Metrotvnews.com, Jakarta: Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) terus mengalami penurunan. Kondisi ini yang menyebabkan pengusaha makanan dan minuman (mamin) melakukan penyesuaian harga mengingat bahan baku utama industri ini berasal dari impor.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) Adhi S Lukman mengakui, saat ini industri mamin semakin terdesak karena nilai tukar rupiah yang hampir mencapai Rp15 ribu per USD. Bahkan, beberapa pengusaha mamin telah mengalami pembengkakan pada biaya produksinya.

"Sudah terjadi (pembengkakan biaya produksi), terutama (bahan bakunya) impor. Saya sangat yakin ini berat bagi perusahaan," ujar Adhi usai hadiri acara dialog investasi dengan tema Dampak Deregulasi terhadap Investasi di kantor Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Jalan Jenderal Gatot Subroto No 44, Jakarta Selatan, Jumat (25/9/2015).

Maka itu, pemerintah diminta menjaga nilai tukar rupiah agar tak semakin terdepresiasi. Ia meminta pemerintah menjaga rupiah maksimal di level Rp15 ribu per USD. Jika melewati batas itu, pengusaha mamin akan menaikkan harga jual produk mereka.

"Perkiraan (nilai tukar rupiah terhadap USD) Rp15 ribu maksimum, harus dibawah itu. Tentunya (menaikkan harga jual produk mamin) ini merupakan kebijakan masing-masing perusahaan," papar dia.

Adhi menyebut, kenaikan harga jual produk tersebut merupakan kebijakan bagi perusahaan mamin yang bahan bakunya berasal dari impor. Asosiasi sendiri tidak menyarankan kepada pengusaha mamin untuk menaikkan harga jual, karena kenaikan harga jual berdampak besar pada inflasi.

"Tergantung, karena gula hampir 100 persen impor, susu juga 70 (persen impor), terigu 100 (persen impor) juga, konsentrat buah 70 persen impor. Flavour juga. Hampir sebagian besar ketergantungan impor. Tahun depan mau tidak mau naikkan harga (jika rupiah semakin terdepresiasi)," pungkas Adhi.
(AHL)


sumur