3 Grup Penguasa Dunia Malam

Beranda
Komunitas
Entertainment
The Lounge
3 Grup Penguasa Dunia Malam

wartawanisme

31-01-2018 08:06

Penutupan maskot hiburan malam esek-esek Alexis seolah menjadi suatu keberhasilan dalam memadamkan dunia prostitusi. Ternyata Alexis hanyalah bersalin rupa dengan tetap menjajakan birahi kepada pengunjung dengan nama 4Play. Bahkan, sebenarnya ada tiga grup besar penguasa dunia malam yang tetap beroperasi khususnya di Jakarta.

1. Grup Alexis

Quote:

Hotel Alexis

Pemegang izin :
PT Grand Hotel Ancol dengan komisaris bernama Sudarto dan bertindak sebagai direktur Djoko Sardjono. Alex Tirta disebut-sebut sudah tobat dan tidak ikut-ikutan lagi di Alexis.

Hotel Alexis menyediakan berbagai macam hiburan sehingga layak disebut one stop entertainment. Hotel yang ditolak perpanjangan terkait perizinannya ini mematok tarif hotel Rp 1 jutaan per malam. Tarif masuk diskotek atau biasa disebut first drink charge (fdc) Rp 100 ribu per orang, sedangkan buka meja harus menyiapkan uang minimum Rp 3 juta. Nah, buat merasakan sensasi pijit dipatok Rp 1,3 juta (lokal) dan Rp 2,2 juta (asing)--all in. Kalau mau latihan vokal alias karaokean mesti merogoh kocek minimum Rp 3 juta untuk ruang standar.

Tarif tambahan, jasa pemandu lagu (lc) Rp 600 ribu per orang. Perjunjukan eksklusif tari telanjang Rp 1,2 juta per penari dan untuk melepas birahi atau seks mesti keluar Rp 3,6 juta per kupu-kupu malam termasuk biaya sewa kamar hotel.

Hotel Emporium

Hotel ini menyediakan hiburan tari telanjang di klubnya yang bernama Tease Club. Sebelum bisa memanjakan mata dengan liukan tubuh wanita dari dompet harus dikeluarkan Rp 100 ribu selain nonton striptis juga mendapatkan first drink. Yang pengen latihan suara bisa ke tempat karaoke dengan minimum pembayaran Rp 2,5 juta per ruangan. Sedangkan pijit harus merogoh kocek sampai dengan Rp 1,2 juta (all in).

Pemegang izin atas nama PT Kandaga Asri Graha bertindak sebagai dirut Sjaftari Santoso, Komisaris Utama Hartati Santoso, dan Komisaris Budiman Santoso.

2. Grup Alila

Quote:

Hotel Illigals

Memasuki area diskotek mesti memberikan upeti Rp 100 ribu mendapat minuman ringan. Pengen nyanyi-nyanyi minimum pembayaran Rp 3 juta. Sedangkan, Spa berkisar Rp 1 juta sampai dengan Rp 3 juta.

Tarif lainnya, pemandu lagu Rp 600 ribu, croot Rp 2,4 juta termasuk biaya kamar, ekstasi Rp 500 ribu per butir, dan sabu diperkirakan Rp 2 juta per gram.

Pemegang izin atas nama PT Sumber Sejahtera Sempurna. Pemegang saham, Iwan Tjahyadikarta 50 persen, Mohammad Jusuf Hamka 50 persen (tapi dia disebut-sebut sudah cabut karena tak setuju ada prostitusi)..

3. Grup Malio

Hotel Malioboro

Menginjakkan kaki ke salah satu dari dua klub yang ada di Hotel ini mesti merogoh kocek Rp 150 ribu. Dari dana segitu mendapatkan minuman ringan, sebungkus rokok, dan tari telanjang. Mau nyanyi keluar duit minimum Rp 2-3 juta.

Tarif lainnya, croot Rp 900 ribu-1,1 juta (lokal) dan Rp 2-2,4 juta (asing).

Pemegang izin atas nama PT Global Arta Berjaya. Bertindak sebagai pemegang saham terbesar Dharmawan Rahardja Widjaja (32,5 persen).

Hotel Classic

Hotel ini memberikan pilihan lebih dari satu tempat hiburan. Mau masuk ke Bunker Club mesti merogoh kocek Rp 85 ribu, Terminal 2 Rp 85 ribu, dan Terminal 5 Rp 65 ribu. Tarif penjaja seks Rp 365 ribu sedangkan dua sekaligus atau trisum Rp 500 ribu termasuk kamar.

Pemegang izin atas nama PT Buana Mitra Usaha. Bertindak sebagai dirut Rudy Susanto, Komut Eddy Winata.

Selain ada bisnis daging mentah di sana juga disebut-sebut marak transaksi narkoba. Bagaimana selanjutnya, mari kita serahkan kepada pemerintah.

Sumber : Majalah Tempo edisi 49 (29 Jan-4 Feb 2018).