Saat meninggalkan negaranya, cita-cita Khassim, sebut saja demikian, hanya satu: menikahi janda tua dan memulai hidup di negeri asing. Pria 45 tahun ini melakukannya dalam upaya untuk melarikan diri dari masa lalu dan memiliki masa depan yang lebih baik.
Memilih janda tua, kalau bisa tanpa anak, bukan tanpa alasan. Ia ingin pernikahannya berlangsung tanpa kerumitan dan keberatan dari siapa pun. Adalah 'bonus' saja jika sang janda memiliki rumah sendiri. Dengan menikah, ia akan mendapat status penduduk tetap dan akhirnya, kewarganegaraan.
Terlalu muluk-muluk? Tidak. Cita-citanya bermuara di Perlis, Malaysia. Seorang janda 65 tahun, yang ingin dikenal hanya sebagai Habibah, jatuh cinta padanya dan mereka pun menikah. Ada beberapa kandidat janda yang 'meminang' dia sebagai suami, tapi pilihan jatuh pada Habibah.
"Kami mendapatkan status sebagai suami-istri secara legal. Hal seperti ini bisa diselesaikan dengan cepat di desa kami tanpa banyak masalah," kata Habibah. Dengan menikahi pria lebih muda, ia bisa mengelola ladangnya dengan lebih optimal.
Di Perlis, jumlah imigran gelap asal Rohingya berlipat tahun ini. Seorang mantan anggota parlemen Perlis pada The Straits Times menyatakan banyak pemuda Rohingya yang memikat pada gadis dan menikahinya. Tak sedikit yang melakukan kimpoi lari karena tak direstui keluarganya.
"Banyak yang khawatir bahwa dari waktu ke waktu orang-orang Rohingya ini melalui pernikahan dengan penduduk setempat, bisa menikmati manfaat yang sama seperti penduduk setempat," katanya.
Kekhawatiran diungkapkan oleh orang-orang yang bukan tanpa dasar, karena banyak dari pengungsi Rohingya yang berencana untuk membawa sisa keluarganya setelah mereka memiliki kehidupan di tempat barunya.
Khassim dan Hussin, misalnya, adalah di antara mereka yang mengharapkan untuk membawa anggota keluarga mereka pada akhir tahun ini. Keduanya mengatakan persiapan sedang dilakukan di desa mereka di Myanmar untuk membawa sekitar 300 orang ke Malaysia.
"Ada harapan di sini yang merupakan negara muslim. Kami jauh lebih bahagia di sini," kata Khassim. Khassim dan Hussin mengatakan banyak dari kerabat mereka di Myanmar yang ditembak atau dibakar sampai mati.
SUMBER