Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mat_indonAvatar border
TS
mat_indon
Jawaban Menohok Kemenkeu untuk Alumnus ITB Soal Utang Negara
[url=https://ekonomi.akuraS E N S O Rid-175355-read-jawaban-menohok-kemenkeu-untuk-alumnus-itb-soal-utang-negara]SUMBER[/url]


Kementerian Keuangan menjawab Surat terbuka dari Alumnus ITB angkatan 1998 terkait kondisi utang Indonesia. KEMENKEU.GO.ID

AKURAT.CO,
Kementerian Keuangan menjawab Surat terbuka dari Alumnus ITB angkatan 1998 terkait kondisi utang Indonesia. Pasalnya surat yang berasal dari Sarjana ITB yang bernama Akhyar ini ditujukan langsung kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati yang mempertanyakan masalah utang negara yang selama ini selalu ditumpuk menurutnya.
Demikian isi surat terbuka yang sempat viral di masyarakat, mempertanyakan mengenai bagaimana sebenarnya jalan pikiran pemerintah dalam menumpuk utang, karena menurut dia sangat merugikan rakyat.


Surat terbuka untuk Sri Mulyani

Mba Sri, saya sedih kalau mba membandingkan utang Indonesia dengan Jepang. Jangan melihat hanya dari nominalnya saja. Atau Rasio utangnya saja. Utang Jepang secara nominal memang jauh lebih tinggi dari Indonesia. Rasio utangnya juga lebih dari 200%. Tertinggi di dunia.


Tapi mba Sri jangan melihat dari satu sisi saja. Utang jepang itu dipegang mayoritas oleh dalam negeri Jepang sendiri. Hampir 50% malah dipegang oleh Bank Sentral. Jadi sebenarnya Pemerintah berhutang pada rakyatnya sendiri. Rate Bunga Utangnya juga sangat-sangat rendah. Hanya sekitar 1 koma sekian persen. Bandingkan dengan rate yang mba Sri berikan ke pemegang Government Bond Indonesia. Berapa mba Sri? Mba kok baik sekali?


Mba Sri juga senang credit rating Indonesia naik. Mba tau kan credit rating jepang? Coba mba Sri bandingkan. Mba tau kan bedanya BBB- dan A+?


Mba juga tau kan apa itu NIIP? Saya yakin mba Sri tau lah. Mba kan katanya menteri keuangan terbaik dunia. Tapi saya tulis saja ya supaya yang lain tahu juga. NIIP itu net international investment positions (NIIPs). Negara dengan NIIP positif artinya negara yang memiliki net external Assets, bukan net external Liabilities. Negara itu adalah negara kreditor.

Nah, Jepang itu memiliki NIIP tertinggi di dunia lho mba Sri. 2,812,543,005,181 USD. Bandingkan dengan Indonesia, -413,106,000,000 USD. Minus mba. Malu kita. Artinya kita termasuk negara debitur. Aduh maaf. Mba Sri pasti sudah tau juga ya.

Makanya mba Sri, jangan lihat hanya dari satu sisi saja. Nominal utang Jepang memang tinggi. Tapi utang itu dipegang mayoritas dalam negeri sendiri. Sehingga Jepang sebenarnya adalah negara kreditur. Sedangkan kita ya negara debitur.

Tahu diri lah kita mba..

Akhyar, sarjana teknik mesin ITB98




Menanggapi hal tersebut Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Informasi Kementerian Keuangan, Nufransa Wira Sakti menjawab pertanyaan Alumnus ITB tersebut satu persatu.


"Begini, untuk pak Akhyar, Yield Government Bond (Imbal Hasil Obligasi Negara) tidak dapat ditentukan oleh seseorang begitu saja, tetapi berdasarkan kondisi pasar keuangan. Obligasi Negara merupakan instrumen pasar keuangan yang yield –nya dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain supply dan demand serta sentimen pasar domestik maupun global, kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan ekonomi makro," ujarnya dalam pesan yang diterima Akurat.co di Jakarta, Kamis (15/3).

Dengan membaiknya credit rating Indonesia dan meningkatnya kepercayaan investor, Nufransa menjelaskan bahwa biaya utang Indonesia sudah menujukkan tren yang semain menurun belakangan ini, seperti yield SUN tenor 10 tahun yang turun 60 bps (turun 7,9%) secara yoy.

"Saat ini dari Surat Berharga Negara (SBN) dalam Rupiah yang diperdagangkan di market komposisinya adalah 60 % dimiliki oleh rakyat Indonesia dan 40% oleh investor asing," ungkap Nufransa.
Terkait NIIP, dari pihak Kemenkeu juga mengakui, hal itu memang mengindikasikan apakah suatu negara merupakan kreditur atau debitur.

"Jepang memang memiliki NIIP cukup tinggi. Namun jika dibandingkan dengan negara dengan perekonomian yang sama, berdasarkan data IMF per Q4 2016, Amerika Serikat merupakan negara debitur terbesar di dunia saat ini dengan rasio utang 105,4% per akhir 2017," tegas Nufransa.

Ia pun memberikan daftar pembanding NIIP dari beberapa Negara per kuartal 4 2016 (Data IMF) dalam juta USD
Indonesia -320,957.88
India -370,561.95
Brazil -716,566.32
Mexico -482,209.29
Turki -356,148.91

"Negara-negara dengan kategori pendapatan menengah bawah, memang untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan mengejar ketertinggalan memerlukan capital atau modal baik dari dan luar negeri," tutur Nufransa.
Selama modal masuk ke negara berkembang digunakan untuk membangun yang produktif dan dengan tata kelola yang baik, maka modal tersebut berguna untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mengejar ketertinggalan dari negara maju, lanjut Kemenkeu memberikan alasan.

"Oleh sebab itu pemerintah selalu menyatakan bahwa utang dan keuangan negara harus terus dikelola dengan baik dan dengan tata kelola yang bersih. Ini bentuk pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyatnya," ucap dia menambahkan.
Nufransa juga mengakui bahwa Indonesia memang negara debitur, namun level utangnya tergolong sehat dan hingga saat ini Pemerintah tidak pernah gagal bayar, karena kita mengelolanya secara hati-hati dan terukur. Dalam hal ini Pemerintah memperhitungkan kemampuan membayar kita jauh lebih tinggi dibandingkan kewajiban di setiap jatuh tempo.

"Apa yang disampaikan oleh Ibu Sri Mulyani dengan membandingkan rasio utang Indonesia dengan Jepang lebih melihat kepada kemampuan perekonomian Indonesia (yang diukur dengan PDB) untuk meng-cover utang yang dimiliki," kata dia.
Jika dihitung, saat ini Nufransa mencoba menghitungkan bahwa kemampuan ekonomi Indonesia masih lebih dari 3 kalinya dibandingkan jumlah utang yang dimiliki.

Pemerintah berkomitmen bahwa setiap rupiah utang yang dilakukan harus dimanfaatkan untuk membiayai kegiatan yang sifatnya produktif dan investasi dalam jangka panjang yang tidak dapat ditunda pelaksanaannya agar tidak menimbulkan kerugian lebih besar lagi di masa depan.

"Investasi dalam jangka panjang itu meliputi belanja infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan yang akan menghasilkan multiplier effect besar untuk generasi mendatang. Berdasarkan berbagai penelitian, diyakini bahwa investasi di bidang pendidikan akan menghasilkan return sekitar 22%, sementara itu di bidang infrastruktur akan menghasilkan return 20%, jauh lebih tinggi dibandingkan biaya utang kita saat ini sekitar 6%," tutup dia. []


komen:
Sarjana teknik ITB mengajari ekonomi makro dan berlagak menggurui seorang ekonom bergelar PhD yang pernah menjabat Managing Director and Chief Operating Officer World Bank?

Wow....

emoticon-Peace
Diubah oleh mat_indon 15-03-2018 14:41
0
23.2K
222
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan