Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

shouphelloAvatar border
TS
shouphello
Inferior, Superior, Capitalisme, Ternak, Dewa Dewa, dan Ahok
Inferior dan superior itu nyata. Pernahkah kita berpikir begitu? Apakah kita superior atau inferior? Apa yang harus kita lakukan kepada orang yang superior dari kita? Haruskah kita mengabdi? Atau haruskah kita beraliansi dengan sesama orang bodoh supaya tidak dimakan oleh orang yang jauh lebih pintar dan lebih bijaksana dari kita?

Apakah saya superior?

Dulu saya pikir iya. Saya pintar matematik, IQ saya tinggi, saya pengusaha.

Lalu saya pikir kapitalis harus murni. Biarlah orang miskin mati kelaparan. Siapa suruh mereka inferior. Kalo mereka ingin campur tangan pemerintah yang lebih besar, mampus lah mereka. Paling mereka cuman dimakanin ama koruptor. Siapa suruh bodoh? Orang bodoh memang makanan yang pintar. Yang lari paling kencang (kapitalis) kalo diganggu bisa mukul lebih kencang lagi kok (jadi koruptor).

Lalu saya ada kasus saya ditipu habis habisan ama pengacara berkali kali, ama banyak orang. Uang ratusan juta yang saya kumpulkan dengan kerja keras hilang. Hebatnya lagi secara hukum yang mereka lakukan legal dan bukan penipuan. Kalo saya treak nipu, hukum akan memenjarakan saya pencemaran nama baik. Dan hukum diatur sedemikian rupa dengan pasal karet boleh dibilang korban tidak boleh bicara apapun.

Hukum melindungi penipu. Orang orang itu pintar luar biasa. Udah nipu, mereka bisa menipu masyarakat supaya penipuan mereka tidak dianggap penipuan. Penipuan berlapis pemaksaan berlapis penipuan lagi berlapis lapis masyarakat nggak bisa lihat ini jahat. Ini dianggap normal. Hebat sekali.

Lalu saya sadar.

Selama ini saya punya "moral". Saya menganggap nipu salah. Sebetulnya saya kan hanya menipu diri sendiri. Saya rugi saya bilang orang lain salah. Apa bedanya saya dengan majoritas orang lain di dunia? Mereka terus menerus dirugikan orang lain. Lalu mereka menyalahkan orang lain. Pernahkah mereka memahami orang lain? Pernahkah mereka mencari tau mengapa orang merugikan mereka? Pernahkah mereka memilih untuk pintar politik?

Apalah moralitas selain ilusi yang kita buat sendiri supaya kita bisa merasa superior meskipun gagal dan dikerjain orang yang lebih pintar.

Saya inferior. Saya mulai sadar. Saya sebetulnya inferior.

Menurut science, manusia yang superior adalah manusia yang status socialnya paling tinggi dan paling bisa berkembang biak.

Untuk itu kita harus pintar. Pintar apa? Pintar nipu.

Manusia itu species paling pintar di dunia karena kita saling menipu. Orang yang ilmu nipunya 9 dimakan ama orang yang nipunya 10.

Raja yang bilang dia titisan amaterasu omikami punya harem. Rakyat bodoh taunya bayar pajak.

Kapitalisme itu system paling merakyat. Bill Gates, rakyat bisa kaya. Mark Zukenberg rakyat jelata bisa kaya.

Nggak ada system lain yang lebih pro rakyat dari kapitalisme.

Saya membayangkan pengacara saya, orang yang menipu saya, pejabat korup, melihat saya, shouphello dan bilang. Sukurin luh. Lu emang bodoh. Lu nggak pinter nipu. Nggak kaya kita. Makanya emang orang bodoh makanannya orang pintar.

Saya inferior.

Saya nggak pintar nipu saya nggak pintar politik. Dan saya tidak bisa merasakan seperti apa yang banyak orang rasakan. Mereka punya empathy pake feeling aja udah tau orang musti diapain. Instinct saya tidak sepeka mereka.

Menurut saya, perbedaan antara rakyat dan pejabat korup itu seperti perbedaan antara ternak dan dewa dewa.

Kita semua inferior.

Nastak. Nasbung. Siapa dari kita pernah mimpin perusahaan besar? Siapa dari kita pernah tau 1001 modus korupsi. Siapa dari kita tau strategy politik yang jitu?

Kita semua tolol. Kemampuan nipu dan politik kita jauh dibawah politikus kelas kakap.

Kamu lihat dewa thor, dewa amaterasu omikami, dewa guan yu, dan mungkin dewa dewa lain yang disembah ama banyak orang.

Mau liat orang yang lebih hebat dari dewa dewa tersebut? Liat politikus. Merekalah pencipta dan pengendali dewa dewa tersebut. Makanya nggak heran, semua agama, semua dewa, ajarannya pasti pro kepentingan politikus. Lho dewa dewa aja menghamba ke politikus. Superior sekali politikus itu.

Lu ngikutin ajaran agama apa juga, ujung ujungnya politikus duitnya lebih banyak lu lebih miskin. Apapun. Islam misalnya? Lu liat corruption perception index. Makin banyak orang islam di suatu negara makin tinggi korupsinya. Pengecualian qatar. Tapi qatar kerajaan yang artinya raja, politikus, tajir juga.

Orang kristen protestan demo minta alkohol dilarang. Hasilnya? Korupsi dimana mana. Pemerintah amerika meracuni alkohol dengan racun beneran. Banyak penegak alkohol illegal mati dibantai pemerintahnya sendiri. Ini kah orang orang yang "peduli" sesamanya?

Nggak. Deep inside, kita hanya ingin memperbudak orang lain. Apa juga kalo enak kita mau larang. Tapi kita nggak tau itu. Kita merasa seolah olah kita benar dan karena agama, nurani, whatever, kita mau menolong orang lain dari hal yang menurut kita buruk. Padahal, orang yang kita tolong mati dibunuh.

Sebetulnya kita politikus juga. Politikus kelas teri. Bedanya politikus kelas kakap adalah mereka tau apa yang kita mau dan apa yang buat kita benar benar mau itu. Mereka bisa mengendalikan kita untuk bunuh orang yang nggak salah apa apa ama kita dan menolong politikus.

Apapun agama kita, apapun dewa kita, kalo kita nurutin, ujung ujungnya yang kaya politikus. Semua dewa nurut ama politikus. Hebat nggak politikus itu?

Ada 1000-10000 pejabat tinggi negara yang korup. Tapi mereka bisa menjajah, menguasai, merampok 200 juta rakyat.

Apa nggak superior?

Apa nggak hebat?

Sambil nyimeng, neken, nyabu, mereka masih cukup pintar untuk merampok duit rakyat. Nggak ada test narkoba untuk pejabat papan atas. Nggak perlu. Banyak yang make kok. Kalo di test pasti yang kena banyak.

Malah ada theory kalo narkoba itu sebetulnya bikin orang pintar politik makanya dilarang. Soalnya bisa membuat orang melihat hidup dari sudut pandang lain.

Mereka buat hukum dan norma. Kesannya untuk keadilan lah, ini lah itu lah. Nggak. Hukum untuk melindungi kepentingan mereka supaya bisa memperbudak kita. Eh bukan memperbudak, beternak kita.

Apa juga yang enak dosa. Kenapa musti ijin politikus dulu. Mau baik? Musti minta ijin dulu. Nikah resmi lah nikah siri lah ini lah itu lah catatan sipil lah. Ntar ribut, hakim bisa meres dipengadilan, pengacara bisa nipu.

Mau pernikahan diakui poiltikus? Oh iya jihad dulu ya kenegara tetangga bunuhi tapir biar lu mati. Ntar cw yang naksir elu bisa join harem sultan/emir/imam dll..

Dan rakyat mau. Karena deep inside kita juga politikus dan ingin menguasai rakyat lain. Budak nggak ingin bebas. Budak ingin budak juga. Banyak orang ingin pramuriaan dilarang, ini dilarang itu dilarang. Mereka ingin ngatur hidup orang lain juga.

Politikus. Inikah manusia yang superior yang sesungguhnya?

Kita bagaikan ternak. Jauh lebih bodoh dari mereka. Makanya kita dimakanin terus. Itu memang kodrat normal rakyat.

Ahok juga merubah persepsi saya tentang kapitalisme murni. Saya bayar pengacara, pilih asuransi berdasarkan mekanisme pasar. Hasilnya taik. Asuransi seharga 1 juta bisa ada biaya 100 juta saya nggak tau waktu beli. Saya bayar orang mahal juga ujung ujungnya mereka makan saya. Punya duit juga susah buat saya motivasi orang buat baik ama saya. Saya dimakan ama orang yang saya bayar sendiri.

Saya merasakan apa yang seluruh rakyat rasakan. Kita udah bayar politikus mahal mahal mereka tetap saja makan kita. Ya mereka bisa. Kenapa nggak? Kita nggak bisa bayar orang buat kerja ama kita pake duit saja. Kita musti pinter politik baru kita bisa bujuk orang buat kerja beres ama kita.

Ini Ahok, tidak melalui mekanisme pasar, tapi melalui process demokrasi, kok mau kerja keras buat kita. Apa yang kita buat untuk pantas mendapatkan Ahok? Apa kita ceo yang bijaksana? Apa kita menjanjikan stock option yang fine tuned dengan performance? Mimpi apa gw bisa punya pegawai sehebat Ahok?

Eh, satu dari politikus politikus yang sehebat dewa itu, si Ahok, ternyata baik ama kita. Ahok bilang kalau dia ini anjing. Anjing penjaga tuannya. Tuannya si Ahok siapa? Kita.

Gw liat kali bersih, jembatan kebangun, duit 20 trilyun buat usb ups whatever, bisa dicegah korupsinya. Gila. Ini bukan mekanisme pasar. Ini demokrasi. Kok demokrasi bisa bagus juga ya? Bisa ada orang kayak gini jadi pegawai gw, pegawai kita.

Apa kita lebih pintar dari Ahok? Apa kita lebih punya kemampuan memimpin management dan lain lain dari Ahok? Ahok jauh lebih pintar dari kita. Dia tau modus modus korupsi. Dia tau politik. Dia superior dibanding majoritas kita.

Tapi dia kerja buat kita dan menjadikan kita bossnya. Pejabat negara yang lain, kebanyakan ya seperti mantan pengacara saya. Dia bukan kerja untuk saya. Dia mikir gimana makan uang saya. Pejabat lain gitu. Tiap hari mereka muter otak gimana makanin duit kita. Jauh lebih empuk makan kita dari pada mengabdi ke kita.

Kita boss yang tolol dan lemah. Orang tulus mengabdi kita bisa dihasut buat memenjarakan. Tapi kalo kita dimakan kita nggak ngapa ngapain ya tolol dan lemah sekali kita.

Kita ternak mereka dewa. Pejabat pejabat itu psychopath dan mereka memang mikir gitu. Ngapain mereka mikirin gimana mengabdi ke rakyat? Ngapain dewa mengabdi ke ternak?

Pejabat lain kayak gitu. Berbagai cara mereka pakai untuk nipu kita pake apapun lah, nggak harus al maidah 51. Apapun juga di pake buat nipu kita. Agama kita, hati nurani kita, keeogisan kita, kebajikan kita, kejahatan kita. Semua sifat sifat yang kita tau juga nggak mereka tau dan mereka pake. Hal hal yang kita nggak tau mereka tau.

Kita itu ternak buat mereka. Ternak nggak ngerti orang. Orang ngerti ternak. Makanya gampang sekali orang bisa beternak ternak.

Sama. Kita nggak ngerti politik. Politikus ngerti kita. Gampang sekali politikus beternak kita.

Tapi ada orang pintar mau kerja buat kita siang malam. Membela kita dari psychopath psychopath lainnya. Kok bisa? Kita butuh orang orang seperti itu. Karena kita terlalu bodoh dan lemah menghadapi politikus.

Sesama orang bodoh mustinya kita sadar gimana caranya supaya orang yang pintar nggak bisa makan kita. Itu kenapa ada demokrasi, sedikit socialisme, sedikit redistribusi kekayaan, dan lain lain. Kita musti cari akal supaya kita sama sama untung. Kalo kita membiarkan yang miskin mati kelaparan nant mereka gampang dihasut buat bunuh kita oleh politikus politikus pintar tersebut.

Sejak itulah saya tidak lagi melihat kalau kapitalisme itu suatu kebenaran mutlak. Nggak musti persis. Beda beda dikit nggak apa. Demokrasi juga bagus. Kalo rakyat mau pancasila atau syariah atau sedikit socialis, ya coba aja sedikit liat hasilnya gimana.

Nggak perlu mutlak mutlakan.

Saya nangis waktu Ahok dipenjara. Kok tega. Orang udah kerja keras buat saya, buat kita, kok malah dipenjara. Kok tolol sekali kita. Maling maling yang makanin duit kita sekarang memenjarakan anjing penjaga kita yang sudah setia menjaga trilyunan uang kita.

Ahok bilang dia anjing. Dia anjing yang menjaga puluhan trilyun uang bossnya, yaitu kita. Kita rakyatnya dianggap boss oleh Ahok. Dan memang kita boss. Ahok merendahkan dirinya, mengangap dia hanya anjing penjaga yang memang seharusnya mengabdi buat kita.

Bahkan Ahok hanya seekor anjing sekalipun kalau sudah tulus menjaga tuannya harusnya kita piara baik baik. Seharusnya kita menjadi tuan yang baik pada anjing anjing dan pegawai kita. Apa lagi ada dewa mau mengabdi ke kita. Mustinya kita hargai kita piara baik baik.

Kok tega kita? Kok kita boss yang tega sekali membiarkan pegawai yang sudah kerja keras untuk kita dipenjara...

Kalo ada anjing lu yang udah jaga rumah lu mau digebuk ama maling apa lu tega membiarkan? Apa nggak lu ambil kampak lu bacok 1000 maling buat nyelamatin 1 anjing itu?

Kalo si anjing menggonngong terus nggak sopan gigitin maling dan lain lain. Ya itu emang kerjaannya dia. Emang dia musti gitu buat nyelamatin uang dan nyawa kita. Masak karena wah ini anjing nggak elegant. Mustinya sopan dong ngomong alus permisi jangan nyolong harta tuan saya ya. Fuck. Lu mau anjing kayak apa?

Kita punya gubernur yang udah jaga trilyunan uang kita? Kok kita tega membiarkan dia dipenjarain maling maling?

Berapa banyak pegawai saya, pegawai kita yang lain makan kita. Mereka semua maling. Kalo orang kayak Ahok ada ribuan kita nggak butuh mereka.

Kok orang yang tulus kerja keras buat kita malah dipenjara. Kok kita tega membiarkan orang difitnah dengan alasan bullshit dijerat pasal karet untuk dipenjara? Kok gampang sekali koruptor koruptor membuat kita menyakiti anjing penjaga kita sendiri?

Kok kita bodoh, picik dan tolol?

Tapi yah... kita kan rakyat. Ya rakyat memang gitu. Begitukah? Sampai kapan?
Diubah oleh shouphello 19-08-2017 16:55
0
1.2K
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan