di media sosial pada Senin (24/12).

Saat itu Sheila On 7 (SO7) sedang membawakan “Sephia”. Lagu tersebut seharusnya menutup aksi mereka di Mandala Krida.

Sang vokalis, Duta terlihat tidak konsentrasi saat menyanyi. Ia sempat melihat jam tangan sambil menengok ke arah kanan panggung. Seorang petugas polisi tampak di belakangnya. Duta masih melanjutkan nyanyiannya.

Seorang lelaki berkaus putih tampak berdiskusi dengan polisi. Rupanya di sebelah kanan panggung sudah ada beberapa petugas. Mereka tampak berdiskusi sengit dengan lelaki berkaus putih. Aksi dorong-dorong sempat terjadi. Gitaris Eross Candra pun terlihat bingung.

Seorang petugas memberi tanda berhenti pada Eross. Sang gitaris mengangkat tangan, menghentikan permainan gitarnya.

Seorang lelaki berbaju hitam tampak memohon-mohon pada seorang petugas, bahkan sempat bersujud. Ia sempat mengangkat telunjuknya pada sang polisi.

Menurut Kapolresta Yogyakarta, Kombes Pol Armaini, SO7 dan para penonton sebetulnya tak ada masalah. Konser berjalan tertib-tertib saja. Ia menyalahkan panitia yang disebut tak tahu aturan.

“Polisi naik panggung karena dari panitianya juga tidak mengindahkan aturan,” ujar Armaini kepada detikcom (26/12). Berdasarkan izin yang diterbitkan kepolisian, acara Farmasi Cup hanya boleh berlangsung hingga pukul 23.00 WIB. Setengah jam melewati waktu tersebut, SO7 masih manggung.

Menurut Armaini, panitia bahkan meminta izin penambahan waktu, sesaat sebelum kejadian. “Ya enggak bisa sembarangan dong, anggota kita di lapangan memperpanjang izin,” jelas Armaini.

Sementara, manajer SO7 Adam Subarkah menyatakan bahwa pihak kepolisian seharusnya bisa berdiskusi lebih dulu dengan panitia, untuk memberikan toleransi waktu. “Kalau misalnya ada diskusi kan enak, ‘Oh, ini sudah lagu yang keberapa?’ Kalau begitu, lima atau 10 menit masa enggak ada toleransi,” keluh Adam pada Kompas.com (25/12).

Manajer yang juga pemain bas SO7 itu beralasan bahwa aksi polisi merugikan nama baik band asal Yogyakarta ini. “Kan kesannya distop polisi karena apa? Ya, merugikan penonton iya, tapi nama yang tercoreng kan Sheila On 7,” jelas Adam.

Adam merasa bahwa keterlambatan adalah sesuatu yang wajar dalam dunia panggung. Adam dan band yang ia gawangi selalu memaklumi rundown yang telat, dan memberi toleransi untuk menunggu.

“Namanya keterlambatan pasti ada penyebabnya. Sekarang bagaimana kita mau toleransi atau enggak? Jadi kalau misalnya polisi tidak ada toleransi sama sekali, kan seharusnya polisi itu kan mengayomi masyarakat ya. Kalau begitu kan tidak ada itikad baik. Itu bagi saya seperti itu,” jelas Adam.

Sebagai salah satu band papan atas di Indonesia, SO7 memang kerap tampil paling belakangan sebagai pemuncak panggung saat mengisi acara. Imbasnya, kejadian-kejadian yang terjadi sebelumnya dan menyebabkan keterlambatan bisa sangat mempengaruhi jadwal main Duta dan kawan-kawan.

Bukan sekali ini saja konser SO7 dihentikan polisi. Mereka pernah mengalami hal serupa pada 2014 dan 2015.

Dilansir dari detikcom, kejadian pada 2014 di Alun-alun Yogyakarta mirip dengan insiden pekan lalu. Seorang polisi tiba-tiba naik ke panggung dan memberitahu bahwa izin acara sudah habis. Ia menunjuk jam tangannya. Menurut Adam, itu tidak sopan dan bisa memancing massa penonton untuk bertindak anarkis.



Sumber : https://beritagar.id/artikel/berita/...-di-yogyakarta

---

Baca juga dari kategori BERITA :

- Merogoh dompet lebih dalam untuk air

- Aturan baru, tarif taksi daring di tangan Menhub

- Trauma anak-anak dan kerja keras tenaga pendamping