bhayokajaAvatar border
TS
bhayokaja
PENGALAMAN TERSESAT DI GUNUNG SLAMET 3428Mdpl


Ijin bikin Catper gan.. emoticon-Traveller

Terinspirasi berita pertengahan bulan februari 2015 ini tentang hilangnya 3 pendaki yang akhirnya Alhamdulillah bisa ditemukan dalam keadaan selamat, meskipun salah satunya dalam kondisi kritis.

Selain itu setelah ane juga membaca trit agan gizmu di bawah ini, ane jadi semakin tergugah untuk nulis Catper edisi gunung Slamet. Yang kebetulan rombongan ane jg mengalami kejadian yg hampir saja mencelakakan kami.

for link trit agan Gizmu :

Semoga para pendaki yang jadi korban di trit trsebut di terima di sisi Tuhan. Aminn. emoticon-Mewek

Sebelumnya ane minta maaf gan kalo CATPER kali ini masih berantakan..


Ok ane mulai ya gan

Waktu/tanggal : 18 - 23 Februari 2011
Lokasi : Gn. Selamet
Rute : Jalur Baturaden
Personil : 4 orang + 3 orang
1. bhayok (ane)
2. arif
3. Imam
4. Arif
5. Idham
6. Wahyu
7. Temen idham (ane lupa namanya). Yang 3 orang tambahan ini memisahkan diri pada hari pertama di pos air 1 karena harus mengejar waktu pendakian 2 hari. Sedangkan kami berempat lebih santai rencana untuk 4 hari.

Rencana awal pendakian lewat jalur Blambangan, karena dari ke empat anggota, Hanya ane yg pernah mendaki gn. Slamet 2 tahun sebelumnya lewat jalur Blambangan. Namun karena ada konservasi dan cuaca buruk, jalur Blambangan ditutup selama 3 bulan sampai bulan April 2011. Akhirnya rencana berubah, kami memilih jalur Batu Raden yang relatif lebih jauh dan asing buat ane, hehe. Rencananya kami mau nakal dengan nekat untuk turun jalur Blambangan.

Hari ke - 1
Start pendakian dari sini :



Dibantu mas Banu anggota Raden Pala yang dengan ramah memberi informasi ttg jalur pendakian dan mengantar kami sampe masuk hutan dan menunjukan jalurnya (makasih banyak mas Banu)

Pos Air


(nih tempat perpisahan kami dg Idham dkk, tentunya setelah makan bersama).

Kami bikin camp di sini padahal perjalanan dari start sampe sini baru sekitar 30menit. Dan waktu masih siang banget.. Hehe. Inget kami pendaki santai.

Hari 2 - menuju camp2 gan "BLOK TENTARA"
(kami pendaki santai, hehe) emoticon-Cape deeehh

Nih tempat Camp 2 :


(blok tentara)


(bakar roti apa roti bakar ya???)

Hari ke 3 - Menuju Camp 3 "PELAWANGAN BARAT"

Ngolong di bawah terowongan akar..




Kubah Puncak Slamet - masih cerah terlihat di kejauhan)

(Camp 3 - PELAWANGAN - BATAS VEGETASI)




[img]]https://scontent-sin.xx.fbcdn.net/hphotos-xfa1/v/t1.0-9/p417x417/190274_1840700987715_6105660_n.jpg?oh=e872947ec05f81566356fa708c05010e&oe=55505136[/img]



Kondisi kubah puncak gn. Selamet mulai berkabut sore itu...
Menjelang magrib dan malam hari suara angin dan hembusan uap air mulai menyengat gan.. Suhu semakin rendah, kabut menutupi seluruh area pelawangan, sementara gerimis hujan pun mulai turun. Selanjutnya kami tidur untuk siap2 tracking esok pagi rencana jam 2 subuh.


Pukul 02.00 Hari Ke-4

THE REAL ADVENTURE STARTED HERE

Pelawangan bagi pendaki gunung ini dikenal sebagi point of no way back. Setelah sejauh ini kami melakukan pendakian rasanya akan sangat menyesal kalau sampai tidak diteruskan menuju puncaknya.

Tepat pukul 2 pagi kami sudah berkemas, sesuai dengan rencana kami akan ke puncak pagi itu dengan membawa seluruh barang kami, karena rencana awal ingin turun jalur Blambangan.

Kondisi cuaca dini hari itu benar2 kurang bersahabat gan, angin dan uap air disertai kabut tebal. Belum lagi suhu yang ane perkirakan di bawah 5 derajat karena begitu dinginnya.. Tapi tekad kami dah bulet tetap muncak gan..









(perjalanan menuju puncak)
Di tengah perjalanan kami menemukan bangkai monyet/kera gitu gan, mungkin keracunan uap belerang pikir kami.

Tepat pukul 06.00 pagi hari kami sampai ke titik triangulasi Tugu Surono, liat kondisinya gan..
Jarak pandang sangat minim pagi itu. Udara sangat lembab dan dingin, hembusan angin kencangpun berhasil menggagalkan upaya ane buat nyalain sebatang rokok kemenangan, sekalipun berhasil nyala rokok nya, hanya bertahan beberapa detik karena langsung basah dan patah oleh uap air yang dibawa oleh angin itu...




Masalah mulai muncul ketika kami ingin menentukan jalur turun menuju plawangan timur (arah Blambangan) dengan kondisi puncak yang diselimuti kabut tebal dan angin kencang dari arah utara (kawah) yang juga membawa hawa belerang kawah yang sangat menyengat. Rasanya sangat sulit mencari patokan jalur untuk turun. Terlebih 2 tahun lalu waktu ane ke gunung ini, kondisinya sangat cerah dan bersahabat.

Kami mencoba diam sejenak di puncak beberapa saat untuk menunggu cuaca membaik, namun hanya belasan menit tubuh kami sudah tidak mampu bertahan melawan suhu yang menusuk. Akhirnya kami putuskan untuk sedikit menuruni kubah pasir itu sampai kami menemukan sebuah cerukan seperti bongkahan besar yang sedikit melindungi kami dari terpaan angin dari atas. Tapi terlalu lama kami diam di sini pun justru membuat kami semakin kedinginan, ditambah lagi uap belerang yg keluar dari celah2 cerukan itu juga membuat kami pusing. Akhirnya kami putuskan untuk terus turun hanya dengan harapan dan doa semoga jalan yg kami pilih itu benar jalur menuju blambangan.

Namun langkah kaki berhenti seketika ketika jalur yg kami pijak terasa mulai curam. Entah halusinasi atau apa, kami juga menemukan banyak batu nisan memoriam di sekitar situ. Akhirnya kami putuskan untuk berbelok ke sebelah kanan untuk menghindari jalur curam tadi..

Jam menunjukan pukul setengah sembilan pagi, kabut mulai hilang, cahaya matahari mulai menembus, suhu mulai bersahabat. Ucapan syukur tebesit di hati dan lidah kami.

Eits belum selesai kondisi parahnya gan.. Dalam kondisi cuaca yang cerah itu, kami mulai mencari petunjuk untuk turun ke arah plawangan timur (blambangan). Tapi tak ada satupun petunjuk yang kami temukan. Arif mengeluarkan kamera DSLRnya berharap bisa melihat objek yang jauh menggunakan lensa zoomnya. Ada sebuah objek yang kami yakini itulah jalan menuju blambangan letaknya sekitar 5 punggungan kubah pasir dari lokasi kami ke arah barat. Dan letaknya masih jauh di bawah sana. Posisi kami tepat ada ditengah2 jarak antara batas vegetasi dengan puncak gunung slamet. Kami merangkak,berjalan, turun dan mendaki ke 5,punggungan dan celah2 di kubah berpasir itu satu persatu. Ada satu celah yang lumayan besar dan dalam membentuk jurang dan tebingan yang terpaksa harus kami lewati, disinilah kedua rekan kami cidera, batu seukuran buah kelapa jatuh mengenai tangan mereka berdua, Imam dan Pawit terluka cukup parah gan.. Beruntung ane dan arif masih sempat menghindar dari batu tersebut.

Setelah berjuang dari kondisi tersebut, menahan sakit dan kehilangan banyak darah (pawit) dan nyeri patah jari (imam) dan telapak tangan membengkak. Pukul 10.30 Akhirnya kami sampai di objek yang kami maksud tadi dari atas. Ternyata...... Kami salah jalan gan.. Tidak ada satupun tanda2 adanya jalur menuju blambangan di lokasi itu. Kami beristirahat sejenak di bawah pohon semak sambil berdiskusi tentang apa yang harus dilakukan selanjutnya.

Foto


Sementara ketiga teman beristirahat ane sempatkan menjelajahi beberapa punggungan ke arah kanan dan ke arah kiri dari lokasi objek tersebut namun hasilnya nihil. Ane kembali ke lokasi mereka gan. Dan kembali rapat dimulai,kemudian diputuskan bahwa kami harus kembali mendaki ke puncak (mengingat cuacanya sedang cerah). Setelah sampai puncak baru putuskan turun lewat mana.

Jam 2 siang kami perlahan2 mulai kembali mendaki kubah pasir raksasa itu menuju puncaknya, namun jauh diluar harapan kami sebelumnya, menjelang sampai dipuncak, kabut dan angin kencang kembali menyelimuti tempat kami mendaki.

Sore hari kami tiba di sebuah area datar berpasir yang cukup luas, ane berpikir sudah dekat dengan bibir kawah, namun keterbatasan jarak pandang yang terhalangi kabut sore itu sungguh membuat suasana semakin mencekam. Kami mengeluarkan webbing dan saling mengikat diri agar tidak terpisah.

Aneh, area berpasir itu ternyata sangat luas. Padahal setau ane, kawasan puncak gunung slamet tidak ada area datar seluas itu. Perlahan kami berjalan ke arah utara dengan tujuan bibir kawah agar memudahkan kami menentukan arah ke kiri (balik ke jalur batu raden) atau ke kanan dari bibir kawah (menunju tugu dan mencari jalur ke blambangan). Doa dan dzikir tak hentinya kami lantunkan dalam hati. Perhitungan ane butuh jarak sekitar 3 kali lapangan sepak bola standar kami baru sampai di bibir kawah. Tanpa lama berdiskusi, akhirnya kami putuskan untuk mengambil arah kiri untuk kembali ke jalur batu Raden.

Perjalanan turun kali ini terasa lebih berat, kami sudah kelelahan, persediaan air menipis, rasa sakit kedua rekan kami yang cidera mulai terasa memperlambat pergerakan kami. Jalur turun sebelah barat merupakan area berpasir gembur yang mudah sekali berjatuhan saat diinjak. Kami berkali2 terperosot. Akhirnya pada pukul 7 malam kami sampai di pelawangan barat dan memutuskan segera mendirikan tenda dan beristirahat batu memutuskan perjalanan turun esok harinya.

Hari ke-5
Perjalanan kembali ke beskem Batu Raden


Keesokan paginya cuaca cukup cerah, kami segera berkemas, dan mempersiapkan diri utk pulang dengan sisia2 tenaga yang ada. Alhamdulillah setelah menyusuri jalur yang cukup panjang. Pukul 5 sore kami sampai di base camp Raden Pala dan bertemu lagi dengan Mas Banu. Beliau sangat kahawatir karena kami berjanji akan mendaki selama 4 hari. Tapi molor menjadi lima hari gara2 kejadian tersebut.

kami memutuskan untuk menginap semalam lagi di Sekretariat RADEN PALA dan pulang esok harinya..
Yang bikin ngenes gan keesokan paginya ane bangun dan melihat kondisi puncak gunung Slamet sangat Cerah dan bersih dari kabut padahal dua hari yang lalu kami 2x naik ke puncaknya tapi gak dikasih pemandangan seindah pagi ini gan..



Alhamdulillah kami berempat selamat. Ane langsung menghubungi rekan Idham dan kawan2, dan mereka juga alhamdulillah sudah sampai ciputat. Ternyata mereka juga sempat mengalami kejadian yang sama di hari ke-3.

Demikian cerita ane gan..
Mohon maaf kalo foto2 selama ane tersesat tdk lengkap, kami gak sempat memikirkan berfoto2 ketika itu.

Hikmah yang ane dapet gan :
1. Jangan nakal memaksakan jalur pendakian yang sedang ditutup, (Teman Idham dkk sempat disidang oleh petugas di pos Blambangan)
2. Saling percaya dan kerja sama diantara anggota pendakian sangat diperlukan dalam kondisi apapun
3. Jangan meninggalkan teman sependakian sendirian dan harus tetap bersama-sama.
4. Harus senantiasa bersyukur.
5. DLLemoticon-Mewek

Mohon komennya ya gan.
sekalian ane bertanya bagi yang tau gunung Slamet dan mohon penjelasan tentang

Area Luas Berpasir di sekitaran Puncak Gunung Slamet yang hampir seluas 3x lapangan bola. apa itu beneran ada gan??

Mohon pencerahannya ya gan..
Polling
Poll ini sudah ditutup. - 15 suara
Apakah trit ini menarik?
Menarik
100%
Tidak
0%
Diubah oleh bhayokaja 17-02-2015 02:27
0
52.2K
63
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan