Bandara New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta mengambil konsep keunggulan lokal. Namun konsep awal ini masih memerlukan pendapat lain.
“Perlu olah rasa dan karya dari para seniman dan pemangku kepentingan. Dari beberapa perencanaan yang dihasilkan, mesti ada tambahan,” kata Airport Planner PT Virama Karya Benyamin Aris Nugroho di Yogyakarta.
Quote:
Quote:
Dikatakannya, pihak PT Virama Karya bekerja sama dengan tim dari Prancis. Adapun isi desain unsur budaya lokal yakni antara paduan Jawa dan internasional. Di bagian depan, pintu gerbang, akan dibuat dengan mengambil salah satu bentuk bangunan di Yogyakarta, yang mereka sebut sebagai Kori Agung.
Pada salah satu interiornya akan menggunakan desain batik “Kawung”. Desain batik itu memiliki makna bertemunya empat sudut penjuru mata angin. Desain itu rencananya akan digunakan bagian atap bandara. Kemudian, sejumlah unsur lokal yang dimasukkan yakni kelapa muda (cengkir) yakni merupakan simbol dari Kabupaten Kulon Progo, Malioboro, serta unsur Jogja kontemporer.
Uniknya, menurut Benjamin terminal penumpang akan diberi nama desa terdampak bandara di antaranya Glagah, Jangkaran, Palihan, Kebon Rejo, dan Sindutan.
“Interiornya akan kami buat seolah bertutur, seperti simbol sugeng rawuh, cerita tentang kerakyatan, potensi desa, kesenian, dan etalase desa. Kita juga akan menginterpretasikan gumukan (pasir) sebagai desain bagian interior bandara. Jika (bandara) dilihat dari atas akan tampak seperti jarik,” bebernya.
Menurut dia, tiga aspek penting yang masuk dalam perencanaan yakni multifungsi, baik dari segala sisi, dan pola inovatif dalam pelayanan serta keamanan.
"Dari segala aspek. Bukan hanya visual tapi juga pelayanan, ”tandasnya.
Antropolog Universitas Gadjah Mada (UGM), Heddy Shri Ahimsa mendukung tak menghilangkan nama lima desa. Meski demikian, Informasi dan sumber harus lengkap.
"Supaya tidak menimbulkan kesan, ini kok salah, ini kok salah. Agar tidak ada informasi kecil yang mengganggu,” ulasnya.
Pemerhati seni, Bambang ‘Toko’ Witjaksono, mengatakan, bandara baru sebagai pintu masuk Daerah Istimewa, sehingga perlu memperhatikan kearifan lokal.
"Airport yang tradisional namun kosmopolitan. Ada kecanggihan baru mengolah tradisi,” katanya.
Quote:
Quote:
Quote:
Quote:
Sumber:
http://economy.okezone.com/read/2017...aru-yogyakarta
Lebih keren mana sama desain Soekarno Hatta gan?