intanmayasAvatar border
TS
intanmayas
Mengenal Maestro Musik Tiga Zaman Tan Thiam Kwie

Pecinan Jakarta– Generasi muda saat ini mungkin tidak mengenal sosok Tan Thiam Kwie. Padahal, sosok yang satu ini merupakan salah satu maestro musik tiga zaman yang dimiliki Indonesia yang handal memainkan Biola.


Lahir pada 8 Juli 1913, Tan Thiam Kwie alias Karnadji Krestanto merupakan putra dari pasangan Tan Gwat Bing dan Tjoa Hok Nio, sekaligus cucu dari Tjoa Tjoe Koan, pujangga keturunan Tionghoa yang fasih berbahasa Jawa, Melayu dan Mandarin. Tjoa Tjoe Koan pula pemilik surat kabar IK PO dan Darmo Kondo yang belakangan dibeli oleh Boedi Oetomo.


Menurut Didi Kwartanada , anak dari Karnadji, keluarga besar ayahnya sangat menghargai pendidikan. Tak heran jika dia menempuh sekolah HCS, MULO dan kemudian AMS A-2 (Sastra Barat Klasik), semuanya di tempuh di Jogjakarta.


“Saat SD, ayah mulai belajar biola, yang kemudiann terus ditekuninya sebagai  hobi dan mata pencaharian. Karena sekolah di AMS A-2, ayah fasih berbahasa Belanda, Inggris, Prancis dan Jerman,” ungkap Didi Kwartanada.


Kemudian dalam perkembangannya di tahun 1930-an, Karnadji bergaul dengan para pemusik Jawa dari Orkes Kraton Jogjakarta. Kawan-kawan akrabnya adalah Joseph Soewandi, yang kemudian menjadi ayahanda pemusik-pemusik top seperti Tonny, Surti dan Sunarti Soewandi. Sementara penyair kawakan mendiang WS Rendra merupakan menantunya. “Ayah saya juga berhubungan baik dengan Mas Sardi, ayahanda biolis legendari Idris Sardi. Mereka pernah bermain biola dan berfoto bersama di depan rumah kami,” urai Didi.


Karnadji seperti dikisahkan Didi Kwartanada, sudah aktif sebagai pemain musik di Radio Republik Indonesia Nusantara II Yogyakarta sejak berdiri, September 1945 hingga dipensiunkan sebagai  PNS tahun 1981. Karnadji dengan bangga selalu menceritakan saat memainkan lagu kebangsaan Indonesia Raya bersama orkes RRI di depan petinggi negara masa itu, seperti Presiden Soekarno, Wakil Presiden Hatta, Perdana Menteri Sjahrir dan lainnya.


Setelah Indonesia merdeka, Karnadji ikut mendirikan Sekolah Menengah Musik di tahun 1952. Selain itu, Karnadji  juga ikut aktif dalam Akademi Musik Indonesia (AMI), yang kini menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta bagian Seni Pertunjukan. Di samping itu Karnadji tetap aktif bermain musik di Orkes Radio Yogyakarta dan mengajar les privat biola di rumahnya. “Saya masih ingat saat mengantar ayah siaran di RRI, sering saya jumpai seniman-seniman legendaris produk RRI Yogyakarta, seperti Pak Besut, Basiyo, Darsono, Djunaedi, Marsidah BSc., dan yang lainnya,” kenang Didi.


Atas pengabdian Karnadji, di bidang seni musik, Pemprov D.I Yogyakarta menganugerahkan Penghargaan SENI DIY 1984 kepadanya yang diserahkan langsung oelh Sri Paku Alam VIII selaku Wakil Gubernur DIY. “Beliau mendapatkan hadiah sejumlah uang . Kemudian waktu itu saya dibelikan mesin ketik Brother. Oleh karena penghargaan ini, maka ayah saya berhak dimakamkan di Makam Seniman Giri Sapto di Imogiri DIY,” lanjut Didi.


Barangkali Karnadji Krestanto alias Tan Thiam Kwie merupakan  satu-satunyanya seniman peranakan Tionghoa yang  dimakamkan di Giri Sapto. “Ayah dimakamkan  di Pemakaman Seniman Giri Sapto yang digagas Sapto Hoedoyo ini bersama sejumlah maestro musik Tanah Air lainnya, seperti Koesbini, Liberty Manik, Mbah Soerip (penyanyi keroncong dan bintang film) hingga M.P Siagian. Ia dimakamkan di sini setelah wafat tahun 1992.


: : SUMBERNYA : :



0
10.7K
78
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan