jimmyjunAvatar border
TS
jimmyjun
[KOMBAT HOROR] KUNJUNGAN Mr. P


Assalamualaikum.....

Perkenankan saya berkisah




Dahulu kala, sekitar tahun 2013 Masehi, saya masih tercatat sebagai mahasiswa perguruan tinggi negeri di kota Semarang. Menjadi mahasiswa perantauan, kehidupan saya kala itu bisa dikata sangat pas-pasan, sehingga saya harus berusaha lebih keras untuk dapat hidup sendiri di Semarang. Berawal dari keperihatinan hidup saya itu, saya memutuskan untuk bekerja part timedi sebuah restoran pinggiran kota. Jarak tempat kerja dari hunian kost saya kurang lebih 3 kilometer melalui jalur tikus; melewati persawahan, rawa, perkampungan sepi, tegalan, kebun dan kapling. Dengan pembagian waktu, jika pagi saya aktivitas kuliah serta kampus dan menjelang sore pukul empat saya mulai bekerja hingga pukul sepuluh malam.

Saya akan bercerita sedikit mengenai tempat hunian kost saya. Saya merupakan pribadi yang interovert, hal ini yang mempengaruhi seperti apa dan dimana tempat hunian kost saya. Saya memilih hunian kost yang agak jauh dari pusat kampus dan pusat keramaian, saya ngekost di daerah selatan dari posisi kampus saya, merupakan daerah yang masih sepi dan masih penuh dengan pepohonan besar dan dekat dengan area bukit hutan. Dengan memasuki gang, posisinya hunian kost saya tepat berada di belakang area pemakaman umum jalan raya yang dipisahkan oleh jalan kecil gang.

Hunian kost saya berbentuk memanjang tegak lurus dengan jalan gang, hanya terdiri dari empat kamar dan di ujung kost belakang merupakan dua buah kamar mandi, yang mana satu kamar mandi pintunya menghadap ke kebun belakang, kadang saya sering merasa takut kalau malam hari ingin ke kamar mandi hanya untuk buang air kecil, karena begitu keluar kamar sudah merupakan area luar tanpa pagar, apalagi kalau harus ke kamar mandi yang bagian belakang, saya harus melihat kebun yang gelap saat malam hari. Kamar kost saya merupakan kamar paling ujung belakang sebelum kamar mandi. Kondisi kamar sangat adem dan lembab, saya lumayan suka dengan kondisi kost ini, karena saya tak perlu repot mengeluarkan biaya untuk membeli sebuah kipas angin. Kamar kost sangat sederhana; hanya ada satu buah tempat tidur single dengan kasur kapuk serta sebuah bantal tanpa guling, sebuah lemari kayu sedang, tanpa ada meja untuk belajar, sebuah jendela nako dan pintu yang saling bersebelahan. Posisi tempat tidur saya berada di pojokan berseberangan dengan pintu dan jendela.

Saya lupa hari itu merupakan hari apa, saya sangat lelah, karena di kampus saya harus wara-wiri mencari dosen, menunggu dosen tanpa kejelasan hanya untuk revisi skripsi yang sangat melelahkan, sedangkan di tempat kerja lumayan rame pengunjung. Sekitar pukul setengah sebelas malam saya selesai bekerja dan saya putuskan untuk langsung pulang, karena banyak bagian BAB dari skripsi yang harus saya perbaiki.

Dengan motor buntut saya yang sudah rapuh dan sakit-sakitan, saya melaju pelan untuk pulang. Seperti saya jelaskan di atas, jalan antara hunian kost dan tempat kerja saya merupakan daerah sepi dan masih merupakan lahan kosong. Perjalanan menuju kost sangat sepi, jalan gelap karena masih minim penerangan. Di tengah perjalanan saya merasa merinding tidak seperti biasaya, saya merasa ada yang mengikuti saya, tapi entah apa dan siapa itu saya tak tahu, saya sering menoleh kebelakang untuk memastikan, bahkan saya mencurigai jok belakang motor saya. Akhirnya saya sampai pada tujuan dengan selamat walaupun merasa ada yang ganjil, tapi saya tak dapat menjelaskan hal itu apa.




Sesampainya di kost, saya langsung memakirkan motor saya tepat di depan kamar saya, saya buka pintu kamar yang gelap lalu menyalakan lampu, ganti baju dan menuju kamar mandi untuk membersihkan diri dan ber-wudlu untuk shalat Isya’. Setelah saya shalat Isya’, saya lanjutkan untuk berkutik dengan laptop saya, karena banyak sekali hal yang harus saya perbaiki dari skripsi saya yang jauh dari kata sempurna. Melihat banyak deretan angka pada layar laptop memembuat saya pusing dan jenuh, sesekali saya menyalakan batang rokok kretek filter untuk istirahat sejenak. Tapi perasaan saya ada yang aneh, dari tadi saya merasa bahwa ada yang selalu memperhatikan saya, saya coba beranikan menoleh ke belakang arah pintu, tapi tak ada hal yang aneh, saya lihat sekeliling kamar tidak ada yang aneh, tapi entah saya merasa ada yang mengawasi.

Jam menunjukkan pukul satu dini hari, karena merasa sudah jenuh dan mengantuk, saya putuskan untuk beranjak tidur. Saya matikan laptop dan lampu kamar, lalu saya nyalakan lampu tidur redup yang saya modifikasi sendiri dari lampu belajar, kondisi kamar gelap, namun ada sedikit pencahayaan dari lampu tidur yang redup. Pada saat itu saya lebih suka tidur dengan kondisi kamar gelap sedikit pencahayaan. Menuju tidur alam bawah sadar saya, perasaan selalu diawasi dari tadi selalu mengusik saya, tapi saya hiraukan dan antara sadar/tidak sadar ada yang aneh dengan tubuh saya.

Tubuh saya terasa kaku, sulit untuk bergerak dan bangun, seperti diikat dan ditindih beban berat, tapi saya sadar dapat melihat sekeliling kamar saya; kamar yang sederhana dan dengan kondisi pencahayaan yang redup. Berkali-kali saya mencoba bangun, butiran demi butiran keringat dingin mulai membasahi baju saya yang gelagapan ini dan pikiran yang dipenuhi pertanyaan “Ada apa ini? Kenapa?”.




Di tengah kepanikan dalam penglihatan, saya lihat ada sesosok berdiri dipojok pintu memperhatikan saya, sosok putih kusam berdiri mematung di sana. Saya coba perhatikan ternyata sosok itu menyerupai sebuah bungkusan manusia yang sering khayalak bilang “Pocongan”. Saya takut bukan main, berusaha lepas dari belenggu ini, belenggu entah apa yang membuat saya kepayahan untuk bergerak dan beranjak dari tempat tidur. Saya perhatikan wajah sosok itu sangat menyeramkan, wajahnya retak-retak bak tanah di musim kemarau, lingkar mata yang hitam dan kain putih yang kotor karena bercak tanah.

Saya mencoba membaca Ayat Kursi, saya yakin saya menghafal dengan fasih ayat andalan ini, saya baca berulang-ulang dengan kerasnya berharap penghuni kamar sebelah mendengar dan mengkhawatirkan kondisi saya saat itu. Dengan terus membaca Ayat Kursi dan berharap ada yang menolong, saya perhatikan tingkah Pocongan itu semakin menjadi, sosok itu mulai menggerakkan badannya, meloncat-loncat ke atas-bawah lalu menggoyangkan badannya ke kanan dan kiri, seperti hendak mengejek saya, begitupun itu tindakan lucu, tapi Pocong tetaplah Pocong, sosok itu tetap sukses membuat saya ketakutan, tak berdaya, lelah dan marah.




Setelah sekian lama saya dipertunjukkan sosok menyeramkan dan konyol itu, akhirnya saya bisa bergerak dan bangun dari tempat tidur, tapi sosok Pocongan itu sudah menghilang. Dengan cepat dan sigap saya nyalakan lampu kamar dan beranjak ke tempat tidur dan menutupi seluruh badan saya dengan selimut, walaupun saya tak dapat tidur pada akhirnya hingga pagi hari, barulah saya berani keluar kamar saat saya mendengar sudah ada aktivitas para penghuni kost.

Saya lalu bertanya pada teman saya yang kamarnya bersebelahan dengan kamar saya, “Apakah dia mendengar saya berteriak-teriak membaca Ayat Kursi?”, tapi jawabannya membuat saya terkejut, yaitu “Tidak!?”. Lalu saya menceritakan peristiwa menakutkan yang saya alami itu, teman saya bilang mungkin itu Pocongan yang ngikut saya waktu perjalanan saya pulang kerja. Saya disarankan untuk lebih diperbaiki Shalat-nya dan memulai sering membaca Al-Qurandi kost. Sejak saat itu saya langsung membacakan surat Yaasin di kamar dan tak berani mematikan lampu jika hendak tidur.

Spoiler for Original Story:


Spoiler for Referensi Gambar:


Maaf, jika Thread saya jauh dari sempurna, karena saya dalam proses belajar


Terima Kasih
Polling
0 suara
1
Diubah oleh jimmyjun 02-09-2020 13:43
stars555
stars555 memberi reputasi
1
6.6K
48
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan