Dear agan sekalian, disini ane mau curhat sekaligus mau minta petunjuk dan solusinya untuk kasus pembangunan gapura depan rumah orang tua ane. Kebetulan rumah orang tua ane depan persis kantor RW. Jadi begini kronologisnya:
1. Beberapa hari/minggu yang lalu (ane lupa tepatnya tanggal berapa) perwakilan dari RW tempat orang tua ane tinggal meminta ijin untuk pembangunan gapura di depan rumah. Pada saat itu ijin hanya berupa lisan dan tidak ada gambaran mengenai gapura tsb seperti apa dan berapa besar, kebetulan orang tua ane ga paham tentang gapura dan mengijinkan gapura itu dibangun, kebetulan waktu itu keadaan orang tua ane baru bangun tidur jadi tidak sepenuhnya sadar. Dan disini memang ane akui orang tua ane agak sedikit salah salah dalam mengambil keputusan karena tidak berkoordinasi dulu dengan anggota keluarga lainnya.
2. Setelah berjalan beberapa lama pembangunan gapura itu ternyata ukurannya lumayan besar dan terbuat dari beton atau coran (ane ga begitu paham konstruksi) dan hasilnya benar-benar menghalangi depan rumah walaupun sebenarnya persisnya depan pagar rumah. Tetapi secara akses masuk dan keluar apabila orangtua ane membongkar pagar dan ingin membuka usaha jadi terhalang gapura tsb dan akhirnya anggota keluarga ane komplain dan kesal tiap melihat pembangunan gapura dan merasa dirugikan karena beberapa alasan, yaitu menghalangi akses keluar masuk rumah sehingga tidak membuat nyaman kapanpun yang diinginkan tanpa gangguan, mengurangi keindahan pemandangan depan, dan yang terakhir adalah mengurangi nilai jual harga rumah apabila suatu saat rumah tsb dijual.
3. Akhirnya kakak (perempuan) ane yang tinggal di rumah tersebut menghubungi ane untuk minta pendapat pada tanggal 10 des '15 kemarin atas masalah tsb. Pada saat menghubungi, ane sudah menyalahkan kakak ane kenapa dulu diijinkan dan baru diberitahu sekarang setelah pembangunan gapura berlangsung walaupun belum selesai. Karena ane emosi akhirnya dari kantor siang-siang meluncur lha ke rumah orang tua untuk melihat keadaannya seperti apa dan benar saja ane disitu langsung emosi ngeliat gapura sebesar itu dan tidak tahu sebenarnya tujuannya buat apa dan terlalu memaksakan pembangunannya. Yang ane tau informasi pembangunan tsb merupakan hadiah dari salah satu perusahaan dan bukan dari kas RW, tapi ini harus ane cari tau lebih lanjut. Intinya gapura itu sangat merugikan bagi pihak keluarga ane.
4. Siang itu juga kakak ane menghubungi ketua RT untuk diskusi mengenai masalah tsb dan ternyata ketua RT tsb hanya menyesalkan kenapa dulu diijinkan dan sekarang dibilang sudah terlambat (sungguh bukan merupakan solusi). Ane berinisiatif untuk menemui ketua RW karena ketua RT tidak ada solusi. Karena ketua RW masih belum pulang kerja dan baru bisa ditemui malam. Karena hal tsb, ane balik lagi lha ke kantor karena harus masuk kantor lagi dan akan balik lagi malam ke rumah orang tua ane.
5. Jadilah ane datang lagi ke rumah orang tua ane buat nemuin ketua RW bersama orang tua berharap agar dapat solusi atau win-win solution. Singkat kata, tidak ada solusi yang diberikan malah yang ada ceramah (walaupun bukan ustad) yang intinya bahwa gapura tsb dibangun di atas negara (lebih tepatnya di atas got) dan harus merelakan dan mengikhlaskan depan rumah ada gapura ditambah bahwa sudah pernah ijin dan disetujui walaupun menurut ane itu lemah karena tidak ada surat atau dokumen hitam diatas putih. Dari situ ane menyimpulkan bahwa nih ketua RW ingin menunjukkan bahwa masa kepengurusan dia berhasil dengan membangun gapura di daerah RW nya yang katanya akan membangun 4 gapura. Padahal sebelumnya sudah banyak omongan bahwa gapura tsb membuang-buang uang dan tidak begitu terasa manfaatnya apalagi sudah merugikan begitu pihak keluarga ane.
6. Malam kemarin ane searching di google untuk mengetahui apakah masalah tersebut dapat dituntut secara hukum karena pembangunan gapura tsb merugikan pihak lain. Dan yang ane temuin ada KUHPer pasal 1365 yang menyebutkan bahwa "Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada pihak lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut." Dalam hal ini keluarga ane telah dilanggar hak subjektifnya karena sebagai pemilik rumah tidak dapat keluar rumah dengan nyaman dan kapanpun tanpa adanya gangguan.
7. Dan akhirnya karena ane dah bingung, ane membuat thread ini dengan harapan yang sangat besar untuk menemukan solusi yang tepat terutama para ahli hukum. Apakah masalah tsb dapat ane bawa ke meja hukum dengan dasar yang ane temukan di google semalem atau ada tambahan pasal lain yang mendukungnya atau seharusnya bagaimana.
Sekian curhat dari ane, mohon petunjuknya agan-agan sekalian. Sorry jika threadnya berantakan. Thx...


Update: Hari ini tgl 16 Dec '15 karena tidak ada solusi dari pihak RT dan RW, akhirnya ane eskalasi ke kelurahan untuk mengadukan perihal gapura tsb. Awalnya ane bertemu dengan Sekkel (Sekretaris Kelurahan) karena Bu Lurahnya sedang ada tamu. Ane sangat apresiasi dgn Sekkel tsb karena stlh mengadukan, beliau lgsg action dgn memerintahkan Satpol PP untuk mengecek TKP. Ane pikir klo Sekkel nya aja lgsg action gt, pasti Lurahnya pun akan berbuat hal yg sama. Akhirnya stlh tidak ada tamu, ane sm kk lgsg menemui Bu lurah untuk membicarakan perihal gapura tsb, ane ceritakan lha dari A dan Z dan Alhamdulillah walaupun menyayangkan gapura itu sudah hampir jadi baru lapor, dia tetap menyalahkan bahwa gapura tsb menyalahi aturan krn dibangun di atas got dan ijinnya pun tidak dgn hitam di atas putih. Dan solusi yg ditawarkan beliau adalah ingin musyawarah dgn kami, pengurus RT dan RW untuk cari win-win solution. Harusnya sih pukul 15.30 hari ini beliau janji akan dtg untuk meninjau lgsg ke TKP tp belum datang. Nanti akan ane update lg jika udah ada progressnya mengenai solusi dari mslh ini.