shouphelloAvatar border
TS
shouphello
Yang penting bukan kucingnya hitam atau putih
Banyak orang debat.

Mana yang bagus, komunis, socialisme, kapitalisme, neo liberal, libertarian, minarchist, classical liberal, pancasila atau apa.

Ini mengingatkan saya kepada perkataan Deng Xiaoping yang terkenal. Sebetulnya itu agak di misquote. Ini ada kritiknya https://jurnaltoddoppuli.wordpress.c...xiaoping-lagi/

Deng Bilang, yang penting bukan kucing hitam atau kucing putih. Yang penting si meong bisa nangkep tikus bukan.

Tapi hasilnya cukup jelas. Cina sekarang adalah negara "komunis" yang lebih kapitalis dari amerika. Bitcoin paling besar disitu. Hak individu yang kata karl marx pencurian, lebih dihargai di Cina. Ada orang di cina yang tidak mau menjual tanahnya sampe pemilik mall terpaksa membuat mall mengelilingi tanah itu.

Bahkan di amrik sekalipun penghormatan terhadap hak atas tanah, hak yang bahkan kapitalist pun lihat agak kontroversial, tidak sekuat itu. Ini contohnya. http://www.msn.com/id-id/berita/duni...&ocid=SK216DHP Bahkan kapitalis extreme pun tidak menuntut pemerintah menghargai hak milik tanah sampai sebegitunya.


Cina akhirnya memilih ideology apapun yang paling berhasil memajukan negaranya. Tiap propinsi systemnya beda dikit. Yang jalan ditiru. Yang nggak jalan ya coba cara lain.

Dan akhirnya dalam praktek cina menjadi negara yang amat kapitalist.

Dalam praktek ya. Dalam theory mak debatable sekali.

Itu namanya tidak mendebatkan kucing itu hitam atau putih. Apakah cina masih komunis? Ya suka suka yang nyebut lah. Kamu mau sebut komunis bisa. Kamu mau sebut kapitalis bisa. Yang penting makmur kan? Artinya ya prinsip prinsip yang membawa kemakmuran bangsa, seperti berkurangnya campur tangan pemerintah, mekanisme pasar, kebebasan individu, dan penghormatan terhadap hak milik dijunjung tinggi.

Yang penting bukan kucing hitam dan kucing putih. Yang penting kucingnya bisa tangkep tikus.

Punya ideology apapun itu seperti punya goal yang tidak terjustifikasi. Musti socialist. Lha socialist buat apa? Kalo ujung ujungnya tambah miskin ya buat apa? Deng sampe bilang, buat kaya itu mulia. Kenapa, ya kalo socialist lebih miskin ngapain socialist? Justru kalo kamu claim kamu socialist dan negara kamu lebih miskin dari amrik kamu mustinya malu ama amrik yang nggak socialist aja kaya.

Di sini saya tidak setuju dengan Deng. Kalo menurut saya socialisme jelek. Socialist lalu jadi miskin ya wajar. Makanya musti kapitalist.

Tapi Deng kan ketua partai komunis. Dia pidato di depan banyak orang komunis. Nggak mungkin dong dia bilang, socialist fucked up. Yuk sekarang kita kapitalist. Nggak. Dia bilang socialist bagus. Malu dong kita socialist miskin. Yuk kita musti kaya. Dan akhirnya cara buat kaya adalah mempraktekkan resep yang sudah terbukti jalan di negara negara kaya. Ya nggak jauh dari kapitalisme lah. Lebih kapitalis cina malah dari Amrik.

Sama ama ideology syariah. Kalo syariah ujung ujungnya korupsi lebih tinggi dan rakyat lebih miskin seharusnya orang yang mendukung syariah malu. Masak negara yang nggak ngikutin agama bisa lebih makmur dan lebih adil dari negara yang ngikutin agama? Mau syariah kek mau sekuler kek, ya kita mau negara kita makmur. Abis makmur lu mau sebut itu karena syariah, it's up to you.

Saya yakin tidak susah kok menggunakan syariah, pancasila, komunisme, atau ideology apapun untuk mendukung kebebasan individu, regulasi yang lebih kendor, pasar bebas, perdagangan bebas, meritocracy atau apa lah. Ya itu kan permainan kata kata saja.

Makin kita meributkan permainan kata kata makin kita nggak kemana mana.

Musti sesuai agama? Buat apa? Kalo kemudian agamanya dipake buat nipu dan korupsi, memang Tuhan jadi Happy?

Musti capitalism? Kalo kesenjangan social tinggi lalu kerusuhan buat apa? Kalo orang laper lalu nyolong lalu kita bunuh, lalu perang saudra, apa nggak lebih murah kita kasih makan aja orang yang terlalu miskin?

Ya kalo sedikit redistribusi kekayaan memberi incentive buat rakyat untuk memilih pemimpin yang benar, so what?

Tidak ada ideology yang dalam prakteknya sempurna. Mekanisme pasar bisa ada externalities. Socialisme rawan diktatorship diman segelintir koruptor hidup mewah ditengah penderitaan rakyat. Theocracy rawan perang saudara. Kita berurusan dengan Tuhan yang nggak voting dan pemimpin agama yang menginterpretasikan agama sesuai kepentingan dompet.

Itu kan fakta di lapangan.

Kalo kita meributkan negara kita musti kapitalis, musti socialist, musti syariah, musti minarchist, musti demokrasi, musti meritocracy, bukankah itu seperti meributkan kucingnya warna hitam atau warna putih?

Seharusnya kita pikir okay kalo demokrasi konsequensinya apa? Kalo meritocracy consequensinya apa? Kita jadi tambah kaya tidak.

Contoh, saya jujur tidak menganggap demokrasi kebenaran mutlak. Tapi dengan kekuasaan dibagi rata, paling nggak negara kita kalo ngawur nggak terlalu ngawur. Kalo mau bener banget, ya diri saya sendiri aja yang lebih benar. Nanti saya lihat saya tambah kaya atau tidak. Tidak mungkin juga saya memaksa seluruh negara ini ikut kemauan saya.

Kalo negara kita dipimpin oleh diktator, baik diktator agama atau komunis, yang saya liat si diktator itu akan menipu rakyat, memperkaya diri sendiri, memperbesar harem, dan menindas kita. Kalo saya mau tidak ditindas ya saya musti diluar system. Musti berontak, jadi terrorist, ikut korupsi dan lain lain.

Ya dalam prakteknya kan memang begitu terus. Liat raja arab kerjaanya pesta sex. Koruptor merajalela. Ujung ujungnya kekuasaan ditangan pejabat ya digunakan sebesar besarnya untuk kepentingan pejabat yang berkuasa. Ya kalo gitu mending demokrasi dong.

Lalu kenapa terrorist di negara islam banyak? Di negara demokrasi kalo kita nggak suka kita ke TPS atau minggat keluar negeri. Di negara islam kalo nggak suka ya berontak. Ya wajar perang mulu.

Kalo saya mau lebih kaya, ya saya kerja rajin saja memimpin diri saya sendiri.

Setiap ideology tidak ada yang jelas.

Sering kali setiap negara justru mengclaim kalau mereka berideology terbalik dari apa yang dipraktekkan. Nama Korea utara itu republik demokrasi korea utara. Jaman Suharto kita "demokrasi pancasila". Demokrasi apa? Kita vote apa juga yang jadi presiden dia dia lagi.

Justru negara yang lebih demokratis malah tidak meributkan dan sering mengkritik demokrasi mereka.

Sekarang pun memang kita demokrasi? Coba lu pilih anggota legislative. Ada gitu yang pro syariah, atau pro legalisasi ganja, atau pro perdagangan bebas mutlak? Kalo demokrasi beneran semua pilihan itu kan mustinya ada. Masalah banyak yang milih atau nggak itu urusan belakangan.

Justru negara negara paling kapitalist di dunia, seperti Singapore, misalnya, malah mengclaim kalo mereka socialist. Menurut Lee Kwan Yew Singapore itu socialist. Iya deh Pak. Jadi socialist bagus dong? Ya kalo bapak mau mikir gitu ya sudah lah. Yang penting pajak hampir 0, aturan sederhana dan konsistent, orang rajin bisa kaya. Ya makmur lah. Menurut saya sih itu kapitalisme. Kalo orang mau bilang itu socialisme ya nggak apa apa.

Kita, kapitalist, bukan terrorist kok. Nggak sepaham ama kita bukan tapir bukan musuh.

Kalo kita mau ribut apakah negara kita dipimpin sesuai pancasila tidak, atau sesuai agama tidak, itu sih nggak ada habisnya. Ahli agama aja beda pendapat. Definisi aja tidak jelas.

Tapi kalo kita ribut kita tambah makmur kagak, kan kita bisa lihat sendiri pertumbuhan ekonomi kita. Kan kita bisa lihat coruption perception index kita naik atau turun? Ya kita buat apa aja yang hasilnya kita semua bisa lihat.

Dari pada kita mikir ideology apa yang cocok buat bangsa kita dan bilang itu harga mati, ya kita coba saja apa nilai yang kita semua setuju positive.

Dan saya kira nilai itu adalah kemakmuran kita. Kita semua tentu ingin bangsa kita lebih makmur. Kita mau cuan. Tujuan negara kita adalah melindungi kekayaan dan valuasi kewarganegaraan kita.

Ya kita pikir, apa system yang jalan yang bisa membuat negara kita makmur. Kita lihat saja kenyataan yang paling bikin makmur apa. Ya kita ikutin pelan pelan. Kita coba. Yang jalan kita praktekkan.

Semua negara di dunia tunduk pada mekanisme pasar kok. Dan bukan sebaliknya. Hanya negara yang dipimpin diktator saja yang menjauh dari kapitalisme. Bahkan korea utara pun mulai mempraktekkan kapitalisme sedikit sedikit.

Saya yakin, itu tidak akan jauh jauh dari capitalism. Itu tidak bisa terhindarkan kok. Seluruh dunia kesono juga. Ada gitu negara tidak kapitalis? Setiap hambatan perdagangan dihukum oleh pasar. Larang import, import kita diluar negeri juga dibatasin lalu perang dagang rugi. Naikkan pajak, orang rajin keluar negeri orang pinter jadi koruptor. Turunkan suku bunga dan investasi asing kabur.

Ya memang sudah kodrat seluruh dunia untuk embrace kapitalisme cepat atau lambat. Ya kita embrace aja. Buat yang atheist saya bilang, nggak perlu lah peduli agama. Liat aja opini ahli ahli ekonomi. Mekanisme pasar emang uber alles. Buat yang beragama, saya bilang, kalo kapitalisme itu tangan Tuhan. Liat tangan yang nggak kelihatan, tanpa aturan yang rumit, eh rakyat bisa makmur sendiri.

Kita semua pasti akan semakin kapitalis kok. Setuju atau tidak ya kita bersiap siap mengasah ilmu mengumpulkan modal, dan bekerja rajin. Karena orang seperti itulah yang akan untung dalam system kapitalis.

Tap ingat.

Bukan negara yang menyebut dirinya kapitalist kapitalist yang bakal kaya. Tapi negara yang dalam prakteknya kapitalist lah yang makmur.

Semua ideology bisa bagus. Mau syariah kek, mau komunis kek, mau socialist kek, selama prakteknya seperti kapitalisme dan nggak beda jauh, lama lama juga makmur. He he he he Ya nggak musti kapitalisme sih. Inti dari post ini adalah kita tidak usah meributkan suatu ideology itu namanya apa.Yang penting kita lihat hasilnya kita tiru.

Yang buta bisa melihat. Yang tuli bisa mendengar. Yang lumpuh bisa jalan. Yang miskin pun punya HP. Itulah mujizat kapitalisme. Semua orang secara egois memaksimalkan keuntungan diri sendiri dan kita semua CUAN.

Semua akhirnya kembali ke kita sendiri. Mau maju dan mengikuti jaman atau mau hidup di ilusi ideology yang dibuat puluhan atau bahkan ribuan tahun lalu.

Suatu waktu nanti, pendapatan perkapita kita akan yah paling tidak setengahnya Singapore lah. Anak anak kita akan main HP dari kecil dan masing masing punya PC paling tidak satu. Bisa access internet dan bitcoin dari kecil. Bisa main video game yang bagus bagus. Dari kecil sudah mikir gimana cari duit sebanyak banyaknya. Negara kita akan sedemikian adil bahkan psychopath yang menghalalkan segala cara untuk memaksimalkan keuntungan diri sendiri lebih memilih untuk produktive.

Waktu itu semua terjadi, kamu mau bilang ini syariah, pancasila, komunisme, socialisme, apa siapa sih yang peduli.

Yang penting kita makmur.
Diubah oleh shouphello 26-09-2017 16:34
0
1.7K
14
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan