Jakarta - Pasangan Anies-Baswedan Sandiaga Uno dinilai cukup mampu memanfaatkan kelebihan media sosial dengan mengatur konten foto, desain dan video yang seragam. Namun, pada akhirnya, riset menunjukkan Ahok-Djarot unggul dengan 51,8 persen berbanding 48,12 persen terhadap Anies-Sandi.
Hal itu diungkap oleh Direktur Intrans, Andi Saiful Haq, yang menyampaikan riset pihaknya di media sosial, dalam keterangannya, Minggu (2/4).
Kata dia, material foto dan video Anies-Sandi disiapkan dengan tone warna, typografi, desain, logo dan jargon yang lebih mudah dicerna oleh publik dibanding Ahok-Djarot.
"Ahok-Djarot tampil dengan slogan beragam: Kerja, Ini Baru Jakarta, Kampanye Rakyat, Gue2, Badja dan seterusnya. Beda dengan Anies-Sandi yang konsisten dengan slogan Jakarta Maju Bersama," ujar Andi.
Menurutnya, konten terpecah efektif untuk diterapkan di awal kampanye Pilgub Jakarta. Namun agak sulit ketika bergerak di ruang elektabilitas yang sempit jelang putaran II.
"Dalam kampanye politik di media sosial, keseragaman grafis, typografi, warna, dan slogan politik sangat dibutuhkan agar pendukung punya sasaran yang fokus dan terarah," urainya.
Sementara dari segi partai, dia menjelaskan Gerindra dan PKS tampak menyumbang kontribusi sangat besar dalam kampanye Anies-Sandi di media sosial. Dalam metrik media sosial yang diamati Intrans, bisa terlihat aktivitas dukungan yang dilakukan oleh jejaring akun resmi Gerindra dan PKS terhadap kubu Anies-Sandi.
"Gerindra dengan jumlah fans terbesar di Facebook Fan page ditambah kekuatan organik dari followers dan tim PKS, membuat konten Anies-Sandi mampu menyebar dengan cepat, viral dan organik," ungkapnya.
Kubu Ahok-Djarot mampu mengimbangi dengan jejaring media sosial PDIP, sebagai parpol terbesar kedua setelah Gerindra dalam jumlah followers dan fans di Facebook, Instagram, Twitter dan Youtube.
Apalagi kekuatan dari jejaring media sosial PDIP terletak pada akun-akun individu para kader yang jumlahnya tidak sedikit.
Kekuatan Ahok-Djarot bertambah dengan bergabungnya Partai Solidarits Indonesia (PSI) besutan Grace Natalie dkk. Dari analisis dan pemantauan Intrans, PSI beberapa kali membuat terobosan yang tidak pernah dipikirkan oleh parpol pendukung lain.
Secara kuantitatif, dukungan Parpol pendukung Ahok-Djarot (PDIP, PSI, Nasdem, Golkar, PKPI, Hanura, PPP, PKB) tertinggal tipis dengan audiens sejumlah 4.213.864 akun. Sementara dukungan Parpol pengusung Anies-Sandi (Gerindra, PKS, Perindo) unggul dengan jumlah audiens sebanyak 4.418.004 akun.
Namun, dari segi total engagement berupa seperti Like, Comment, Retwit, Ekspresi, Emotion, Loves, video views, Ahok-Djarot unggul dengan total 2.139.104. Sementara Anie-Sandi hanya mendapatkan engagement total sebesar 1.705.146.
Anies-Sandi hanya unggul dalam hal share, mention, repost sebesar 291.359, berbanding Ahok-Djarot155.446. Dalam menghitung efektifitas kampanye, share merupakan indikator paling penting untuk mengukur penerimaan publik terhadap satu konten.
Semua hal itu kemudian dijadikan skor oleh pihak Intrans, dimana secara keseluruhan, Ahok-Djarot yang muncul sebagai pemenang.
"Dari skoring yang sudah disimulasikan itu maka Intrans menetapkan elektabilitas pasangan calon, setidaknya hingga riset 26 Maret 2017, Ahok-Djarot unggul dengan angka 51.88 persen dan Anies-Sandi dengan angka 48,12 persen," kata Andi.
http://m.beritasatu.com/megapolitan/...nggul-518.html
itu akun anis sandi dipake cuma untuk ikutan polling sama buzzer laknat.. wkwkkw
kalo untuk maen koment, emot dll bakalan repot 1 orang ngendaliin 100 akun..
kalopun koment paling banter komentnya di copy paste seperti tragedi trending topiknya nasbung satu koment di post ratusan akun..