Setelah mendapat pelayanan tak menyenangkan, turun dari pesawat Lion Air di Bandara Ngurah Rai, Bali, penumpang perempuan AR mengadu ke Lion Air Center.
AR mengadukan pelayanan buruk kru karena diajak pramugara masuk ke dalam kokpit dan ditawari merokok di dalamnya.
AR naik pesawat Lion Air JT745 rute Makassar-Bali pada 9 Januari 2017.
"Kita ke Lion Air Center tidak ditanggapi, tidak ada respon apa pun. Terus kita ke Polsek, KP3 (Kesatuan Pelaksanaan Pengamanan Pelabuhan)," cerita AR kepada media di Denpasar, Bali, Kamis (2/2/2017).
Saat menceritakan keluhannya tersebut, AR turut didampingi pengacaranya Noor Hilyin atau akrab disapa Elyn, aktivis LBH Bali WCC.
Dikatakan AR, pihak KP3 Ngurah Rai mengarahkannya untuk mendatangi pusat pelayanan. Petugas di sana lalu memanggil otoritas bandara.
"Besoknya kita ditelepon otoritas bandara sehari setelah kejadian itu. Sampai empat hari berturut-turut saya bolak-balik dipanggil untuk dimintai keterangan oleh otoritas bandara, dimintai kesaksian dan perincian kejadian," beber AR.
"Tanggal 31 Januari kemarin saya dimintai keterangan dari pihak Lementerian Perhubungan bukan lagi dari otoritas bandara," ucap dia.
Elyn mengakui saat AR mendatangi KP3 Ngurah Rai dan otoritas bandara tidak didampingi pengacara. Di KP3 Ngurah Rai AR dan tiga orang di antaranya pramugara, pilot dan kopilot bertemu yang semuanya orang lokal.
"Di pelaporan itu pramugara tidak mengakui merokok, tidak mengakui memanggil si anak. Pilot dan kopilot mengakui," ungkap Elyn yang kini menunggu konfirmasi pihak Lion Air.
Ia menegaskan AR sudah baik-baik bersama calon suaminya mencoba mendatangi ke pihak berwenang cuma dipingpong.
Sehari sejak pelaporan itu banyak nomor tak dikenal masuk ke telepon seluler AR, satu di antaranya Adi, pramugara yang mengajak AR ke kokpit untuk merokok.
Sementara itu pria yang mendampingi AR dalam konferensi pers tadi mengaku pernah mendatangi customer service Bandara Ngurah Rai sebelah kedatangan dan memberikan nomor telepon. Besoknya sudah menyebar nomor ponsel AR.
"Besoknya banyak yang menelpon dia, enggak tahu ini dari siapa. Ada dari pramugaranya juga menelepon. Langsung saya bilang jangan meminta damai di Starbucks. Saya maunya ketemu di Polsek atau di otoritas bandara saja," begitu pesan pria pendamping AR.
http://bangka.tribunnews.com/2017/02...g-ngajak-damai