Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ASBeWareAvatar border
TS
ASBeWare
Dokter Menggugat: Tolong Jangan Tulis Berita Fitnah!
Spoiler for Salam:



Spoiler for Jangan Dibuka:



BUKAN KLARIFIKASI DAN BUKAN PEMBELAAN - HANYA BICARA FAKTA MENGENAI PEMBERITAAN MEDIA MASSA YANG SERINGKALI MENYUDUTKAN PROFESI KESEHATAN !!



Bayi di Makassar Meninggal Setelah Ditolak 4 Rumah Sakit

Sungguh malang nasib Revan Adhyaksa, 1 tahun 3 bulan. Balita dari pasangan Andi Amir dan Nirmawati itu meninggal dunia akibat sakit muntaber, Rabu petang, 26 Juni 2013. Ironisnya, balita tersebut sempat ditolak empat rumah sakit dengan alasan kamar penuh.

Amir menceritakan, anaknya menderita muntaber sejak Selasa. Namun semakin kritis pada Rabu siang. Ia bersama istrinya kemudian membawa ke RS Daya, Makassar. Sempat dirawat beberapa jam, Revan kemudian di rujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo.

“RS Daya angkat tangan, makanya langsung disuruh bawa ke RS Wahidin dan langsung dirawat di UGD,” kata Andi Amir, kepada wartawan.

Namun, Revan hanya menjalani perawatan selama 1 jam di RS tersebut karena pihak RS menyuruh keluarga korban untuk dipindahkan ke rumah sakit lain. “Saya disuruh cari rumah sakit lain karena alasan kamar penuh,” kata Andi Amir yang mengaku hanya membawa bekal kartu fasilitas Jaminan Kesehatan Daerah.

Dengan pasrah ia kemudian membawa anak bungsunya itu ke RS Ibnu Sina. Dengan alasan sama, yakni kamar penuh, Revan kembali ditolak. Beruntung, karena pihak RS masih melakukan tindakan terhadap Revan meski di atas mobil ambulans.

Petualangan orangtua Revan mencari rumah sakit belum berakhir. Ia bersama istrinya, Nirmawati, membawa Revan ke rumah sakit Awal Bross. Lagi-lagi pihak rumah sakit tidak menerima bayi tersebut dan hanya memeriksanya di atas ambulans.

Dengan kondisi yang makin kritis, balita kemudian di larikan ke RS Akademis. Sang bayi diterima dan langsung ditangani di ruang ICU. Tapi sayangnya, di RS tersebut, Revan meregang nyawa.

Rabu petang, sang bayi kemudian langsung dipulangkan dari RS Akademis ke rumah duka di Jalan Haji Kalla. Korban kemudian dimakamkan Kamis pagi di Tempat Pemakaman Umum Panailkang. (eh)

Sumber: Vivanews.com dan TV ONE

——————————————————–
Pemberitaan dan pencitraan negatif dimedia terus dan terus bermunculan, tanpa mereka sadari wartawan penulis berita semacam ini sebenarnya telah melakukan FITNAH keji krn menulis berita hanya berdasarkan asumsi mereka sendiri tanpa melakukan konfirmasi ataupun mencari data fakta sumber yg jelas.

Dalam tulisan diatas dituliskan bayi revan adhitya usia 1 tahun meninggal dunia karena penyakit muntaber krn ditolak 4 rumah sakit. Judul yg indah sekali bukan utk membentuk opini dimasyarakat bahwa sarana dan tenaga medis di negeri ini terkesan KEJAM.

Tulisan ini bukan pencitraan ataupun pembelaan, namun klo mau disebut pembelaan silahkan saja, krn memang nyatanya kami mau meluruskan apa yg sebenarnya seringkali terjadi dirumah sakit hingga ujungnya selalu saja dibilang MENOLAK pasien. Berikut sedikit analisa “pembelaan” yg kami buat, walaupun kami tak sepandai menulis seperti seorang wartawan tp semoga anda sbg pembaca bisa mencerna dan memahaminya.

1. Bayi Revan, usia sekitar 15 Bulan, masih sangat kecil, imu-imut dan tentu saja daya tahan tubuhnya jg msh sangat lemah, serta rawan utk terserang penyakit. Tubuh bayi pun sekitar 80 % masih terdiri dari cairan sehingga jika sampai kehilangan banyak cairan sangat berbahaya baginya.

2. Bayi Revan, menurut keterangan terserang MUNTABER (muntah dan berak) kalau bahasa medis kita sebut Gastrointestinal Acute atau ada yg menyebutnya Diare Akut, gejalanya biasanya berupa muntah dan BAB cair lbh dari 3 kali jika tidak segera ditangani penderita bisa mengalami dehidrasi/kehilangan cairan yg diklasifikasikan ke dalam dehidrasi ringan, sedang dan berat (yg mengancam jiwa).

3. “Amir menceritakan, anaknya menderita muntaber sejak Selasa. Namun semakin kritis pada Rabu siang. Ia bersama istrinya kemudian membawa ke RS Daya, Makassar. Sempat dirawat beberapa jam, Revan kemudian di rujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo.” Coba disimak baik2 kondisi semakin kritis” >> berarti saat dibawa ke rumah sakit kondisi pasien sudah parah, berarti kt bisa menyimpulkan sementara bahwa anak tersebut kemungkinan besar mengalam ” DIARE AKUT DEHIDRASI BERAT”. Namun entah krn pertimbangan apa krg tahu, knp tidak sejak awal pasien mengalami diare tdk segera dibawa ke rmh sakit.

4. Untuk tindakan diare dehidrasi berat semacam ini apa yg harus dilakukan ?? yaitu penggantian cairan tubuh sesegara mungkin untuk mengganti cairan tubuh yg hilang karena diare dengan pemasangan INFUS dan psang infus pada pasien dehidrasi berat tidak semudah membalikan telapak tangan, krn pembulah darah sudah kolaps/menyempit sehingga terkadang byk tenaga medis yg kesulitan/gagal memasang INFUSnya sehingga memerlukan keahlian khusus yg biasanya dilakukan oleh ahli bedah/ dokter yg terlatih dgn melakukan VENA SECTION. Itulah kenapa rumah sakit pertama “DAYA” barangkali menolak dan merujuknya karena pd rumah sakit tersebut tidak memiliki kemampuan utk merawat pasien tersebut. Klo tidak dirujuk apa akan dibiarkan begitu saja disana tanpa pertolongan yg lbh baik ?? tentu tidak bukan.




5. “Namun, Revan hanya menjalani perawatan selama 1 jam di RS tersebut karena pihak RS menyuruh keluarga korban untuk dipindahkan ke rumah sakit lain. “Saya disuruh cari rumah sakit lain karena alasan kamar penuh,” kata Andi Amir yang mengaku hanya membawa bekal kartu fasilitas Jaminan Kesehatan Daerah.” >> Revan hanya di rawat 1 jam di RS Wahidin Sudirohusodo >> tetap dirawat bukan walau hanya 1 jam dan hanya berbekal kartu JAMKESDA. Pasien tidak membawa uang sepeserpun juga dirawat bukan ?? kalau ada yg blg orang miskin tidak ditolong itu sungguh sebuah FITNAH yg sangat kejam. Revan pun jg dirujuk menggunakan AMBULANCE, dia tidak dibiarkan pergi/diusir begitu saja tanpa didampingi/ tidak mendapatkan pertolongan apapun bukan ?? *Baca bagian bawah artikel vivanews diatas (Revan akhirnya dirawat di ICU)

6. “Dengan pasrah ia kemudian membawa anak bungsunya itu ke RS Ibnu Sina. Dengan alasan sama, yakni kamar penuh, Revan kembali ditolak. Beruntung, karena pihak RS masih melakukan tindakan terhadap Revan meski di atas mobil ambulans.” >> Revan msh ditolong bukan dan diantar dengan ambulance walaupun dia hanya memawa kartu jamkesda ?? dia jg tidak diribeti dgn urusan pembayaran ini itu bukan ?? lalu knp srgkali opini masyrakat blg kalau org miskin tidak dilayani ??

7. Lalu kenapa di RS Ibnu Sina jg dibilang kamar penuh ?? kamar penuh yg dimaksud adalah ICU (intensive care unit ) dimana pasien tersebut harus dirawat dengan benar-benar intensive karena kalau lengah sedikit saja kematian siap menjemput. Itulah yg terjadi pd REVAN, pasien ini memerlukan PROTAP perawatan di ICU atau lbh tepat pada ruang PICU (Perinatal Intensive care Unit) krn kondisi dehidrasi beratnya tapi rumah sakit Ibnu sina dan rs wahidin kemungkinan besar ruang PICU nya terbatas / memang sudah terpakai semua atau memang tidak mempunya ruang PICU. Perlu diketahui utk membangun satu tempat tidur ICU/PICU saja rumah sakit memerlukan biaya yg sangat besar dan dilengkapi alat2 canggih dan tenaga kesehatan yg terlatih sehingga tidak semua rumah sakit bisa menyediakan itu semua. Bahkan rumah sakit yg besar sekalipun biasanya hanya menyediakan 5-10 bed/ tmpt tidur di ICU dan tidak semua memiliki fasilitas ruang PICU. Itulah juga sebabnya kenapa tidak semua rumah sakit memiliki ICU apa lg PICU. Sementara kondisi pasien ini memerlukan perawatan di ICU, krn jika tidak sama saja kita membiarkannya mati secara perlahan tanpa penanganan yg tepat. kalau sudah begitu kita pilih utk di RUJUK ke RS lain atau membiarkannya meninggal di UGD ??

8. “Petualangan orangtua Revan mencari rumah sakit belum berakhir. Ia bersama istrinya, Nirmawati, membawa Revan ke rumah sakit Awal Bross. Lagi-lagi pihak rumah sakit tidak menerima bayi tersebut dan hanya memeriksanya di atas ambulans.” RS awal bross ini setau kami adl RS SWASTA dan tidak semua RS swasta terutama yg baru berdiri memiliki ICU atau memiliki ICU namun jg ruangannya terbatas ataupun memang rs tersebut tdk bekerja sama dgn pemerintah utk melayani pasien JAMKESDA. Makanya pasien tersebut akhirnya hanya diperiksa di Ambulance. >> lalu kenapa akhirnya ditolak juga ?? kembali ke nomor 6 diatas, pasien ini memerlukan perawatan di PICU, jadi percuma saja dia di rawat disana jika fasilitas PICU tidak ada. Namun perlu diingat, dalam proses pengantaran/rujukan pasien ini dengan AMBULANCE, jadi pasien ini tentu saja pastilah sudah mendapat pertolongan pertama dan juga dikawal oleh tenaga medis berpengalaman. Jadi tidak mungkin dibiarkan sendirian cari rumah sakit lain. Itulah ausH menjadi prosedur Rujukan setiap rumah sakit dimanapun anda berada.

9. “Dengan kondisi yang makin kritis, balita kemudian di larikan ke RS Akademis. Sang bayi diterima dan langsung ditangani di ruang ICU. Tapi sayangnya, di RS tersebut, Revan meregang nyawa.” >> Nah rmh sakit inilah akhirnya revan mendapatkan ruang ICU walaupun akhirnya harus meregang nyawa. Bukan karena tidak ditolong, tapi krn memang kondisi pasien terutama anak-anak yg masih sangat lemah sangat berisiko mengalami kematian. >> Apakah teman2 masih ingat beberapa waktu lalu saya pernah sharing tentang permohonan bantuan dana utk merawat pasien anak dgn diare dehidrasi berat di RSIA tegal utk keluarga pasien yg tidak mampu tp anaknya harus dirawat di ICU ??? nah kondisinya hampir sama. Akhirnya pasien di RSIA tegal tersebut kedua putranya meninggal dunia krn penyakit diare akut dehidrasi berat ini. Padahal sudah dirawat di ICU selama lbh dari 1 minggu dan menghabiskan dana yg tidak sedikit. Sama halnya dengan REVAN bukan ? walaupun bapanya tak ada dana dan hanya bawa kartu JAMKESDA tp revan tetap ditolong dan mendapatkan pelayanan yg sama. Apa msh bs disebut org miskin dilarang sakit ??

10. Lalu kenapa diare tidak boleh disepelakan dan bisa menyebabkan kematian ?? Kenapa diare dapat membunuh?
Karena penyakit diare ini menyebabkan kita terus menerus buang air besar yang didominasi dengan dengan banyaknya keluar air, maka cairan didalam tubuh kita terus berkurang sehingga apabila tidak ditangani secara serius maka akan menyebabkan kehilangan cairan tubuh (dehidrasi). Dehidrasi inilah yang dapat menyebabkan kematian terutama kekurangan cairan di organ-organ vital seperti jantung, hati ginjal, paru-paru dan otak. Seperti kita ketahui tubuh kita 70 % adalah cairan, sedangkan pd anak 80-85% tubuh terdiri dari cairan, sehingga saat kita kehilangan banyak cairan dan tidak diganti sesegera mungkin tentu saja fungsi organ tubuh akan sangat terganggu dan kematian mendadak pun dapat secara cepat terjadi.

—————————————–

Tulisan ini bukan pembelaan atas apa yg sering diberitakan oleh rekan-rekan wartawan / media massa. Namun adakalanya jika memberitakan sesuatu baiknya berimbang, jangan membuat sebuah artikel/ judul yg memicu konflik apa lg menyudutkan salah satu profesi (tenaga kesehatan) sehingga terbentuk opini dimasyarakat kesan dari tenaga kesehatan itu kejam dan angker. hal ini tidak terjadi sekali namun berkali-kali sehingga semakin lama justru masyarakat sebelum berobat ke balai pengobatan sudah Under Estimate terlebih dahulu krn diliputi pikiran-pikiran negatif.



Manusia hidup saling tolong menolong, tenaga kesehatan bisa hidup karena ada pasien, pasien jg saat sakit bisa dibantu tenaga kesehatan agar lekas utk sembuh namun perlu diingat kesembuhan semua milik Tuhan, kita manusia hanya berIkhtiar.

Profesi kesehatan saat ini banyak dipolititsasi, seorang calon pemimpin baik dari partai ataupun non partai selalu saja mengangkat isu-isu kesehatan utk kampanye mereka. Para politisi ini tahu benar kelemahan rakyat indonesia yg sebagian besar msh hidup di bwh garis kemiskinan, mereka dpt meraup suara besar dgn mengobral janji2 berobat gratis, namun setelah dipilih mereka tidak memikirkan peningkatan Fasilitas dan tenaga kesehatan yg mendukung utk pengobatan gratis itu sendiri. Bahkan dana yg dikucurkan seringkali terlambat dan jumlahnya tidaklah memadai sehingga banyak rumah sakit yg akhirnya terganggu kinerjanya.

Profesi tenaga kesehatan sama juga dgn profesi2 lain, didalamnya ada orang yg baik namun ada juga oknum-oknum yg tidak baik. namun kita jg tdk boleh semena-mena menggeneralisasikan bahwa profesi itu semuanya tidak baik. mari kita sama-sama bercermin apakah diri kita sendiri sudah cukup baik, sehingga kita pantas mencela orang lain >??

MAAF JIKA TULISAN INI MUNGKIN TERLALU PANJANG DAN MEMBUAT ANDA BINGUNG, NAMUN COBALAH BACA DENGAN PIKIRAN JERNIH, DAN POSISIKAN JIKA ANDA ADA DI POSISI KAMI AGAR ANDA LEBIH TERBUKA UNTUK MENERIMA KENYATAAN KONDISI SISTEM KESEHATAN DI NEGERI INDONESIA TERCINTA INI. TERIMA KASIH



sumber : http://kesehatan.kompasiana.com/medi...ah-572855.html
tien212700
tien212700 memberi reputasi
1
4.1K
53
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan