Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Kaskus SportAvatar border
TS
Kaskus Sport
Peristiwa 5 Maggio Tak Lunturkan Romantisme Inter-Lazio
Pada 5 Mei 2002, Inter mengalami salah satu kegagalan angkat trofi paling dramatis dalam sejarah klub. Pada hari itu pula, Juventus menjadi jawara Italia sekaligus mengukuhkan peristiwa 5 Maggio sebagai salah satu momen perebutan gelar yang paling ikonik bagi mereka.

Di hari itu, Inter harus merelakan posisinya tergusur dari puncak klasemen, padahal mereka sudah bertengger di sana sejak 24 Maret. Pada 30 Maret, mereka bahkan memiliki selisih enam angka dari Juventus di posisi tiga, dan Roma berada di antara mereka berdua. Sejak saat itu, Juve merangkak ke posisi dua dengan catatan tak terkalahkan, sementara Inter justru takluk dari Atalanta dan hanya bermain imbang dengan Chievo. Hasil tersebut membuat selisih Inter-Juventus hanya terpaut 1 poin, sekaligus menggeser Roma ke posisi tiga namun hanya dengan jarak 3 angka dari puncak.

Di partai terakhir, ketiga tim melakoni laga yang tidak mudah. Inter melawan Lazio, Juventus bentrok dengan Udinese, dan Roma melawat ke markas Torino. Di sesi jumpa pers, manajer Roma kala itu, Fabio Capello bahkan memprediksi bahwa klasemen tidak akan berubah karena ketiga tim diperkirakan akan sama-sama meraih kemenangan. Prediksi Capello tidak seutuhnya meleset, karena 2 dari 3 hasil terbukti tepat. Juventus dan Roma masing-masing menang dengan skor 0-2 dan 0-1, sementara La Beneamata justru tersungkur di Olimpico. Meski sempat unggul 2-1 sampai turun minum, gol susulan dari Karel Poborsky, Diego Simeone, dan Simeone Inzaghi membuat anak asuh Hector Cuper harus gigit jari di penghujung musim.





Tentu hal ini membuat penggawa dan suporter Inter luar biasa bersedih. Tidak sulit untuk menemukan gambar Ronaldo, the real one, sedang menutup wajahnya karena tak kuasa menahan tangis kekecewaan pasca ditaklukan Lazio sebagai bahan olok-olok di media sosial. Tapi jika kemudian insiden ini ditafsirkan sebagai alasan kedua tim untuk saling membenci di kemudian hari, justru Anda salah besar. Suporter Lazio dan Inter malah dikenal sebagai dua kubu yang saling berkawan, bahkan sudah terjalin sebelum kejadian 5 Maggio yang termasyhur itu.

Ultras Lazio selama ini dikenal sebagai basis suporter berhaluan sayap kanan ekstrem, di mana Anda akan mudah menemukan logo swastika dan bendera supremasi kulit putih di tribun Curva Nord Olimpico. Berdasarkan haluan politik inilah mereka merasa memiliki kedekatan dengan Curva Nord Inter, meski tidak dicap sebagai basis suporter dengan haluan politik tertentu, tapi dikenal memiliki koneksi dengan kelompok sayap kanan berpengaruh di Italia, The Black Heart. Beberapa kali, ultras Lazio juga membentangkan spanduk bertuliskan “Da sempre fieri del nostro gemellaggio alla nord di Milano rendiamo omaggio,” atau yang berarti “kami merasa bangga dan menaruh respek pada saudara kembar kami dari Utara Milan,” sebagai bentruk solidaritas dan rasa hormat di antara kedua tim.

Aliansi istimewa di antara kedua tim bahkan kembali terjalin saat terlibat dalam duel perburuan scudetto 2010, di mana Nerazzurri butuh kemenangan untuk menjaga asa angkat trofi dan—yang tidak kalah penting untuk suporter Biancocelesti—mengubur mimpi rival abadi ‘saudara kembarnya’, AS Roma, untuk menjadi kampiun Serie-A. Spanduk bertuliskan, “Jika kalian menang, maka kami akan menghabisi klub,” terbentang di curva nord Olimpico, mereka berteriak “Ole!” saat susunan pemain Inter disebut jelang kick-off dimulai, dan turut bergembira saat Walter Samuel mencetak gol ke gawang tuan rumah, kemudian secara sarkastik membentangkan poster bertuliskan “Oh, no!”. Lazio tampil seperti tanpa perlawanan dan Inter pulang dengan raihan 3 angka yang mudah, kemudian angkat trofi ke-18 sepekan setelahnya.



Kisah persaudaraan yang unik di antara kedua klub ini juga terjadi pada sesi bursa transfer. Bukan hal yang aneh, apabila menyaksikan mantan penggawa Lazio menyebrang ke Inter, pun sebaliknya—dan sama-sama mendapat respek dari suporter masing-masing. Sebut saja ada nama-nama tenar di dalamnya seperti Christian Vieri, Diego Simeone, Sinisa Mihajlovic, Dejan Stankovic, Juan Sebastian Veron, Hernan Crespo, Aron Winter, Goran Pandev, Mauro Zarate, sampai Hernanes. Musim ini, Inter bahkan diperkuat oleh eks-penggawa Lazio, Antonio Candreva dan mantan arsitek Le Aquile, Stefano Pioli.

Tengah pekan ini, akan tersaji duel klasik antara dua ‘saudara kembar’ ini di giornata 18 Serie-A. Inter perlahan kembali menemukan identitasnya di bawah kepemimpinan Pioli, karena mereka bisa menyabet 4 kemenangan dari 5 laga terakhir. Pun dengan Lazio yang meraih jumlah kemenangan serupa dari 5 terakhir, sekaligus merangsek ke posisi 3 klasemen dan hanya terpaut 1 angka dari rival sekotanya, AS Roma di posisi 2. Kedua tim sedang dalam tren apik sejak awal Desember lalu, dan bentrok di Giuseppe Meazza nanti bakal menyajikan duel seru dengan latar belakang persahabatan menarik dari kedua kubu. Apakah Lazio akan kembali ‘mengalah’ seperti yang mereka lakukan pada 2010 silam? Atau justru Inter yang akan takluk seperti pada insiden 5 Maggio lalu?

Supported by:





www.kaskus.co.id
0
8.6K
24
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan