Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

wilfutureAvatar border
TS
wilfuture
[MIRIS] Bonus 70M untuk Direksi Telkom: Kisah Kelam tentang Reward & Performance


Berita kecil ini membuat saya tercenung agak lama. RUPS Telkom memutuskan untuk memberikan total gaji + tunjangan + tantiem (bonus) sebesar Rp 8.8 milyar kepada SETIAP anggota direksinya. Karena anggota direksi Telkom ada 8 orang, maka total remunerasi yang diberikan 70M. Luar biasa.

Padahal 4 minggu lalu saya menulis kinerja Telkom yang biasa-biasa saja (Flexi gagal, Telkomvision dijual). Layanan andalan mereka Indihome juga masih jauh dari memuaskan. Sekarang tiba-tiba, anggota direksinya dapat total bonus + gaji sebesar 8.8 M per orang. #Makjleb.emoticon-Hammer (S)

Kisah pemberian bonus ini mungkin mendedahkan pelajaran kelam tentang reward and performance. Mari kita jelajahi dengan renyah di pagi yang cerah ini. emoticon-Cendol (S)

Dalam berita itu juga disebutkan, selain direksi Telkom; semua direksi anak perusahaan Telkom juga akan mendapatkan bonus yang melimpah. Total ada Rp 300 milyar yang dialokasikan untuk pemberian gaji + tunjangan + bonus seluruh direksi Telkom dan anak perusahaan. 300M. Sebuah angka yang amat menggetarkan. emoticon-Cape d... (S)

Dari perspektif ilmu manajemen kinerja – the science of performance management – setidaknya terdapat tiga pelajaran yang lumayan pahit dari kasus pemberian remunerasi direksi Telkom ini.

Tiga pelajaran yang mengandung paradoks muram tentang human productivity and performance. Tiga paradoks kelam yang layak dicermati oleh setiap praktisi manajemen.

Lesson # 1 : Demotivation Paradox. Dalam tulisan saya 4 minggu lalu tentang Telkom Indihome, ada yang komentar : masih banyak petugas outsourcing Telkom dengan gaji pas-pasan; sementara banyak manajer dan direksi Telkom mendapatkan gaji dan bonus yang melimpah.

Padahal tenaga oursourcing Telkom yang sekarang justru jadi ujung tombak mereka. Merekalah yang ada di lapangan, bekerja keras untuk memasang kabel fiber optik langsung ke rumah pelanggan. Dan mayoritas digaji dengan terbatas, tanpa pernah kenal apa itu bonus.

Apa yang terjadi saat direksi mendapat bonus melimpah, sementara petugas outsourcing yang bekerja keras di lapangan, kesejahteraannya tidak pernah dipedulikan? Demotivasi dalam skala masif.

Sense of unfairness adalah kata kunci yang acap menghancurkan human performance and motivation.

Apa yang ada dalam benak ribuan petugas outsourcing Telkom yang berjibaku memasang kabel di siang yang panas, yang gajinya hanya 2 jutaan per bulan, membaca bahwa setiap direksi Telkom mendapat bonus 8M? emoticon-Berduka (S)

Demotivasi dalam skala masif bisa amat buruk dampaknya bagi mutu pelayanan dan kinerja bisnis. Kinerja yang cemerlang adalah ilusi saat ribuan pegawai yang menjadi ujung tombakmu, mengalami demotivasi.

Lesson # 2 : Efficiency Paradox. Belakangan ini makin banyak BUMN yang mempekerjakan petugas outsourcing (dengan model pemborongan pekerjaan); demi alasan efisiensi biaya pegawai.

Yang bikin galau adalah : kepada petugas kelas bawah yang menjadi pekerja di perusahaan mitra pemborongan pekerjaaan, terus menerus dilakukan efisiensi yang ketat. Akibatnya, level kesejahteraan pekerja kontrak di perusaan mitra itu menjadi kian stagnan.

Namun pada saat yang bersamaan, saat bicara tentang pembagian bonus kepada direksi, kata efisiensi itu disembunyikan dibalik kolong lemari.


Kata efisiensi hanya berlaku untuk petugas kere di lapangan. Namun tidak untuk kelas direktur. Sebuah paradoks efisiensi yang terasa begitu pahit dan kelam. emoticon-Cape d... (S)

Apa yang terjadi saat muncul paradoks yang kontradiktif dalam menerapkan makna efisiensi biaya? Sense of togetherness tidak akan pernah bisa terbangun dengan solid. Para petugas lapangan, pekerja oursourcing dari perusahan pemborong itu, akan sulit merasa menjadi “bagian integral” dari Telkom. Proses standarisasi mutu diantara beragam petugas outsourcing menjadi kian sulit dilakukan.

Para petugas lapangan (atau para pekerja oursourcing itu) itu selalu akan merasa menjadi warga kelas dua, yang tidak begitu dipedulikan kesejahteraannya. Dan akibatnya bisa fatal. Sebab sekali lagi, para petugas lapangan itu yang jadi ujung tombak dan langsung berhubungan dengan jutaan pelanggan.

Maka menjadi bukan hal yang aneh, jika pelayanan petugas lapangan itu acap jauh dari memuaskan. Menjadi bukan hal aneh, jika janji-janji dari petugas call center 147 lebih sering berisi janji-janji fatamorgana.

Lesson # 3 : Performance Paradox. Saya termasuk orang yang sangat pro dengan pembagian bonus yang melimpah. Sebab saya percaya, if you pay peanuts, you will only get monkeys.

Namun pemberian bonus itu menjadi masuk akal, hanya dan hanya jika dibuktikan melalui kinerja yang amat istimewa. Sebab jika kita memberi bonus pada kinerja yang biasa-biasa saja atau bahkan kinerja yang buruk, maka yang akan muncul adalah malapetaka manajemen (management disaster).

Sialnya, kinerja Telkom selama ini biasa-biasa saja. Flexi gagal dan proses migrasinya masih belum tuntas. Telkomvision gagal dan dijual. Laba bersih mereka tahun lalu juga hanya naik 3% (sangat jauh dari cemerlang). Lalu, layanan Indihome yang menjadi andalan baru mereka, masih sangat jauh dari memuaskan. emoticon-Hammer (S)

Tulisan saya 4 minggu lalu tentang Indihome Telkom menuai ratusan komen. Dan mayoritas menyuarakan pengalaman pribadi yang mirip : janji petugas yang tak pernah ditepati, biaya yang tidak sesuai harga promosi, hingga gangguan yang tak kunjung mendapat respon perbaikan.

Dengan latar kinerja yang tidak begitu istimewa dan layanan yang relatif buruk seperti itu, apa justifikasi pemberian bonus 8M kepada setiap anggota direksinya? Prinsip-prinsip ilmu manajemen kinerja menjadi seperti terabaikan.

DEMIKIANLAH, tiga pelajaran yang bersifat paradoksal yang bisa dipetik dari kasus pemberian remunerasi super kepada direksi Telkom ini : demotivation paradox, efficiency paradox, dan performance paradox.

Dan studi-studi ilmiah yang bersifat empirik membuktikan : saat tiga paradoks seperti diatas muncul dalam organisasi Anda, maka kinerja bisnis Anda sulit untuk bisa tumbuh dengan gemilang. emoticon-I Love Indonesia (S)

Sebaliknya, kinerja bisnis Anda pelan-pelan bisa mengalami kerugian dan kemunduran yang menyakitkan...
emoticon-norose

0
12K
88
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan