Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

skydaveeAvatar border
TS
skydavee
Waspadai Polarisasi Jelang Pemilu. Pilihan Boleh Beda, Bumi Pertiwi Kita Tetap Sama


Genderang sudah mulai ditabuh bertalu-talu dalam menyongsong hajatan bangsa bertajuk pemilu. Arus suara politik mengarah dari puncak juga sudah bisa dipetakan secara kasat mata. Gemericik warna-warni politik dari hilir, akan ditiupkan dan mengalir menuju sungai-sungai, melewati kanal, menuju lautan dan berakhir pada tingkatan komunitas gras root di samudera luas.

Proses lobi dan konsolidasi pada jajaran elite politikus pada tingkatan puncak, telah sedemikian vulgar dilakukan. Silakan perhatikan fenomena yang sedang ramai dan bergemuruh oleh mereka yang berjibaku dalam mencari "suara" dari komunitas grass root. Tak hanya berupaya mendulang suara, keadaan ini telah sukses menciptakan polarisasi ditengah-tengah riak masyarakat yang oleh Tuhan diciptakan majemuk.

Disebut majemuk, sebab ditanah pertiwi ini, oleh Tuhan yang Maha Penyayang, menganugerahi sekaligus menguji bangsa Indonesia yang terdiri oleh berbagai macam suku, budaya, agama, bahasa dan kebiasaan-kebiasaan unik sebagai ciri khas dari bangsa ini.

Ditengah semakin panasnya konstelasi politik menjelang pilkada dan pilpres, ada baiknya kita mawas diri terhadap beberapa hal, yang bisa jadi menyebabkan kondisi menjadi tidak kondusif dan diluar kendali.

***
Aksi Terselubung Devide et Impera



Meski babak kolonialisasi konservatif telah berakhir sejak digaungkannya pada abad ke 15, sisa-sisa dari strategi mereka ternyata tidak lekang tergerus oleh zaman. Salah satu yang fenomenal adalah strategi adu domba ala devide et impera. Tujuan awal dari taktik ini adalah untuk berperang, lalu memperluas zona kolonialiasi, serta mengeruk pelbagai kekayaan dari wilayah yang sukses dijajahnya.

Perlahan, strategi yang sama, diimplementasikan pula untuk memecah belah sebuah komunitas dengan tujuan melepaskan tenunan yang telah terangkai dan menjadikannya terurai serta lunglai tanpa terikat. Lantas memanfaatkan momentum chaos demi sebuah kekuasaan yang identik dengan materi.

Kondisi ini lah yang wajib diwaspadai oleh seluruh elemen masyarakat pada tingkatan apapun. Percayalah, meski jasad Christiaan Snouck Hurgronje telah terkubur dan menyatu dengan tanah, namun tanpa kita sadari, apa yang pernah dipraktekkan olehnya dahulu, masih terus digunakan oleh segelintir orang demi memuaskan birahi politiknya untuk sebuah alasan klise bernama kekuasaan.

***
Isu Sara Masih Seksi Dijadikan Komoditas Politik



Sebagai bangsa semenjana yang hendak merangkak menuju jalanan untuk tumbuh dan berkembang, sebagian besar pola pikir masyarakatnya masih dalam tataran mainstream klasik. Pola pikir yang demikian ini pula yang menyebabkan Belanda mampu mencengkeramkan kukunya pada masa penjajahan selama berabad-abad.

Jika menilik secara seksama, masa ±350 tahun tentu kita sepakati bahwa waktu tersebut bukanlah sebuah durasi yang singkat. Ada ribuan, bahkan jutaan kisah suram mengiringi perjalan bangsa ini selama dalam kungkungan kolonial Belanda.

Berkaca pada pemilu yang telah berlalu, isu terkait dengan SARA tampaknya sukses mengobrak-abrik akal sehat dan menjejali komunitas grass root dengan doktrin bahwa kelompok tertentu, adalah pilihan paling rasional. Sedangkan pihak oposisi, wajib digempur sebab berlawanan dengan mahzab politik yang mereka anut. Berikut pemaparan data-data yang terkadang bermuatan fitnah untuk menjungkalkan pihak lain.

Jika kondisi demikian berlangsung tanpa adanya filter serta tidak melibatkan pemikiran yang jernih, konflik horizontal bukan sebuah kemustahilan terjadi. Perang antar etnispun bisa saja tercipta sebab masih kentalnya jalinan primordialisme bagi kelompok dari suku tertentu.

***
Politic, Just a Game!



Dalam pembicaraan level elite, sering tanpa disadari terungkap orientasi dari sebuah panggung politik yang mereka tampilkan serta suguhkan dihadapan publik. Sayangnya, para simpatisan, terlanjur buta mata dan hati dalam menyikapi kejadian tersebut.

Berlakunya adigium dalam politik bahwa "tidak ada kawan dan lawan yang abadi", jelas merupakan statemen lugas tanpa majas, dan bukan pula sekedar pepesan kosong.

Jika kita amati dengan seksama, pemerintah pusat yang saat ini berkuasa, didukung oleh berbagai partai politik. Mereka yang meleburkan diri dan mengaku dalam platform serta ideologi yang sama, wajib mendukung program pemerintah dalam skala pendek maupun yang panjang.

Disisi lain, beberapa partai menyatakan berdiri berseberangan lantas menyebut kelompoknya sebagai oposisi.

Dalam sistem pemerintahan yang demokratis, keberadaan oposisi tentu menjadi mitra yang baik, dan merupakan paket tak terpisahkan, dengan nilai sama luhurnya dengan mereka yang berada dalam jajaran pemerintahan. Keberadaannya vital dalam ikut mengontrol dan mengoreksi kebijakan pemerintah supaya benar-benar menjalankan amanah rakyat dengan sebaik-baiknya. Sekaligus memonitor roda pemerintahan agar tidak keluar dari rel dan menjadi kekuasaan yang tiran.

Namun, ada beberapa kejadian yang lepas dari pengamatan komunitas grass root. Bila acapkali terjadi sedikit keributan dalam komunikasi para elite di pusat, hal demikian merupakan fenomena yang wajar. Mereka seolah ramai dengan kubu pro dan kontra pemerintah.

Akan tetapi ditempat lain, kedua kubu ini bisa jadi saling berkolaborasi dan berkoalisi. Pada tingkat elite mereka berseberangan, namun pada pilkada justru yang saling bergandengan tangan dengan mesranya. Sebuah pertunjukan yang paradoks bukan?

Tentu drama yang seperti itu lantas melandasi pemikiran saya serta menyimpulkan bahwa politic just a game. Dan memang, dalam dunia politik tidak ada kawan dan lawan yang abadi. Yang ada hanyalah kepentingan abadi.

Masihkah fanatik buta dengan jargon politik semerdu apapun suaranya?

Berdasarkan fenomena yang kerap terjadi, jangan biarkan ikatan persaudaraan terpisah hanya gara-gara pilihan politik yang berbeda. Gunakan akal sehat sebagai anugerah Tuhan, sebab ia yang membedakan antara binatang dengan manusia. Pilihan boleh beda, tapi bumi pertiwi kita tetap sama dan kita semua bersaudara...


©Skydavee

Sumber gambar: google
Diubah oleh skydavee 03-04-2018 14:29
0
12K
166
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan