WARTA KOTA, PALMERAH -- Apakah pembunuh Wayan Mirna Salihin (27), yang mencampur es kopi dengan sianida yang sangat mematikan adalah salah satu dari dua sahabatnya?
Mungkinkah salah satu dari mereka menjadi pelaku pembunuhan dengan cara yang sangat kejam itu?
Reaksi sianida langsung bekerja sangat cepat setelah dicampur dengan es kopi Vietnam yang disajikan di Olivier, sebuah kafe di Grand Indonesia.
Dari rekaman suara yang beredar hasil pemeriksaan di polsek Tanah Abang, sebagaimana diakui oleh bapak kandung Mirna, Dermawan Salihin, terdapat kronologi di mana kopi itu sudah dipesan oleh salah satu sahabat Mirna, sebelum Mirna dan Hani hadir di sana.

Pemesan minuman itu adalah Jessica, yang juga mengatur penempatan minuman untuk Mirna dan Hani.
Minuman itu sudah tersedia 15 menit sebelum korban tiba di sana.
Dalam rekaman hasil pemeriksaan itu, Jessica disebutkan sudah ada di cafe itu satu jam sebelumnya dan langsung membayar semua tagihan minuman maut yang kemudian disajikan kepada korban.

Polisi sudah mengantongi sejumlah bukti terkait kasus pembunuhan ini, tapi batal mengumumkannya, Selasa (26/1/2016).
Polisi sudah mempunyai calon tersangka dan Direskrimum Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti menyatakan, pelaku pembunuhan itu sedang gelisah dan cemas.
"Kamu tahu ga? Orang yang deg-degan ini, sekarang lagi nonton dan pengen denger. Ini polisi lagi ngapain, jaksa ngapain. Saya tahu. Tapi kan karena keterbukaan publik, saya kasih beberapa. Tapi ada hal-hal yang harus rahasia," ujar Krishna di Polda Metro Jaya, Selasa sore.
Meski sudah memberikan semacam isyarat siapa calon tersangkanya, sejak awal kasus ini terkuak sebagai kasus pembunuhan, polisi masih belum mengumumkannya.

Sebagian kalangan publik geregetan dan tampak dari komentar-komentar yang disampaikan pembaca dengan masing-masing punya penilaian sendiri-sendiri.
Reaksi racun sianida itu sangat cepat meski es kopi itu hanya diminum seteguk saja oleh korbannya.
Pelakunya tahu, racun ini sangat efektif untuk membunuh korban, sehingga sudah menghitung kemungkinan, korban tidak akan selamat karena sianida bekerja secara ganas dalam hitungan menit, sehingga korban diyakini sudah tewas sebelum sampai di rumah sakit untuk mendapatkan pertolongan.

Sementara itu, sebagaimana disampaikan Kompas.com, Hani dan Jessica Kumala Wongso mendapat porsi pemeriksaan yang sama oleh penyidik Unit 1 Jatanras Direktorat Reserse Kiriminal Umum Polda Metro Jaya.

Keterangan keduanya penting lantaran dianggap mengetahui persis bagaimana kematian Mirna. Namun, karakter antara Hani dan Jessica sangat berbeda.

Sepanjang penyelidikan yang dilakukan polisi, mulai dari pra-rekonstruksi hingga pemeriksaan lanjutan, karakter keduanya mulai terkuak.

Hani, sedari pra-rekonstruksi di Kafe Olivier pada beberapa waktu lalu, sudah terlihat aktif menjelaskan ke penyidik kronologi kematian Mirna.

Berada di sisi kanan Mirna, Hani tampak menjelaskan bagaimana Mirna merasakan kopinya berbau tak sedap, sehingga akhirnya sahabatnya tersebut kejang-kejang dan mengeluarkan busa usai meminum kopi Vietnam.

Hani juga berusaha untuk menelepon suami Mirna terkait kondisi istrinya.

Kondisi tersebut kemudian disebut oleh polisi sebagai kepanikan.

"Hani waktu kejadian panik. Jadi beberapa hari kemudian ditanya dia lupa," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Krishna Murti di Jakarta, Senin (26/12/2016).

Kepanikan Hani juga tampak saat ia kembali diperiksa oleh penyidik pada Senin (25/1/2016). Usai diperiksa, Hani tak sedikit pun berkomentar.

Wajahnya tampak panik dan terus menghindar dari wartawan. Dua kali diperiksa, dua kali pula Hani menghindar lalu pergi.

Berbeda dengan Hani, karakter Jessica, sahabat Mirna lainnya, lebih tenang.

Pembawaan tenang Jessica mulai terbaca saat pra-rekonstruksi di Kafe Olivier, beberapa waktu lalu.

Berada di sisi kiri Mirna, saat itu, Jessica tak banyak berbicara. Ia lebih memperhatikan Hani dalam menjelaskan kondisi Mirna usai minum kopi.

sumur