Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pepadutulenAvatar border
TS
pepadutulen
20 Tahun Mengemudi Taksi, Sutaryono Miliki 3 Mobil
Tak bisa dinafikan, meraih kesejahteraan merupakan satu motivasi utama dalam bekerja. Namun, banyak orang yang bisa di kata mendedikasikan seluruh hidupnya untuk bekerja sebagai PNS atau karyawan swasta, tapi keadaannya tak jua berubah. Masih hidup pas-pasan, atau malah kekurangan.

Stagnasi atau mentoknya kehidupan ekonomi pada satu titik, bisa disebabkan oleh dua hal. Pertama karena kurang cerdas memanfaatkan peluang untuk mengatrol karir. Misalnya, melewatkan kesempatan naik jabatan dan tambahan pendapatan karena tidak dekat dengan atasan. Lazim terjadi, apalagi di instansi pemerintah, bawahan yang loyal atau dekat dengan atasan, akan cepat dipromosikan.

Sebab kedua, sistem di tempat kerja memang tak memungkinkan karyawan sejahtera. Misalnya, telah bekerja selama 10 tahun tapi status masih kontrak. Ini banyak terjadi di perusahaan, terutama perbankan. Ada teman ane yang pernah curhat soal status tidak jelasnya di sebuah bank, lalu dia lantas pindah ke bank lain. Eh, statusny juga sama. Kontrak. Jadilah hidupnya terkatung-katung dalam ketidak jelasan. Tapi dari pada hidup dalam kubangan pengangguran, status tidak jelas tersebut dijabanin juga akhirnya.

Soal yang kedua ini, pure menyangkut sistem diperusahaan. Umumnya, perusahaan atau instansi pemerintah di Indonesia, memang masih kurang inovasi dalam menerapkan sistem pendapatan kepada para pekerjaanya. Mungkin karena malas berpikir atau takut malah berisiko rugi.

Tapi sebetulnya, jika mau sedikit berinovasi, merancang sistem pendapatan yang menyejahterakan karyawan malah bisa semakin mendongkrak sukses sebuah perusahaan.

Ane kasih contoh, perusahaan taksi Express. Biar jelas, kita lihat perbandingannya dalam angka. Akhir tahun 2012, ketika penawaran saham perdana, nilai total aset Express masih Rp 1,03 triliun. Kurang dari tiga tahun kemudian, yakni pada kuartal ketiga tahun 2014, aset taksi Express telah tembus ke angka Rp 37,5 tiliun.

Kunci sukses Express ternyata terletak pada sistem pendapatan pengemudi yang merupakan ujung tombak dari perusahaan. Untuk diketahui, taksi Express tak seperti perusahaan taksi lain yang memosisikan pengemudi mereka sebagai pekerja atau karyawan. Pengemudi taksi Express diposisikan sebagai mitra bisnis. Jika di gambarkan dalam sebuah grafik, para pengemudi tersebut tidak dalam posisi di bawah, atau vetikal dengan perusahaan. Namun sejajar atau horizontal.

Pengemudi taksi Express merupakan pemilik kendaraan taksi yang biaya pembelianya ditalangi oleh Express. Selaku perusahaan, Express membantu dalam bentuk penyiapan sistem dan tentu saja pembayaran uang muka kendaraan tersebut. Yang sesuai perjanjian, selanjutnya dilunasi oleh pengemudi dalam bentuk setoran harian. Di akhir tahun keenam, masa cicilan berakhir. Mobil tersebut menjadi hak milik pengemudi. Bisa digunakan sendiri, atau bisa dijual kembali.

Terungkap di dalam rekaman Kisah Pak Sutaryono Dapat 3 Mobil dari taksi Express ini, seorang pengemudi yang telah bemitra dengan Express selama 20 tahun dapat merasakan manfaat dan kesejahteraan dari model SKSKT tersebut. Pak Sutaryono bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dengan kualitas lebih baik. Jika berharap dari gaji sebagai karyawan di perusahaan atau pegawai instansi pemerintah selama 20 tahun, belum tentu bisa menabung untuk membeli satu unit mobil.

Dari contoh ini, maka memang dibutuhkan KOMITMEN sebuah perusahaan maupun instansi pemerintah untuk mensejahterakan pekerja mereka. Komitmen yang tak hanya sebagi pemanis kontrak kerja atau penghias etalase visi-misi perusahaan, namun diwujud kongkritkan dalam sistem.
Diubah oleh pepadutulen 24-02-2015 01:00
0
6K
60
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan