Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mahadewakuntiAvatar border
TS
mahadewakunti
Pahlawan Nasional Indonesia yang Beragama Buddha
Pahlawan Nasional Indonesia yang Beragama Buddha

Paramita Gotami | Monday, 17 August 2015 22.14 PM Person



Sutar Soemitro

Walaupun bukan agama mayoritas, umat Buddha ikut memiliki andil dalam usaha merebut kemerdekaan Indonesia. Jumlahnya memang tidak banyak, tapi ada juga loh pahlawan nasional yang beragama Buddha atau menjalankan Buddhisme. Tiga nama berikut patut dikedepankan. Mungkin masih ada nama lain yang belum diketahui.

 

Jenderal Gatot Subroto



Salah satu pahlawan nasional beragama Buddha yang terjun langsung dalam berbagai pertempuran melawan penjajah adalah Jenderal Gatot Subroto. Ia adalah tokoh asal Banyumas, Jawa Tengah yang merupakan penggagas akademi militer gabungan –sekarang dikenal dengan istilah AD, AU, dan AL– untuk membina para perwira muda.

Jenderal Gatot Subroto dikenal sering membantu perkembangan agama Buddha di Indonesia kala Buddhisme luntur dan berusaha disebarkan lagi di Nusantara. Istrinya bahkan pernah memimpin rombongan wanita Buddhis perwakilan dari Indonesia dalam Konferensi Wanita Buddhis Sedunia di Jepang pada tahun 1961.

 

Brigjen Soemantri M.S.

Kemudian ada Soemantri Mohammad Saleh. Soemantri Mohammad Saleh adalah salah satu pasukan dari GPH Djatikusumo dan Gatot Subroto di struktural pasukan PETA yang kemudian menjabat sebagai Brigadir Jenderal di TNI.

Dibesarkan dalam keluarga Islam dengan nuansa Jawa yang kental tidak membuatnya mengurungkan niat untuk belajar mengenai agama Buddha. Setelah lama menjadi seorang Muslim, ia bertemu dengan Bhikkhu Ashin Jinarakkhita. Ia begitu terpesona dengan ajaran Buddha hingga akhirnya berpindah keyakinan dan menjadi seorang Buddhis. Namanya pun diubah menjadi M.U. Sasanasinha Soemantri M.S. Ia kemudian terpilih menjadi ketua Perwalian Umat Buddha Indonesia (WALUBI) pada tahun 1982. Selama masa itu juga, ia menjabat sebagai asisten gubernur DKI Jakarta.

 

R.A. Kartini



Agama Buddha tidak hanya menarik perhatian dua perwira tersohor semasa perjuangan kemerdekaan. Raden Ajeng Kartini, pelopor pejuang hak-hak perempuan juga menjadi salah satu pahlawan nasional yang memiliki keyakinan pada ajaran Buddha.

Lewat surat-surat kepada sahabat-sahabatnya di luar negeri ketika ia memperjuangkan hak-hak perempuan, R.A. Kartini seringkali menggunakan istilah yang berhubungan dengan Buddhisme seperti ”Boeddhabeeld ” yang berarti arca Buddha, ”Boeddha-kindje” yang berarti anak Buddha, ”Boeddhisme” yang berarti Buddhisme, dan ”Bodhisatwa” yang berarti calon Buddha. Ia bahkan memilih untuk menjadi vegetarian dan menyebut dirinya sendiri “anak Buddha”.

Dalam buku “Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang), salah satu surat Kartini kepada R.M. Abendanon-Mandri yang berhasil dikumpulkan oleh J.H. Abendanon, tertulis kutipan pernyataan dari Kartini mengenai pilihannya bervegetarian: Ik ben een Boeddha-kindje, weet u, en dat is al een reden om geen dierlijk voedsel te gebruiken; Saya adalah anak Buddha, Anda tahu, itu alasan saya tidak memakan makanan hewani. (Door Duisternis tot Licht: 277)

Dalam tiga suratnya yang lain, Kartini memuji buku karya Harold Fielding berjudul ”De Ziel van een Volk” (Jiwa Suatu Bangsa) yang diterjemahkan oleh Felix Orrt ke dalam bahasa Inggris. Buku ini berisi pengalaman dan pengetahuan penulis mengenai ajaran Buddha serta bagaimana masyarakat Myanmar menerapkan dan menerjemahkan ajaran dalam kehidupan mereka.De Ziel van een Volk juga membahas mengenai kedudukan kaum perempuan yang secara umum setara dengan pria, pernikahan yang dianggap murni urusan duniawi bukan urusan agama, dan peran perempuan dalam keagamaan yang ”lebih religius tapi tidak serius”, yang berbanding terbalik dengan kaum laki-lakinya.

Gagasan Kartini mengenai emansipasi wanita kemudian lahir dan berkembang di Indonesia. Wanita Jepara yang banyak terinspirasi oleh ajaran Buddha ini menjadi satu lagi bukti bahwa keberagaman dan perbedaan menimbulkan banyak dampak positif dan bahwa keberagaman adalah napas bangsa yang harus kembali berembus di usia ke-70 ini.

http://buddhazine.com/pahlawan-nasio...ragama-buddha/

semua agama telah ikut berjuang dalam kemerdekaan negeri ini, tak cuma satu agama aja. ada tambahan lagi nggak ya pahlawan yang beragama buddha. jaman dulu banyak agama , nggak begitu masalah
Diubah oleh mahadewakunti 10-11-2015 03:32
0
23.2K
39
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan