Barusan, tiba-tiba aku keingetan kamu. Flashback ke 12 tahun lalu, waktu kita sama-sama ujian kenaikan tingkat taekwondo bareng. Aku masih inget gimana canggungnya aku buat kenalan sama kamu.

Tahun berikutnya, kita makin akrab. Tiap kita ketemu di sekolah, bahasan kita udah nggak cuma taekwondo doang. Kita mulai bahas banyak hal, termasuk cinta monyet kita. Aku masih inget cemburunya aku pas anterin kamu ketemuan sama salah satu senior taekwondo kita. Aku juga masih inget gimana stressnya aku pas tau beberapa hari setelah itu kamu jadian sama dia. Tapi karena itu, aku ketemu sama pacar pertamaku, bunga, sahabatmu.

Tahun berikutnya, aku sama kamu diterima di SMA yang sama. Bunga, sekolah di sekolah lain. Aku masih inget waktu kamu putus sama pacarmu. Kamu tiap hari nangis. Aku masih inget semua hari-hari itu, karena kamu tiap hari curhat tentang ini sama aku. Aku juga masih inget setiap harinya aku ngeluangin waktu buatmu, supaya kamu ga sedih. Tiap hari, pagi sampai malem, kuluangin waktu buatmu. Aku juga inget di tahun ini bunga mutusin aku, karena aku terlalu deket sama kamu.

Tahun berikutnya, aku sama kamu ikut bimbel di tempat yang sama. Aku bukan tipikal orang yang doyan belajar, tapi kalau itu bisa bikin aku bisa terus ketemu kamu sampai malam, aku jabanin. Di sekolah, di tempat bimbel, aku bisa terus sama kamu. Bahkan, temen-temen dan guru-guru di sekolah dan di tempat bimbel nyangka kita pacaran. Jujur, aku seneng banget. Sempet kepikiran kalo ini waktu yang tepat buat nyatain perasaan yang selama 4 tahun ini aku pendam. Tapi ternyata gabisa, karena kamu punya pacar baru. Aku masih inget suatu hari, malam-malam kamu ngajak aku keluar. Kamu ajak aku ke distro, nyuruh aku cobain sebuah jaket yang ternyata pas di badanku. Kupikir itu jaket buatku. Setelah dari distro kamu minta aku buat anter kamu ke suatu alamat yang asing, bukan rumahmu. Jam 12 malam, aku anter kamu ke rumah pacar barumu itu. Itu hari ulang tahun dia, dan kamu ngasih jaket itu sebagai kado buat dia. Sambil duduk diatas motor, di depan pager rumahnya, aku bisa liat dia meluk dan cium keningmu. Apa kabar hatiku waktu itu? Yah gitu lah. Aku inget abis anter kamu pulang, aku mabok di rumah semalaman dan tidur seharian sampe bolos. Aku inget juga beberapa minggu setelah kejadian itu, aku punya pacar baru, dan hubungan kita jadi agak renggang. Tapi dua bulan kemudian kamu mulai ngehubungi aku lagi, karena kamu putus sama pacarmu. Dan gak lama kemudian, aku diputusin lagi karena aku deket sama kamu.

Tahun berikutnya jadi tahun yang paling berkesan buatku. Kita masih sekolah dan bimbel di tempat yang sama. Hari-hari kita pun kaya biasa, tetep deket. Di tahun ini, setiap sore menjelang malam, kita hampir tiap hari datang ke tempat itu. Tempat dimana kita selalu menikmati sore dengan pisang cokelat. Kita ngabisin sore sambil ngobrol panjang lebar. Sampe malam tiba, aku anter ke rumahmu. Kota kita ini emang kota kecil, aku selalu suka ketika kita jalan jalan, jalan kaki mengitari kota. Aku rasa tahun ini adalah tahun dimana kita sangat dekat; mungkin karena kita tahu, tahun berikutnya kita ga bisa begini lagi.

Tahun berikutnya, kita menjadi mahasiswa. Sayang, kamu nggak keterima di universitas utama yang kita pilih. Yang aku takutin beneran terjadi, aku ke semarang, kamu ke bandung. Aku masih inget, di tahun ini meskipun kita berpisah, tapi kita nggak pernah kehilangan kontak bahkan untuk sehari aja. Tiap malam, kita habiskan dengan ngobrol sampai pagi. Dan aku inget, setiap kali aku pulang, kamu orang pertama yang selalu minta di temui.

Tahun berikutnya, hubungan kita mulai renggang. Kesibukan sebagai mahasiswa mulai terasa. Suatu hari kamu ngabarin kalau kamu punya pacar baru. Aku patah hati (lagi). Gak berapa lama, kudapetin juga pacar di kota ini.

Tahun berikutnya kita kurang komunikasi karena kita udah punya pacar masing-masing. Aku inget, di tahun ini kamu pernah nangis di telpon. Kamu bilang pacarmu kasar, berani nampar. Semalaman kamu nangis. Karena jarak yang jauh, aku gabisa apa apa. Yang bisa aku lakuin saat itu cuma mendengarkan semuanya. Aku inget ga lama setelah itu kamu putus sama pacarmu. Dan berhubung kita selalu komunikasi setiap detik, setiap hari, akupun akhirnya diputusin pacarku yang cemburu sama kamu.

Tahun berikutnya, kita tetep komunikasi kaya biasa. Tiap aku pulang, kamu selalu senang. Setiap hari, kita selalu jalan-jalan di kota kecil kita ini. Pisang cokelat, jalanan kota ini, masih seperti dulu pas kita SMA. Sempet terpikir buat nyatain perasaanku ini sekarang, tapi karna banyak pertimbangan (terutama jarak) kuputusin buat tahan perasaan ini setahun lagi. Tunggu ssmpai kita lulus.

Tahun berikutnya, nightmare. Lagi-lagi kamu punya pacar. Aku kenal pacarmu yang satu ini. Dia drummer di bandku selama SMP-SMA. Akhirnya aku mengelus dada lagi.

Tahun berikutnya, tahun 2015. Kamu ngabari bahwa kamu akan menikah sama pacarmu ini bulan januari 2016. Kamu meminta doa restu dari aku, bahkan kamu juga memintaku buat bantu acara pernikahanmu. Aku cuma bisa bilang "selamat". Aku bahkan nggak punya kekuatan buat datang di pernikahanmu, maaf. Dan sekarang kamu udah menikah, sementara aku ya gini-gini aja.