Berdarah dingin, 5 perawat pencabut nyawa ini bunuh puluhan pasien
TS
acabindonesia
Berdarah dingin, 5 perawat pencabut nyawa ini bunuh puluhan pasien
Merdeka.com - Orang yang berobat ke klinik atau rumah sakit tentu datang dengan bekal bahwa dia percaya dokter dan perawat akan mengobati penyakitnya. Dengan kata lain dia mempercayakan nasibnya kepada Tuhan melalui tangan si dokter dan perawat yang menanganinya. Hidup matinya seolah ada di tangan dokter dan perawat.
Lima cerita di bawah ini boleh jadi mirip cerita di film-film horor tentang para dokter atau perawat yang membunuh pasiennya dengan cara sadis. Mereka bertindak dengan sikap seolah pembunuh berdarah dingin atau malaikat pencabut nyawa yang tak kenal ampun terhadpa korbannya.
Siapa saja perawat yang tega berbuat seperti itu? Berikut lima di antaranya yang berhasil dihimpun merdeka.com:
1.Ingin gaji dibayar cepat, perawat ini racuni pasien hingga tewas
Spoiler for :
Merdeka.com- Perawat spesialis lansia dari China divonis hukuman mati oleh Pengadilan Provinsi Guangzhou, Rabu (4/5). Dia terbukti membunuh seorang nenek 70 tahun yang seharusnya dia rawat demi mendapatkan gaji tanpa harus lama bekerja.
Di pengadilan, He Tiandai (46) mengakui telah meracuni sop yang dihidangkan kepada nenek bernama He Yanzhu. Sop itu diberi pil tidur serta pestisida. Karena korban masih bernafas saat mulai pingsan, Tiandai lantas mencekiknya menggunakan tali nilon hingga tewas.
South China Morning Post melaporkan Tiandai mengklaim sudah sering melakukan tindakan keji serupa pada lansia lainnya.
Dia bersaksi sedikitnya meracuni tujuh kakek dan nenek lain agar tidak perlu repot merawat mereka. Pengakuan ini masih didalami pengadilan, sebab tidak ada yang mengaku menjadi korban perbuatan Tiandai selain keluarga mendiang nenek Yanzhu.
Dalam salah satu sidang yang berlangsung sejak tahun lalu, Tiandai mengaku menyesal dan minta dihukum berat. Dia bahkan menolak keterangan pengacara yang berusaha meringankan hukumannya.
"Saya sudah membunuh orang, saya akan membayar dengan nyawa saya," ujarnya di hadapan majelis hakim.
Tiandai mengaku terpikir membunuh korban setelah mendengar pernyataan anak korban di hari pertama bekerja, bahwa upahnya langsung dibayar penuh seandainya Nenek Yanzhu meninggal.
Kasus ini memicu tuntutan warga Tiongkok agar perusahaan penyalur perawat lebih ketat menyeleksi calon pekerja. Kebutuhan perawat sedang meningkat di seantero Negeri Tirai Bambu, karena ada 212 juta warga masuk kategori lansia.
2.Dua perawat Uruguay diduga bunuh 16 pasien
Spoiler for :
Merdeka.com- Paling tidak sudah ada 16 kasus kematian yang dikaitkan dengan dua orang perawat pria ini walaupun jumlah ini bisa saja bertambah atau berkurang selama penyelidikan nanti. Yang jelas dua orang yang bekerja di dua rumah sakit yang sama ini diduga telah menghabisi nyawa pasien tanpa sebab yang jelas. Di saat yang sama, seorang perawat wanita juga dikenai tuduhan telah menutupi kasus kejahatan yang selama ini terjadi di sana.
Menurut hakim yang menangani kasus ini, tidak ada indikasi kalau dua orang perawat pria ini bekerja sama dalam menjalankan aksinya. Salah satu dari dua terdakwa ini mengaku terlibat dalam 5 kasus kematian sementara terdakwa yang lain menyebut angka 11. Dalam melakukan aksinya, dua orang ini menggunakan suntikan morfin dalam jumlah besar atau dengan cara lain yang bisa menyebabkan kematian dalam hitungan menit.
Sejauh ini belum ada informasi lain yang dilepas terkait tiga orang terdakwa ini mengingat mereka bertiga memang tidak punya catatan kejahatan sebelumnya. Ines Massioti, pengacara salah satu dari terdakwa, mengatakan kliennya membunuh karena sudah tak tahan lagi melihat penderitaan yang ada di sekitarnya.
"Setelah 20 tahun bekerja di UGD, dengan beban mental dan selalu 'berhubungan dengan kematian', dia sudah tidak sanggup menahannya lagi, ujar Ines Massioti seperti dikutip dari kantor berita Associated Press (19/03/2012).
Beberapa waktu sebelumnya, inspektur polisi Jose Luis Roldan sempat mengatakan pihaknya tengah menyelidiki kasus dugaan beberapa petugas rumah sakit telah memberi racun pada pasien dalam kondisi kritis di dua rumah sakit di Uruguay. Penyelidikan dipusatkan di rumah sakit Sociedad Espanola dan Maciel Hospital.
3.Perawat ini suntik mati 38 pasien karena jengkel
Spoiler for :
Merdeka.com- Polisi Italia kini tengah menyelidiki kasus apakah seorang perawat perempuan di sebuah rumah sakit membunuh 38 pasien setelah dia dituduh menyuntik seorang pasien dengan potassium dosis mematikan.
Polisi menangkap perawat bernama Daniela Poggiali itu di Lugo, sebelah utara Italia, setelah seorang pasien berusia 78 tahun meninggal karena penyakit biasa.
Kemarin polisi akhirnya memperluas penyelidikan mereka ke arah meninggalnya 38 pasien. Sepuluh di antara pasien itu meninggal mencurigakan, seperti dilansir surat kabar the Daily Mail, Senin (13/10/2014).
Kantor berita Central European melaporkan, perawat berusia 42 tahun itu dituding menyuntik pasien-pasien dengan potassium dosis tinggi sebab mereka atau keluarga mereka kerap membuatnya jengkel.
Koran Italia Libero Quotidiano menyatakan, seorang staf rumah sakit mengatakan Poggiali pernah meminta dia dipotret di samping pasien baru meninggal.
Laporan lain menyebutkan dia pernah bercanda telah menyuntikkan potassium dosis tinggi kepada pasien-pasiennya.
April lalu pasien bernama Rosa Calderoni, 78 tahun, meninggal mencurigakan. Hasil pemeriksaan menyatakan ada kadar potassium tinggi dalam aliran darahnya. Dosis itu sama dengan yang biasa dipakai sebagai hukuman mati di Amerika Serikat.
Namun jaksa mengakui ada kesulitan buat menjalankan penyelidikan ini karena potassium bisa menghilang dari aliran darah setelah beberapa hari, sehingga sulit dideteksi.
"Masih ada 38 kasus kematian mencurigakan. Sepuluh di antaranya sangat mencurigakan," kata Kepala Jaksa Alessandro Mancini dalam jumpa pers.
4.Bosan jadi perawat, pria ini bunuh 30 pasien
Spoiler for :
Merdeka.com - Perawat bernama Niels H (38) mengaku membunuh 30 pasien di Rumah Sakit Delmenhorst, dekat Ibu Kota Berlin, Jerman. Pria ini mulai diadili September lalu, karena terbukti membunuh tiga pasien dan mencoba membunuh lagi dua orang sakit lainnya.
Ketika menjalani tes kejiwaan di pengadilan pada Kamis (8/1), Niels mengungkap fakta mengejutkan. Korban yang dia bunuh lebih banyak dari perkiraan awal polisi.
Pria keji ini mengaku membunuh 30 orang karena bosan dengan pekerjaannya. Selain itu, dia ingin mempraktikkan kemampuan resusitasi (pacu jantung manual) yang biasanya dikuasai paramedis.
Niels merasa sangat jago melakukan resusitasi, sehingga puas bila pasien yang dia bikin nyaris mati bisa kembali sadar.
"Pelaku mengerti dia membawa kecemasan dan kesedihan bagi pasien dan keluarganya, namun dia tetap melakukan hal tersebut," kata psikiater yang berbicara dengan perawat itu Konstantin Karyofilis, dilansir dari Russian Today, Jumat (9/1).
Menurut psikiater, pelaku sekarang merasa sangat malu pada ulah bejatnya. Kepada sang psikiater, Niels memberikan pasien terutama yang sakit jantung, obat dengan dosis mematikan.
"Dia mengatakan dosis tersebut ia berikan agar si pasien dapat hidup kembali," ujar Karyofilis di pengadilan.
Semua orang menganggap kematian yang terjadi di klinik tempat si perawat tersebut di Delmenhorst merupakan kematian yang wajar. Mereka merasa para perawat telah berusaha keras untuk merawat keluarga atau orang lain yang sakit di klinik tersebut. Hingga akhirnya terkuak kasus ini.
"Jika tidak ditindaklanjuti, si pelaku dapat membunuh lebih banyak lagi. Dia sendiri pernah dihukum pada 2008 lalu," kata hakim pengadilan.
Obat yang dipakai oleh Neils untuk membunuh pasiennya adalah obat Gilurytmal (Ajmaline) yang biasanya digunakan kepada penderita sakit jantung. Obat ini disimpan dan digunakan di bawah kontrol yang ketat karena dapat menyebabkan kematian apabila dosis yang dipakai melebihi batas.
Kasus ini mirip dengan tindakan keji Daniela Poggiali di Italia tahun lalu. Perawat wanita itu terungkap menyuntik mati 38 pasien karena merasa mereka berisik. Daniela diduga memiliki gangguan jiwa, lantaran sempat berfoto dengan satu jenazah yang belum lama dia suntik mati.
5.Racuni 48 pasien jompo hingga tewas, perawat ini diburu polisi
Spoiler for :
Merdeka.com- Polisi Jepang kini tengah memburu seorang perawat yang diduga membunuh 48 pasien lanjut usia di Rumah Sakit Oguchi dekat Ibu Kota Tokyo.
Kecurigaan muncul setelah hasil otopsi terhadap dua pasien lansia, Sozo Nishikawa dan Nobuo Yamaki, keduanya 88 tahun, yang meninggal pada 18 dan 20 September lalu menyebutkan mereka meninggal karena diracun.
Koran the Daily Mail melaporkan, Jumat (30/9), bahan kimia ditemukan di kantong cairan antiseptik yang menyebabkan kedua jompo itu meninggal. Racun itu sama seperti yang terdapat pada disinfektan di ruang perawat rumah sakit.
Dari kematian dua lansia itu polisi kemudian menemukan 10 lagi kantong cairan dari 50 kantong yang tersimpan di ruang perawat di lantai empat rumah sakit itu.
Polisi meyakini cairan di dalam kantong itu disuntikkan dengan disinfektan ketika staf rumah sakit banyak sedang libur saat ada tiga hari tanggal merah.
Polisi saat ini sedang menyelidiki apakah 46 pasien sebelumnya yang meninggal di lantai empat rumah sakit itu juga diracun dengan cara yang sama. Kejadian banyaknya lansia meninggal itu terjadi selama 82 hari sejak 1 Juli lalu.
Pejabat rumah sakit mengakui kepada Kyodo News, mereka jadi khawatir terhadap banyaknya jumlah pasien lansia meninggal.
"Kami menyadari jumlah pasien yang meninggal meningkat sedikit," kata dia.
Sejauh ini penyelidikan polisi mendapat hambatan karena jenazah para korban sudah dikremasi.