Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

kenjtosAvatar border
TS
kenjtos
Petani Beras: "Pemerintah Tak Mau Tahu, Sik Penting Ngomonge Ngalor-ngidul.."
JAKARTA, KOMPAS.com – Petani beras asal Sragen, Parmin Jafar mengaku kesal lantaran pemerintah belum menunjukkan kinerjanya di sektor pertanian. Terang-terangan dalam diskusi bertajuk "Beras dan Kedaulatan Pangan", digelar KAGAMA dan harian Kompas, Sabtu (23/5/2015), Jafar meminta Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman untuk memperbaiki kinerja.

Bahkan ketika ditanya oleh pemandu diskusi soal hobi menteri Amran yang "blusukan" menilik ladang persawahan, Jafar pun hanya membalas dengan apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan.

"Akhir-akhir ini pemerintah tidak mau tahu. Sik penting ngomonge ngalor-ngidul," kata Jafar.

Produktivitas pertanian sawah utamanya untuk komoditas padi diakui Jafar terus menurun dari tahun ke tahun. [Baca: Petani: Apa yang Dikatakan Pembantunya Presiden Itu "Lagu Lama"..]

Berkurangnya lahan pertanian ditambah makin rentannya tanaman padi terhadap risiko penyakit menjadi beberapa faktor musababnya.

Perbaikan penyaluran pupuk dan irigasi belum terasa. Sementara itu, kebijakan harga pembelian pemerintah (HPP) tidak menunjang perbaikan kesejahteraan petani.

Penyaluran pupuk yang juga masih telat, membuat petani mengeluarkan biaya lebih tinggi untuk produksi pertanian.

Jafar mengatakan, jika tidak diperbaiki dari sekarang, tidak akan ada pemuda generasi penerus yang mau bertani.

"Karena hasil dari pertanian tidak dihargai sama sekali oleh pemerintah," kata dia menyesalkan rendahnya HPP.

Dia berharap ada itikad dari pemerintah misalnya untuk memperbaiki kebijakan HPP sehingga penyerapan yang dilakukan Perum Bulog bisa bersaing dengan pasar.

"Kalau petani tidak diperhatikan pemerintah, tidak mungkin petani bangkit. Pasti akan gulung tikar," kata Jafar.

http://nasional.kompas.com/read/2015...Ngalor-ngidul.


=====================



Petani: Apa yang Dikatakan Pembantunya Presiden Itu "Lagu Lama"..


JAKARTA, KOMPAS.com – Kebijakan pemerintah khususnya dalam hal ini yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian dinilai sebagai sebuah lagu lama. Setidaknya itulah yang dirasakan petani sekaligus pedagang beras asal Sragen, Parmin Jafar, yang merasa apa yang disampaikan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berbeda jauh dengan fakta yang dialami di lapangan.

Dalam diskusi bertajuk "Beras dan Kedaulatan Pangan" digelar KAGAMA dan harian Kompas, Sabtu (23/5/2015).

Jafar mengatakan, selama ini permasalahan yang dihadapi oleh para petani masih sama saja seperti tahun-tahun sebelumnya, di antaranya berkurangnya lahan pertanian, penyaluran pupuk yang tidak tepat waktu, hingga penyerapan oleh Bulog yang terkesan setengah hati, dan meleset dari masa panen raya.

Menurut dia, kondisi tersebut diperburuk dengan risiko tanaman saat ini yang mudah sekali terserang penyakit. Belum lagi faktor musim, yang memaksa para petani untuk merogoh ongkos produksi lebih dalam.

"Biayanya tinggi di musim kemarau, karena untuk memompa air. Per hektare antara Rp 10-Rp 12 juta," kata Jafar.

Sementara itu, perbaikan penyaluran pupuk yang didengungkan Menteri Amran pun, tidak dilihatnya pada kondisi riil.

Petani terpaksa membeli pupuk dari toko-toko dengan harga hingga Rp 135.000, jauh lebih mahal dibandingkan pupuk subsidi, yang harganya hanya Rp 95.000.

"Waktu mau memupuk, tidak ada pupuk," kata Jafar. Soal produktivitas, Jafar juga menyampaikan kondisi di lapangan rasanya mustahil dari yang disampaikan Menteri Amran.

Amran dalam berbagai kesempatan menyatakan, produktivitas gabah kering panen (GKP) bisa digenjot hingga mencapai 7 ton per hektare.

Di sawahnya, Sragen, rata-rata produktivitas hanya mencapai 6,4 hingga 7 ton per hektare, untuk gabah basah.

"Pak Menteri mungkin bisa bilang 1 ha 7 ton gabah kering, tetapi mungkin bukan di tempat saya. 7 ton per ha gabah basah itu sudah maksimal," ucap Jafar.

Lebih lanjut dia bilang, untuk penyerapan dari Bulog, petani berharap gabah dan beras bisa diserap setara dengan penyerapan pasar, dan tidak hanya menjadi aktivitas "gotong royong".

apa yang dikatakan Bapak Menteri, pembantunya Presiden itu cerita lagu lama. Halah wes ora kaget. Petani dibohongi Pak. Cangkemmu!" ujar Jafar.

http://nasional.kompas.com/read/2015...Itu.Lagu.Lama.


Wah dasar petani panasbungemoticon-Mad (S)
Diubah oleh kenjtos 23-05-2015 14:28
0
2K
41
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan