Assalamualaikum

Halo, kaskuser. Siang ini aku mau cerita sedikit tentang pengalamanku sepanjang 2013 sampai awal 2016. Aku membagi ceritaku dalam beberapa bagian. So, ikuti terus ya.



Well, perjalanan pertamaku ke Kota Solo bermula dari tantangan seorang kawanku dari Sukoharjo (salah satu kabupaten yang berbatasan dengan Solo). Dia bernama Zhara. FYI, biar namanya Zhara, dia seorang pria tulen. Bahkan dia seorang metalhead garis keras. Aku mengenalnya dari acara kontak jodoh tempo hari. (Tapi kami hanya berteman, tak berjodoh)
Dia menantangku untuk berkunjung ke Solo sendirian. Sebelumnya, kami pernah bertemu di salah satu gig metal di Salatiga. Aku bukanlah seorang pemberani yang biasa bepergian seorang diri ke luar kota, bahkan Solo atau Surakarta belum pernah aku kunjungi sebelumnya. Namun, aku seorang yang menyukai tantangan. Dan, aku terima tantangan itu.
Pagi-pagi aku bersiap menuju Solo. Semua barang yang aku perlukan sudah berada di tas punggung kesayanganku. Dua jam akan aku habiskan dengan duduk mania di dalam bus jurusan Solo. Zhara, temanku, sudah mengkonfirmasi akan menjemputku di Terminal Tirtonadi. Tak pernah aku tahu seberapa luas terminal itu. Sebelah utara rumahku ada terminal bus, tapi tak begitu besar. Hanya sebuah sub terminal.
Headset sudah terpasang di telinga. Lagu-lagu berirama keras menghentak. Semangatku bertambah. Dalam otakku, banyak pertanyaan soal Solo. Seperti apa nanti situasi di sana? Seramai apakah kotanya? Bagaimana dengan Keratonnya? Dan masih banyak lagi pertanyaan.
Aku menikmati perjalananku sambil terus waspada dengan kondisi di sekitarku. Takut kalo ada copet atau orang jahat (too much, huh? But it's normal I think). Salatiga, Boyolali, Kartasura, dan akhirnya Surakarta! Tak perlu lah aku ceritakan bagaimana excited nya aku waktu itu. (Norak yeuh )
Zhara sudah menunggu di titik temu kami. Berpenampilan layaknya metalhead tulen (rambut gondrong dan pakaian serba hitam serta terkesan cuek). Aku duduk di belakangnya di atas sepeda motor matiknya. Aku memintanya membawaku berkeliling kota. Udara Surakarta siang itu cukup panas.
Zhara mengajakku ke Pasar Gede di daerah Pecinan. Sesuai dengan namanya, bangunan pasar itu memang besar dan luas. Aku selalu geli kalo inget hari itu. Dua orang, berambut panjang, berpakaian serba hitam, berkeliling pasar. Berasa kaya preman banget. Haha. Aku bisa baca dari tatapan orang-orang di sana yang mengamati kami dengan tatapan aneh, seperti melihat dua orang kriminal.
Lanjut! Kami berkendara lagi menuju Taman Sriwedari. Tak seperti yang kubayangkan, di sana tak ada tanah berumput dan bebungaan layaknya sebuah "taman". Hanya ada gedung pertunjukan wayang orang dan taman bermain di sana. Kami menghabiskan waktu menunggu sore sambil nongkrong di salah satu hik (kalo di Jogja namanya angkringan). Tempat jajan murah dan banyak ditemui di Solo.
Tepat jam 16.00, Zhara mengantarku ke terminal. Aku pun bersiap pulang dan berjanji akan kembali ke kota itu segera. Apalagi, di tahun 2013 itu ada satu festival musik metal di Solo.