Tanya, gan. Gimana perasaan lo waktu ayah lo beli koran sementara lo baca berita lewat smartphone/tablet?
Quote:
Tahun ini saya menghabiskan liburan lebaran lebih lama dibanding tahun-tahun sebelumnya, dimulai dari awal Ramadhan sampai dua minggu setelah lebaran. Berada kembali bersama orang tua dan kedua adikku menjadi saat-saat yang menyenangkan. Tidak banyak berubah dari keluargaku, kecuali tahun ini adik keduaku masuk tahun pertamanya di SMA. Ibu selalu masak sarapan dan kini aku harus terbiasa lagi makan pagi. Ayah, seperti biasa, menonton berita jam lima setelah sholat subuh dan selesai sekitar jam enam ketika datang tukang koran langganannya.
Sudah tiga tahun terakhir ini ayah berlangganan Top Skor. Ayah bisa dibilang penggila bola, apalagi selama berlangsungnya Piala Dunia tahun ini bertepatan dengan Ramadhan, aku sering mendengar suara TV menyala di jam tiga dan kulihat Ayah sedang asik menonton bola. Tukang koran langganannya bernama Pak Udin, usianya kira-kira hampir lima puluh tahun. Aku ingat ayah sudah berlangganan koran dengannya sejak aku masih SMP. Dulu beliau hanya berlangganan Republika, dan sekarang Republika hanya dibelinya di hari Minggu.
Akhir-akhir ini Ayah sering mengeluh sendiri masalah kesalahan ketik di koran atau bahkan kesalahan fatal si editor seperti penempatan nama pelatih. Kupikir Ayah tidak akan sering menggerutu jika saja mau membaca lewat smartphone. Kedua adikku sudah menggunakan smartphone. Mereka lebih cepat tahu perkembangan berita ketimbang Ayah. Tapi Ayah tidak pernah minder. Meski demikian analisisnya terhadap masalah politik dan pengetahuannya tentang sepak bola jauh lebih baik dari ketiga anaknya.
Aneh memang ketika tiap pagi melihat Ayah membaca koran sementara aku bisa dengan mudah mengakses informasi lewat smartphone. Bahkan kalau dipikir lebih jauh lagi, dilihat dari sisi ekonomisnya akan lebih murah membeli pulsa ketimbang membeli koran. Sebenarnya, aku pernah berniat membelikan sebuah smartphone untuk Ayah. Akan tetapi, kupikir, aku tidak akan pernah melakukannya. Apalagi ketika kulihat Pak Udin datang dengan sepeda mininya, lalu menyapa Ayah, dan kemudian mendengar mereka asik mengobrol seputar sepak bola.
Sumber